tirto.id - Pandemi COVID-19 yang terjadi hampir selama 9 bulan, telah membatasi berbagai aktivitas, baik sekolah maupun bekerja.
Banyak perusahaan yang menerapkan kebijakan work from home atau bekerja dari rumah untuk mengurangi angka penyebaran corona.
Bekerja dari rumah, dikhawatirkan bisa mendukung gaya hidup kurang gerak atau sedentary lifestyle.
"Siapa saja bisa jatuh ke gaya hidup sedentary," kata dokter spesialis kedokteran olahraga, Sophia Hage, saat acara bincang-bincang bersama Xiaomi, Senin (21/12/2020).
Menurut Sophia, berdasarkan penelitian yang sudah ada, umumnya perilaku kurang gerak ini terjadi di usia produktif 30-39 tahun dan tingkat pendidikan tinggi, karena mereka pada umumnya bekerja di depan komputer.
Pola hidup sedentary ini juga bisa terjadi pada orang-orang yang tinggal di wilayah perkotaan karena mobilitas mereka sedikit dibandingkan dengan yang tinggal di wilayah pedesaan.
Perilaku kurang gerak ini bisa diatasi dengan berbagai cara, tentu yang utama, individu harus dengan sadar mengurangi waktu-waktu inaktif, termasuk mengurangi waktu duduk di depan layar komputer maupun berbaring.
Ketika bekerja di depan komputer, beri waktu istirahat setiap 2 jam, bangkit dari tempat duduk dan lakukan peregangan dari kepala hingga kaki.
"Peregangan masing-masing 20 hingga 30 hitungan," kata Sophia.
Lakukan juga peregangan untuk bagian-bagian tubuh yang jarang aktif ketika duduk, seperti bahu dan pinggang.
Sophia menyarankan untuk istirahat teratur meski pun WFH, misalnya, makan siang di ruang makan atau di tempat mana pun kecuali di depan layar komputer, agar tubuh tetap bergerak.
Dokter bidang olahraga pada umumnya menyarankan untuk tetap mempertahankan 7.500 hingga 10.000 langkah setiap hari agar tubuh tetap bergerak.
Selama berkegiatan dari rumah, target langkah ini bisa dicapai dengan olahraga pagi sebelum mulai bekerja, membersihkan rumah hingga jeda istirahat setiap jam.
Selain itu, masyarakat juga diminta untuk tetap berolahraga sesuai dengan rekomendasi, seperti aerobik intensitas sedang, yaitu 150 menit per minggu.
----------------
Artikel ini terbit atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BNPB).
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH