Menuju konten utama

Target Realisasi Investasi Hulu Migas 2017 Diprediksi Meleset

SKK Migas mengakui realisasi investasi hulu migas pada 2017 akan meleset dari target yang dipatok sebesar 12 miliar dolar AS.

Target Realisasi Investasi Hulu Migas 2017 Diprediksi Meleset
(Ilustrasi) Aktivitas di Sumur Parang-1 yang dioperasikan oleh Pertamina Hulu Energi (PHE) Nunukan Company yang berada sekitar enam kilometer dari Pulau Bunyu, Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara , Senin (20/3/2017). ANTARA FOTO/HO/Pertamina.

tirto.id - Kepala Divisi Program dan Komunikasi Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Wisnu Prabawa Taher memperkirakan, hingga akhir 2017, realisasi investasi hulu migas hanya mencapai 10 miliar dolar AS.

Perkiraan itu muncul sebab, sampai November 2017, realisasi investasi hulu migas di Indonesia baru mencapai 8-9 miliar dolar AS. Artinya, pencapaian tahun ini akan meleset dari target, berdasar hasil revisi work plan&budget (WP&B) 2017, yakni 12 miliar dolar AS.

Dia menjelaskan realisasi investasi hulu migas itu didominasi oleh blok produksi migas, karena ada tuntutan untuk menjaga produksi yang optimal. Sementara harga minyak dunia relatif rendah untuk dapat mendorong proyek eksplorasi.

“10 miliar dolar AS itu akhir tahun, kami kejar 2 miliar dolar AS-lah. Kami lihat masalah efisiensi. Tapi kami optimistis tahun depan bisa naik (realisasi investasi migas),” kata Wisnu dalam acara Outlook Ketahanan Energi untuk Mendukung Pertumbuhan Industri Nasional 2018 di Jakarta, pada Rabu (13/12/2017).

Wisnu optimistis, pada 2018, pencapaian investasi hulu migas bisa naik 10 persen dibandingkan tahun ini, sejalan dengan harga minyak dunia yang meningkat. Ia mencatat Indonesia Crude Price (ICP) dalam postur R-APBN 2018 ditetapkan sebesar 48 dolar AS per barel. Sedangkan, pada APBN-P 2017, hanya sebesar 46 dolar AS per barel.

“Tahun depan kita pakai angka (ICP) 48 dolar AS per barel. Tapi, nanti kita sesuaikan dengan harga terkini. Jujur saja harga naik dua bulan terakhir, jadi data WP&B-nya belum final. Nanti akhir bulan atau awal bulan 2018,” ujar dia.

Pernyataan Wisnu beralasan sebab, hingga malam ini (13/12/2017), berdasar data dari The Wall Street Journal, harga minyak dunia mencapai 57,62 dolar AS per dolar.

“Jadi, kita masih melihat prediksi tahun depan harus hati-hati. Kita harus konservatif juga. Mudah-mudahan dengan harganya (minyak dunia) naik, bisa menaikkan jugalah (investasi),” kata dia.

Wisnu mencatat rata-rata harga minyak dunia pada November berada di level 58-59 dolar AS per barel. “Tapi, itukan baru satu bulan. Kalau kita bicara rata-rata setahun 50,5 – 51 dolar AS per barel."

Ia menambahkan, untuk mengejar peningkatan produksi hulu migas tahun depan, ada beberapa proyek plan of development (POD) yang sebagian sudah mencapai fase baru dan fase puncak produksi.

Misalnya, Blok A Aceh, yang dikerjakan oleh PT Medco E&P Malaka, dengan produksi potensi produksi minyak sebesar 1.100 Barrels of Oil per Day (BOPD) dan gas 71 Million Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD). Selain itu, POD Lapangan Parit, POD Lapangan Tutung, POD Kedung Keris dan lainnya.

“Paling besar dari Blok A (Aceh). Paling dominan itu,” ujarnya.

Baca juga artikel terkait INVESTASI MIGAS atau tulisan lainnya dari Shintaloka Pradita Sicca

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Shintaloka Pradita Sicca
Penulis: Shintaloka Pradita Sicca
Editor: Addi M Idhom