Menuju konten utama
Visi Misi Capres-Cawapres

Target Pertumbuhan Ekonomi para Capres yang Manis di Atas Kertas

Ekonom CORE Mohammad Faisal menilai target pertumbuhan ekonomi yang dituangkan capres-cawapres dalam dokumen proposal visi misi terkesan ambisius.

Target Pertumbuhan Ekonomi para Capres yang Manis di Atas Kertas
Bakal calon presiden Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo dan Anies Baswedan berbincang makan siang bersama saat melakukan pertemuan di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (30/10/2023). Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden

tirto.id - Bidang ekonomi menjadi salah satu sektor yang 'seksi' untuk diperhatikan dan digarap oleh tiga pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden dalam Pilpres 2024. Terlebih, sektor ini erat kaitannya dengan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan Indonesia.

Dalam dokumen yang diserahkan ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD, Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Cak Imin), dan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka telah memaparkan sejumlah program serta target yang ingin dicapai. Khusus sektor ekonomi, ketiganya menjanjikan pertumbuhan ekonomi di atas angin hingga ada yang menyentuh 7 persen.

Anies dan Cak Imin sebagai kandidat pertama yang mendaftarkan diri ke KPU, memasang target pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,5-6,5 persen per tahun dalam lima tahun ke depan jika terpilih. Pasangan yang diusung oleh Koalisi Perubahan untuk Kesatuan (KPP) memiliki sejumlah strategi atau program yang dijalankan untuk mengejar target pertumbuhan ekonomi tersebut.

Dalam dokumen visi misi yang telah diunggah, pasangan yang dijuluki AMIN ini akan mendorong efisiensi anggaran dengan memprioritaskan belanja produktif dan menekan belanja non produktif untuk menghasilkan ruang fiskal yang lebar. Kedua mengelola utang negara secara bertanggung jawab untuk menjaga keberlanjutan fiskal dan menjaga rasio utang terhadap PDB kurang dari 30,0 persen (2029), turun dari 38,1 persen (2023).

Ketiga memperbaiki pengelolaan utang pemerintah untuk mengoptimalkan komposisi: jangka waktu, denominasi mata uang, dan sumber utang dengan proses penerbitan Surat Berharga Negara yang terencana, kompetitif, dan transparan guna memperoleh suku bunga terendah.

Juru Bicara Anies Baswedan, Surya Tjandra, mengatakan target pertumbuhan yang dicantumkan dalam visi misi menjadi suatu yang paling realistis. Angka 5,5 persen hingga 6,5 persen mempertimbangkan kondisi pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 10 tahun ke belakang yang rata-rata hanya tumbuh berkisaran 5 persen saja.

"Itu yang realistis yang paling dibayangkan dan mungkin dilaksanakan bukan cuma jargon. Faktanya kita tidak lebih dari 5 persen selama 10 tahun ini, tidak naik itu. Pada saat yang sama konsen AMIN ini keadilan, kue ini bisa dibagi secara efektif," ujar Surya usai diskusi CSIS di Jakarta Pusat, Kamis (2/11/2023).

Sementara pasangan calon Ganjar dan Mahfud MD, mematok pertumbuhan ekonomi jauh lebih tinggi dari pasangan AMIN. Paslon itu menargetkan pertumbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 persen.

Dalam mengakselerasi pertumbuhan tersebut, sejumlah langkah diambil Ganjar dan Mahfud dengan cara meningkatkan peran koperasi dan UMKM, dukungan usaha baru di seluruh wilayah Indonesia, pemanfaatan infrastruktur, ekonomi digital, pengelolaan ekonomi hijau-biru, serta pertumbuhan industri manufaktur di 7,5-8 persen.

Juru Bicara Tim Pemenangan Nasional Ganjar Pranowo dan Mahfud MD, Sunanto, optimistis target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen dituangkan dalam dokumen visi misi dapat tercapai. Terlebih Ganjar-Mahfud akan menekan tingkat kebocoran pengelolaan keuangan dengan cara pemberantasan korupsi yang tegas untuk pemerintah yang bersih dan dipercaya rakyat.

“Pemberantasan korupsi seperti gagasan Pak Mahfud itu menjadi salah satu bagaimana caranya kita berupaya mencapai 7 persen karena ada dorongan besar untuk birokrasi yang bersih," ujar Sunanto kepada Tirto, Rabu (1/11/2023).

Perhitungan ekonomi sebesar 7 persen tersebut diklaim Sunanto sudah diperhitungkan dengan sangat matang oleh paslon Ganjar-Mahfud. “Kami membuat satu visi dan misi yang tidak secara hitung-hitungan tidak diperhitungkan. Kami sudah hitung bagaimana caranya [mencapai pertumbuhan itu]," kata dia.

Lebih lanjut, Direktur Narasi dan Konten Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud, Roby Muhamad, mengatakan bahwa angka 7 persen bukan sekadar optimisme, tapi sebuah keharusan yang harus dicapai Ganjar-Mahfud. Terlebih, saat ini Indonesia sedang mengalami bonus demografi, di mana terdapat lonjakan penduduk produktif yang banyak sekali perlu disiapkan lapangan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi di bawah target tersebut, maka berdampak kepada penduduk usia muda.

“Jadi pertumbuhan 7 persen itu harus kalau kita ingin rakyat Indonesia ini full penuh bekerja memanfaatkan bonus demografi. Jadi ini masalahnya bukan bisa atau tidak, tapi harus! Kalau tidak Indonesia akan kesulitan selamanya akan menjadi negara penghasilan menengah saja," ujar dia saat konferensi pers di rumah relawan Ganjar-Mahfud, Jakarta, Kamis (2/11/2023).

Dalam mengejar target pertumbuhan tersebut, salah satu langkah dilakukan Ganjar-Mahfud akan fokus terhadap program industrialisasi yang selama ini sudah berjalan. Karena menurut dia, hilirisasi dapat menarik investasi lebih banyak ke Indonesia.

“Tapi bedanya kami komit pertumbuhan ekonomi bukan segalanya, tapi pemerataan penting bagi kita SDM-nya. Maka gerak cepat nomor satu kita, bagaimana mencapai pertumbuhan ekonomi dengan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang cerdas sehat dan berdaya saing," ucap dia.

Di sisi lain, pasangan Prabowo dan Gibran justru tidak mencantumkan target pertumbuhan ekonomi dalam dokumen visi misi yang diserahkan ke KPU. Hanya saja, dalam kata pengantar visi misi dan program tertulis untuk mencapai Indonesia Emas 2045, mulai 2025 dibutuhkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di angka 6 persen hingga 7 persen. Pertumbuhan ini perlu didukung dengan penguatan peran pemerintah dalam roda ekonomi dan pembangunan bangsa sesuai falsafah ekonomi Pancasila.

"Target [pertumbuhan ekonomi] sudah ada di buku visi misi," kata Gibran saat dikonfirmasi Tirto, Kamis (2/11/2023).

Putra sulung Jokowi itu optimistis target pertumbuhan ekonomi yang disampaikan dalam dokumen visi misi tersebut bisa tercapai. Untuk mencapai pertumbuhan itu, Prabowo-Gibran menawarkan sejumlah langkah ekonomi, mulai dari swasembada pangan, penyempurnaan penerimaan negara, energi dan air, pemberantasan kemiskinan, penguatan pendidikan, menjamin ketersediaan pelayanan kesehatan, pelestarian lingkungan hidup, hingga melanjutkan hilirisasi dan industrialisasi.

"Cukup realistis," singkat Gibran.

Target Pertumbuhan Ambisius atau Realistis?

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economic (CORE), Mohammad Faisal, menilai target pertumbuhan ekonomi yang dituangkan capres dan cawapres dalam dokumen proposal visi misi terkesan ambisius. Karena faktanya, target pertumbuhan ekonomi sebesar 7 persen yang dijanjikan oleh Presiden Joko Widodo sampai hari ini pun tidak tercapai.

Sejak 2015 hingga periode kedua kepemimpinan Jokowi, realisasi pertumbuhan Indonesia selalu melenceng dari apa yang pernah diucapkan saat kampanye. Pertumbuhan ekonomi Indonesia rerata hanya bertengger di kisaran 5 persen saja.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2015 berada 4,88 persen, 2016 tercatat 5,03 persen, 2017 hanya 5,07 persen, 2018 capai 5,17 persen, 2019 turun menjadi 5,02 persen, 2020 bahkan minus 2,07 persen, 2021 3,69 persen, dan 2022 5,31 persen.

“Tapi sekali lagi cara dan strategi untuk mencapai itu menjadi penting. Karena kalau tidak ini cuma hanya sekadar janji-janji manis saja gitu sebagaimana waktu awal Pak Jokowi," kata Faisal kepada Tirto, Rabu (1/11/2023)

Menurut Faisal, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di atas 5 persen butuh kerja keras luar biasa. Misalnya dengan cara hilirisasi. Para pasangan calon harus betul-betul memikirkan seperti apa jalannya hilirisasi harus dilakukan sampai lima tahun ke depan.

"Itu juga perlu dilakukan secara hati-hati," imbuh dia.

Dia khawatir jika para capres dan cawapres hanya mendorong pertumbuhan ekonomi dengan mengandalkan masuknya investasi saja dan tidak memperhatikan aspek yang lainnya, ini justru bisa berdampak buruk. Karena banyak hal yang mereka abaikan demi mencapai pertumbuhan ekonomi lebih tinggi.

“Karena memengaruhi pertumbuhan ekonomi itu banyak bukan hanya faktor dari dalam domestik. Tapi juga dari eksternal global dan itu harus ada dukungan berbagai kebijakan fiskal moneter dan sektor riil yang tepat untuk itu. Dan sektor apa yang ingin dijadikan motor penggerak pertumbuhannya?” kata dia mempertanyakan.

Lebih lanjut, Faisal mengatakan, meski terkesan ambisius, untuk mencapai pertumbuhan sekitar 5 sampai 6 persen bukan hal yang mustahil juga. Tapi sekali lagi, perlu ada pendekatan yang tidak biasa mesti dilakukan para pasangan calon.

“Untuk 2029 sebetulnya bukan berarti tidak mungkin bisa dilakukan terutama kalau 5-6 persen ya, maksimum 6 persen itu bisa realistis untuk bisa dicapai,” kata Faisal.

Peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios), Muhammad Andri Perdana, mengamini target pertumbuhan ekonomi 5,5–6,5 persen per tahun pada visi misi Anies–Muhaimin merupakan target yang cukup terukur. Terlebih pada masa sepuluh tahun pemerintahan sebelum Jokowi, Indonesia pernah mencapai rata-rata pertumbuhan tersebut, yakni 5,72 persen per tahun dari 2005 hingga 2014.

Di sisi lain, target 7 persen per tahun pada visi misi Ganjar-Mahfud bisa dibilang sangat berat. Hal ini karena pada sembilan tahun pemerintahan Jokowi, rata-rata pertumbuhan Indonesia hanya 4,01 persen dan paling tinggi, yakni tahun lalu, hanya pernah pada level 5,31 persen per tahun.

"Target pertumbuhan ekonomi pada visi Prabowo-Gobran juga berada pada 6–7 persen per tahun, yang mana juga tak mudah dan akan sangat bergantung dari kondisi ekonomi dunia," tukas dia kepada Tirto.

Baca juga artikel terkait PERTUMBUHAN EKONOMI atau tulisan lainnya dari Dwi Aditya Putra

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Dwi Aditya Putra, Irfan Amin & Ayu Mumpuni
Penulis: Dwi Aditya Putra
Editor: Abdul Aziz