Menuju konten utama

Terobosan Kemendikdasmen Tingkatkan Kompetensi Guru Non-ASN

Kemendikdasmen menginisiasi program peningkatan kompetensi yang memberi kesempatan kepada para guru mengikuti perkuliahan tanpa harus mengeluarkan biaya.

Terobosan Kemendikdasmen Tingkatkan Kompetensi Guru Non-ASN
Suasana perkuliahan Bu Erin guru SDN Katulampa 2 Bogor.FOTO/Istimewa

tirto.id - Erin Riana Dewi, guru SDN Katulampa 2 Bogor, terdengar bungah saat berkisah mengenai program Peningkatan Kompetensi Guru yang tengah ia ikuti. Program itu diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen).

Salah satu program turunannya adalah Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV. Di kalangan guru-guru penerima manfaat, Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV punya sebutan yang lebih ringkas: Afirmasi.

"Lewat program Afirmasi ini, kami, guru-guru yang sudah mengajar lebih dari 20 tahun, dikuliahkan lagi," kata Erin saat dihubungi reporter Tirto.id, Oktober silam.

Erin menggarisbawahi, program Afirmasi dikhususkan bagi guru-guru yang bukan hanya sudah mengajar lebih dari dua dasawarsa, tetapi juga sempat kuliah dan putus di tengah jalan. Di sinilah Kemendikdasmen ambil peranan: menyediakan beasiswa bagi guru-guru tersebut untuk melanjutkan studi.

"Saya dapat di Universitas Husni Thamrin, Jakarta Timur, ambil jurusan PGSD. Guru-guru peserta Afirmasi dari Bogor rata-rata melanjutkan kuliahnya di Universitas Husni Thamrin," kata Erin.

Erin bercerita, belasan tahun lalu, ia pernah berkuliah di Universitas Terbuka (UT), jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD). Persoalan biaya memaksanya berhenti di Semester VII, menjelang skripsi.

Untuk keperluan mengajar, ia pun mengandalkan ijazah Diploma 2 (D2). Berkat adanya program Peningkatan Kompetensi Guru dari Kemendikdasmen, sekarang Erin dapat mengikuti perkuliahan dan menyandang gelar sarjana tanpa harus mengeluarkan biaya.

Per akhir Oktober 2025, Erin menyebut sudah 5 perkuliahan ia ikuti secara luring. Dari Bogor, saban pekan ia ke Jakarta bertemu sesama penerima manfaat program Afirmasi lainnya. "Di Husni Thamrin, ada 76 peserta Afirmasi, dibagi dua kelas. Dari Bogor hanya 9 orang, sisanya dari Jakarta, Tangerang, Bekasi. Sekitaran Jabodetabek-lah," terang Erin.

Selain tidak memberatkan dari segi biaya, program Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV dirasakan betul manfaatnya oleh para peserta karena menambah ilmu dan sekaligus jaringan. Seturut keterangan Erin, pemahamannya mengenai cara mengajar anak-anak zaman sekarang tidak hanya didapat dari bangku kuliah, tetapi juga dari pengalaman bersama guru-guru Afirmasi lainnya.

"Kalau menghadapi siswa yang kesulitan, kita bisa sharing (berbagi) pengalaman," kata Erin.

Kabar dari Guru SD Muhammadiyah 2 Ambon

Seperti halnya Erin Riana Dewi, Aba Mahmud Rahantan, Guru SD Muhammadiyah 2 Kota Ambon, juga sangat mensyukuri program Afirmasi ini. Setelah mengajar selama 23 tahun dan menyandang status Pegawai Negeri Sipil (PNS) sejak 2007, akhirnya Aba dapat melanjutkan kuliah S1. Selama menjadi guru, Aba mengaku baru kali ini ada kesempatan melanjutkan pendidikan bagi guru-guru yang belum S1.

"Dulu saya kuliah di UT, di Ambon, tidak selesai karena tidak ada biaya. Saya kuliah juga karena beasiswa, dan beasiswanya hanya buat satu semester," kata Aba, kepada reporter Tirto.id, Oktober silam.

Sebagai guru, Aba bukan tidak ingin melanjutkan studi. Ia sadar bahwa cara mengajar dan materi pelajaran terus berkembang, mengikuti perkembangan zaman. Hanya, situasi membuatnya tidak punya banyak pilihan. Anaknya tiga, semua laki-laki dan semua ingin menempuh pendidikan tinggi. Aba pun mengalah demi kebaikan ketiga putranya.

"Itulah yang menghalangi saya selama ini untuk ambil S1," kata Aba.

Sekarang, halangan itu tak ada lagi. Aba tercatat sebagai salah seorang penerima manfaat program Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV. Ia mengikuti perkuliahan daring di Universitas Negeri Sebelas Maret, Solo, jurusan PGSD.

"Mudah-mudahan akhir tahun 2026 sudah beres," katanya.

Sinyal Positif

Ketua Umum Ikatan Guru Indonesia (IGI), Danang Hidayatullah, menyambut baik program Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV, salah satu program turunan Pengembangan Kompetensi Guru.

"Ini sinyal positif dari Pak Menteri Dikdasmen untuk teman-teman guru yang belum S1. Selain kompetensi, guru-guru ini harus punya kualifikasi juga. Sesuai dengan Undang-Undang (UU), pemenuhan kebutuhan guru itu ya setidaknya harus S1. Itu memang sudah jadi targetnya pemerintah," ungkap Danang kepada reporter Tirto.id, akhir Oktober 2025.

Danang menjelaskan, dalam konteks program Peningkatan Kompetensi Guru, ada banyak program turunan yang juga digenjot oleh pemerintah, termasuk mengajarkan Pembelajaran Mendalam, Koding, hingga Kecerdasan Buatan (KA).

Menurut Danang, semua program itu baik. Hanya, ia menyarankan agar peningkatan kompetensi guru berlangsung optimal, harus ada program yang lebih tepat sasaran dan lebih hemat anggaran, misalnya School-to-School Training (STST) program sebagaimana yang pernah dilakukan IGI di Jakarta.

“Konsep STST adalah berbagi dan tumbuh bersama antarguru. Jadi, guru yang punya kompetensi diharapkan bisa melatih guru lain dari satu sekolah ke sekolah lain, tanpa mengganggu jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM), gitu," kata Danang. Danang menyebut pendekatan itu akan sangat efektif dalam meningkatkan kompetensi guru karena didasari oleh keinginan untuk saling berbagi.

"Kalau kita mengharapkan bantuan pemerintah, pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan pemerintah itu rasanya akan mengeluarkan biaya sangat besar," sambung Danang.

Danang menambahkan, pendekatan STST sangat fleksibel, menyesuaikan dengan kebutuhan masing-masing sekolah. Bagaimanapun, kondisi setiap sekolah berbeda, ada disparitas geografis yang menyebabkan infrastruktur dan kebutuhan masing-masing sekolah berbeda satu sama lain.

"Nah, guru-guru di tingkat lokal itulah yang lebih tahu kebutuhan soal pelatihan apa di sekolah. Mungkin pelatihan AI belum dibutuhkan di daerah-daerah terpencil, pelatihan Internet of Things belum dibutuhkan oleh guru-guru di daerah tertentu. Mereka ternyata lebih membutuhkan, misalkan, literasi dan numerasi. Pemenuhan kebutuhan itu enggak bisa dilaksanakan secara penuh oleh kementerian," sambung Danang.

Program Prioritas Kemendikdasmen & Asta Cita

Terlepas dari saran Danang, program Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV tidak hanya menjawab kebutuhan guru, tetapi juga menjadi bagian dari upaya strategis pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan nasional. I

Semakin banyak guru berpendidikan tinggi, diharapkan kualitas pembelajaran di ruang kelas juga meningkat signifikan, dan berdampak langsung pada pencapaian tujuan pendidikan nasional: mencerdaskan kehidupan bangsa dan menyiapkan generasi muda yang kompeten serta berkarakter.

“Guru adalah segala-galanya dalam pendidikan. Mereka bukan hanya pengajar, tetapi juga pendidik, fasilitator, mentor, dan bahkan sahabat bagi murid-muridnya,” ujar Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mandikdasmen), Abdul Mu’ti, di Sleman, pada Rabu (22/10).

Abdul Mu'ti menegaskan, peningkatan kompetensi guru adalah salah satu program prioritas Kemendikdasmen, sejalan dengan Asta Cita poin ke-4 Kabinet Merah Putih, yaitu memperkuat pembangunan sumber daya manusia.

Program Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV ini juga diharapkan dapat menjadi sarana afirmasi bagi guru-guru di daerah terpencil maupun yang selama ini menghadapi keterbatasan akses pendidikan. Melalui kerja sama dengan LPTK di berbagai wilayah, pemerintah ingin memastikan tidak ada guru yang tertinggal dalam kesempatan untuk mengembangkan diri.

Berdasarkan Data Pokok Pendidikan (Dapodik), masih ada lebih dari 233 ribu guru yang belum memenuhi kualifikasi S-1/D-IV. Program Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV memberikan kesempatan pada 12.500 guru PAUD dan SD untuk melanjutkan pendidikan. Ribuan guru dapat menempuh pendidikan diantara 112 perguruan tinggi yang menjadi mitra Kemendikdasmen dengan alokasi anggaran fantastis, mencapai Rp37,5 miliar.

Melalui skema Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL), guru tetap dapat mengajar sambil kuliah. Skema RPL merupakan inovasi Kemendikdasmen untuk meningkatkan akses dan fleksibilitas atas pendidikan tinggi. RPL mengakui pengalaman kerja, pendidikan nonformal, dan informal sebagai bagian dari pendidikan formal. Alhasil, pengalaman mengajar selama puluhan tahun para guru tersebut diakui sehingga dapat mempersingkat masa studi mereka.

“Harapan kami dalam 1 tahun program ini selesai dan mudah-mudahan bisa diwisuda pada tahun yang akan datang,” pungkas Abdul Mu’ti saat kegiatan Taklimat Media di Jakarta, pada Rabu (22/10).

Selain itu, pemerintah juga menyiapkan bantuan biaya pendidikan hingga Rp 3 juta per orang untuk tiap semester.

Setidaknya, ada 11 program prioritas Kemendikdasmen yang berkaitan dengan Peningkatan Kualifikasi, Kompetensi, dan Kesejahteraan Guru. Selain Pemenuhan Kualifikasi Akademik S-1/D-IV, 10 program prioritas lainnya adalah:

1). Tunjangan Profesi Guru,

2). Tunjangan Khusus Guru,

3). Bantuan Subsidi Upah (BSU) dan Insentif bagi Guru NonASN

4). Pendidikan Profesi Guru

4). Peningkatan Kompetensi Guru bidang Pembelajaran Mendalam

5). Peningkatan Kompetensi Guru bidang Koding dan Kecerdasan Artifisial

6). Peningkatan Kompetensi Guru BK dan Guru Kelas tentang Bimbingan Konseling

7). Program Bakal Calon Kepala Sekolah (Pelatihan BCKS)

8). Gerakan Numerasi Nasional

9). Bantuan Rumah Guru

(JEDA)

Penulis: Tim Media Servis