tirto.id - Masyarakat adat ‘Baduy Luar’ dan ‘Baduy Dalam’ yang mendiami kawasan Lebak, Jawa Barat memiliki tradisi yang digelar setiap tahun bernama Seba. Tradisi Seba yang dilaksanakan masyarakat Baduy sebagai wujud rasa syukur setelah panen hasil bumi selama setahun sehingga memberikan kehidupan yang lebih baik.
Dalam tradisi itu, warga Baduy menempuh perjalanan ke kota dengan membawa hasil bumi untuk disampaikan kepada kepala pemerintah daerah yang kerap disebut ‘Bapak Gede’ sebagai bentuk ketulusan dan keikhlasan yang diungkapkan setiap tahun.
Warga Baduy dalam memakai seragam putih-putih, datang berjalan kaki selama kurang lebih 12 jam menempuh jarak lebih dari 100 kilometer, sedangkan warga Baduy Luar diperbolehkan naik kendaraan dengan pakaian warna hitam.
Dipimpin Pu'un serta wakil 12 tokoh adat masyarakat Baduy atau Jaro Tangtu 12, Jaro Pamarentah (Kepala Desa) dan Penasihat warga Baduy ‘Ayah Mursid’, sebanyak 1.875 orang warga berangkat dari kampung Baduy terluar Ciboleger ke kantor Ibu Gede (Bupati Lebak) di Rangkas Bitung dan ke kantor Bapak Gede (Gubernur Banten) di Serang.
Saat menghadap bupati dan gubernur mereka meminta pemerintah agar bisa melindungi alam dan kelestarian hutan serta menegakkan hukum demi ketenteraman dan keselamatan masyarakat. Setelah itu mereka menyerahkan barang bawaan hasil bumi seperti, beras, pisang, gula merah, petai dan lainnya.
Selain menjadi ajang silaturahmi dengan kepala daerah, Seba juga jadi kesempatan untuk bisa berinteraksi dengan dunia luar. Bagi warga Baduy Luar, kesempatan ini mereka pergunakan juga untuk melihat-lihat produk pakaian baru di mal-mal, membeli ponsel dan aksesorisnya atau sekadar berjalan-jalan menikmati kemajuan kota.
Teks dan Foto: Asep Fathulrahman