Menuju konten utama

Realisasi Lifting Minyak Semester I 2024 Tak Capai Target

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, menyebut hal itu disebabkan banjir yang banyak terjadi di seluruh wilayah Indonesia pada paruh pertama 2024.

Realisasi Lifting Minyak Semester I 2024 Tak Capai Target
Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), Dwi Soetjipto, memberikan keterangan kepada wartawan di Yogyakarta, Selasa (26/11/2019). tirto.id/Irwan A. Syambudi

tirto.id - Realisasi lifting minyak pada semester I 2024 dilaporkan mencapai 576 ribu barel per hari (BOPD) atau sekitar 91 persen dari target Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 yang sebesar 635 ribu BOPD. Artinya, ia tak mencapai target yang ditetapkan.

Realisasi tersebut juga tidak mencapai target Work Program & Budget (WP&B) Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) yang mencapai 596,4 ribu BOPD.

Kepala SKK Migas, Dwi Soetjipto, mengungkapkan bahwa hal itu disebabkan oleh banjir yang banyak terjadi di seluruh wilayah Indonesia pada paruh pertama 2024.

“Karena kita di semester I mengalami gangguan banjir di mana-mana sehingga drilling praktis lebih dari satu bulan tidak bisa dilakukan. Sehingga, ada beberapa keterlambatan drilling yang mengakibatkan realisasi produksi minyak kita adalah 576 ribu barel per hari,” kata Dwi dalam Konferensi Pers Kinerja Hulu Migas Semester I 2024, di Jakarta, Jumat (19/7/2024).

Sementara itu, realisasi salur gas pada enam bulan pertama 2024 mencapai 5.301 juta standar kaki kubik per hari (MMSCFD) atau hanya 92 persen dari target APBN 2024 yang sebesar 5.785 MMSCFD. Realisasi salur gas seturut WP&B pun hanya mencapai 97 persen dari target yang sebesar 5.544 MMSCFD.

Berdasarkan capaian tersebut, Dwi menilai realisasi lifting minyak di akhir 2024 akan mencapai 595 ribu BOPD, sementara outlook salur gas hingga akhir tahun akan mencapai 5.554 MMSCFD.

Realisasinya akan lebih besar dari target WP&B, meskipun kita masih mengalami kendala untuk di APBN. Tapi, sudah mulai kelihatan adanya incline untuk lifting gas,” tuturnya.

Dwi juga menjelaskan bahwa melesetnya realisasi salur gas tersebut disebabkan oleh infrastruktur yang belum memadai. Karenanya, dia berharap agar Jalan Tol Batang-Cirebon dapat segera tersambung di akhir 2025.

Sehingga, kelebihan gas dari Jawa Timur bisa dialirkan ke Jawa Barat. Dan demikian juga [pembangunan pipa gas dari West Natuna Transportation System (WNTS) di Pulau] Pemping yang di Natuna sehingga kelebihan yang di Natuna bisa dialirkan bukan hanya ini [ke Singapura], tapi juga bisa mengalir ke Batam,” harap Dwi.

Sebagai Informasi, kelebihan gas di Natuna saat ini masih mengalir ke Singapura. Dengan selesainya pembangunan pipa gas WNTS, kelebihan gas bisa diserap oleh Batam sehingga gas dari Sumatera bagian tengah bisa dialirkan untuk Jawa Barat.

Baca juga artikel terkait MINYAK BUMI atau tulisan lainnya dari Qonita Azzahra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Qonita Azzahra
Penulis: Qonita Azzahra
Editor: Fadrik Aziz Firdausi