Menuju konten utama

Upaya Kreatif SIG Ajak Publik Peduli Sampah Pangan

SIG percaya, setiap perubahan besar selalu bermula dari langkah kecil.

Upaya Kreatif SIG Ajak Publik Peduli Sampah Pangan
Dokumentasi penyaluran paket sembako dan makanan dari gerakan #MulaiBerubahDariRumah2.0. (FOTO/Istimewa)

tirto.id - Tak terasa hampir 2 tahun ruang gerak kita terbatas akibat pandemi. Dari yang semula hidup bebas, mendadak kita jadi makhluk sosial yang “berhibernasi” di balik dinding rumah demi saling menjaga jarak aman. Hampir semua aktivitas dilakukan tanpa perlu membuka pintu. Bekerja, belajar, berteman dilakukan secara virtual, termasuk berbelanja kebutuhan dan memesan makanan sehari-hari.

Waktu yang dihabiskan orang-orang di rumah otomatis berdampak pada jumlah sampah rumah tangga yang berakhir menggunung di tempat pembuangan akhir. Setiap harinya, menurut data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), tiap orang “menyumbang” sekitar 0,68 kilogram sampah. Bila ditotal, sepanjang 2020, sebanyak 67,8 juta ton sampah diproduksi oleh 270 juta penduduk Indonesia dan 39,8 persennya merupakan sisa makanan.

Indonesia bahkan menjadi negara pertama dengan limbah makanan rumah tangga terbesar di Asia Tenggara, mengacu pada “Food Waste Index Report 2021” dari United Nations Environment Programme (UNEP) bekerja sama dengan Waste & Resources Action Programme (WRAP).

Sampah pangan memang identik dengan terbuangnya makanan layak konsumsi akibat perilaku konsumtif dan pengolahan pangan yang buruk. Namun demikian, persoalannya tidak sebatas itu. Hilangnya sejumlah pangan antara rantai pasok pangan—mulai dari proses produksi agrikultur, penanganan dan penyimpanan pasca-panen, hingga proses distribusi—tergolong persoalan sampah pangan juga.

“Sampah pangan muncul karena berbagai alasan dan sangat bergantung pada kondisi masing-masing negara. Di negara berpenghasilan tinggi, volume pangan yang terbuang lebih banyak terjadi di fase lihir rantai pasok pangan yang mencakup proses pengolahan, distribusi dan konsumsi. Sebaliknya di negara berpenghasilan rendah, pangan yang terbuang justru berasal dari fase hulu.” Demikian bunyi laporan “Food Wastages: Foodprint Impacts On Natural Resources” yang dirilis Food and Agriculture Association (FAO) pada 2013.

Pada 2018, temuan Survei Ekonomi Nasional (Susenas) menyebut mayoritas kota-kota besar di Indonesia memproduksi sampah organik—yang notabene merupakan jenis sampah pangan—lebih besar ketimbang jenis sampah lainnya. Di Jakarta, misal, saban hari ada 3.639,8 ton sampah organik yang diangkut ke TPS sedangkan jumlah sampah anorganiknya mencapai 3.193,96 ton.

Sementara satu-satunya kota peraih penghargaan Adipura Kencana, Surabaya, tercatat memproduksi sampah organik 905,26 ton dan sampah anorganik 761,57 ton. Selain kerap menimbulkan gunungan sampah, sampah makanan juga dapat menghasilkan karbondioksida (CO2) serta zat metana yang dapat merusak lapisan ozon.

Perubahan Dimulai dari Rumah

Bertolak dari fakta di atas, pada Februari lalu, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SIG) melakukan gerakan #MulaiBerubahDariRumah demi membangun kesadaran tentang sampah makanan sekaligus mengajak masyarakat peduli dan memberi kontribusi nyata terhadap lingkungan. Ada 4 misi yang ditentukan oleh SIG dalam gerakan #MulaiBerubahDariRumah perdana ini, yaitu #DariBibitJadiHabit, #DariTerbengkalaiJadiBernilai, #DariKonsumtifJadiProduktif, dan #DariUsahaJadiBerdaya.

Langkah baik tersebut kemudian berlanjut lewat #MulaiBerubahDariRumah 2.0. Walau dibuat dengan semangat yang sama—yaitu gerakan kepedulian lingkungan—tema yang diusung kali ini sedikit berbeda, food waste atau food lost.

Secara teknis, gerakan #MulaiBerubahDariRumah 2.0 yang ditujukan buat publik ini bisa dilakukan dengan mengunggah foto atau video di Instagram yang disertai cerita mengenai laku perubahan yang sudah dilakukan, sekecil apa pun bentuknya, untuk menekan kasus food waste maupun food lost. Periode lomba berlangsung selama bulan Oktober 2021.

Menurut Corporate Secretary SIG Vita Mahreyni, gerakan #MulaiBerubahDariRumah 2.0 sejalan dengan komitmen SIG untuk memberikan solusi, tidak hanya memenuhi harapan stakeholder, tapi juga menjadi pendorong dalam tumbuhnya industri bahan bangunan yang memperhatikan keberlanjutan (sustainability).

“Lebih dari sekadar misi, melalui semangat Go Beyond Next, diharapkan dapat menginspirasi komunitas serta masyarakat untuk terus beradaptasi dan berinovasi lewat aksi nyata,” tambahnya.

SIG percaya, setiap perubahan besar selalu bermula dari langkah kecil. Sebab itu, siapa pun bisa berkontribusi bagi lingkungan, termasuk dengan memulainya dari diri sendiri.

“Gerakan #MulaiBerubahDariRumah ini dirancang untuk bisa dilakukan dari rumah mengingat pemerintah masih memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat selama pandemi,” tambah Vita.

Diketahui, #MulaiBerubahDariRumah pertama kali diselenggarakan SIG pada 8 Februari hingga 7 Maret lalu, sebagai bagian dari perayaan 8 tahun transformasi perusahaan. Kala itu, 2.645 karya inspiratif masuk ke meja panitia.

Rangkaian gerakan peduli lingkungan #MulaiBerubahDariRumah 2.0 yang diselenggarakan pada 1 hingga 31 Oktober 2021 juga mendapat respons positif dari masyarakat hingga berhasil mengumpulkan 566 karya inspiratif yang diunggah di media sosial. Diharapkan, gerakan ini tidak hanya sekadar kampanye sesaat, tetapi semangatnya bisa terus menginspirasi lebih banyak orang untuk lebih peduli terhadap lingkungan.

Dari ratusan #SahabatSIG yang berbagi cerita inspiratif, sudah terpilih juga 3 pemenang yang mendapatkan hadiah utama total Rp15 juta dan 10 pemenang dengan hadiah merchandise SIG.

Salah satu pemenang gerakan #MulaiBerubahDariRumah 2.0, Agustine Sally W. Saputra (@sallyandwein), memilih menerapkan gaya hidup berkelanjutan atau permakultur. “Permaculture lifestyle itu seperti siklus hidup di mana semuanya tidak hilang dan tidak terbuang. Awal-awal aku praktik ini orang sering komen jorok. Girl, let me tell you, yang jorok itu kamu dan sampahmu.”

Ide lain datang dari Ayunda Hanifah (@ayundahaha) yang mengolah sampah organik untuk dijadikan kompos dan pupuk organik cair. “Jadi, bijak mengolah sampah organik menjadi kompos dan pupuk organik cair adalah salah satu peluang usaha yang masih terbuka lebar. Hal ini juga menjadi salah satu opsi atau upaya baik dalam mengurangi sampah organik yang sering berakhir di tempat pembuangan ataupun kandang ternak. Kalaupun tidak untuk usaha, produk-produk tersebut sangat bermanfaat untuk keperluan berkebun juga.”

Pemenang utama ketiga, Juliana Wirawan (@miracles_3g) mengolah sampah kulit buah dan ampas jus yang dikonsumsinya setiap hari untuk membuat Eco Enzym (Ezy) dan Probiotik sehingga tak ada lagi sampah dapur yang berakhir di TPA. “Memiliki bumi yang hijau dan sehat, lingkungan yang bersih dan nyaman, merupakan impian kita, mari wujudkan dengan bersama-sama mengolah sampah organik kembali ke alam,” ajak Juliana.

Gerakan MulaiBerubahDariRumah

Melalui gerakan #MulaiBerubahDariRumah2.0, SIG menyalurkan 566 paket sembako dan 566 paket makanan kepada masyarakat. (FOTO/Istimewa)

Karya-karya inspiratif ini kemudian dikonversi oleh SIG menjadi paket bantuan yang didonasikan bagi masyarakat yang membutuhkan. Sebanyak 566 paket makanan dan 566 paket sembako berhasil disalurkan oleh SIG untuk memenuhi kebutuhan harian bagi pekerja informal, lansia, dan anak-anak yang ada di Jakarta, mulai dari kawasan Kembangan, Jakarta Barat; Kebayoran, Jakarta Selatan; Kemayoran, Jakarta Pusat; Kramat Jati, Jakarta Timur; sampai Koja, Jakarta Utara. Penyaluran paket dilakukan bersama lembaga Foodbank of Indonesia secara bertahap mulai Rabu (10/11) hingga Senin (22/11).

Terima kasih karena cerita kalian telah menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk terus menjaga lingkungan demi menciptakan kehidupan berkelanjutan.[]

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis