tirto.id - Empat gol Edinson Cavani ke gawang Caen dalam lanjutan Ligue1 Perancis pada Sabtu (17/9/2016) lalu sangat melegakan Paris Saint Germain (PSG). Striker Uruguay ini hanya butuh satu babak saja untuk membukukan kuartet golnya. Pelatih Unai Emery pun dibikin tenang dan menyimpan Cavani usai turun minum. Hasilnya, PSG memungkasi laga dengan kemenangan telak 0-6 atas tuan rumah.
Hengkangnya Zlatan Ibrahimovic justru menjadi berkah bagi Cavani setelah tiga musim terakhir berada di bawah bayang-bayang bomber Swedia itu. Selama ada Ibra yang selalu menjadi raja di barisan depan PSG, Cavani harus mengalah dan rela dimainkan di luar posisi favoritnya.
Sekarang, Cavani menjadi satu-satunya tumpuan Les Parisiens untuk menggedor gawang lawan. Tak kuasa menahan Ibra yang hijrah ke Premier League usai kontraknya habis, PSG hingga kini belum mendapatkan predator yang sepadan meskipun sosok tersebut sebenarnya ada pada diri Cavani.
Alhasil, Cavani pun dikedepankan dan sangat mungkin menjadi jaminan mutu untuk lini depan salah satu klub paling tajir di dunia itu. Berkat Cavani, PSG terancam batal panik kendati tanpa Ibrahimovic.
Cavani Menebar Bukti
PSG memang belum stabil hingga pekan keempat Ligue1. Juara bertahan yang menjadi kampiun dalam empat musim terakhir secara beruntun ini masih terdampar di posisi ketiga dengan selisih tiga poin dari AS Monaco yang berada di puncak klasemen.
Mengawali kompetisi dengan kemenangan 3-0 atas Metz, PSG pulang dengan tangan hampa di laga kedua lantaran disikat AS Monaco dengan skor 1-3. Di pertandingan ini, gol hiburan PSG dicetak oleh Cavani.
Pasukan Unai Emery masih melempem di pekan berikutnya usai ditahan imbang 1-1 oleh Saint-Etienne. Empat hari berselang, lagi-lagi skor 1-1 yang didapat di Parc des Princes, kali ini di pentas Liga Champions melawan Arsenal. Gol kilat Cavani mampu dibalas oleh Alexis Sanchez dan menggagalkan kemenangan PSG.
Duel selanjutnya kontra Caens pun menjadi panggung aksi bagi Cavani dengan gelontoran 4 golnya. Dengan demikian, eks bomber Napoli dan Palermo ini telah mengoleksi 6 gol dalam 5 penampilan bersama PSG di kompetisi domestik maupun Liga Champions.
Jika konsisten, Cavani punya kans besar untuk menempatkan dirinya di barisan striker andalan PSG sepanjang masa, berdiri sejajar dengan para bomber legendaris klub yang baru terbentuk pada 1970 itu macam Francois M'Pele (1973-1979), Dominique Rocheteau (1980-1987), David Ginola (1991-1995), George Weah (1992-1995), Pauleta (2003-2008), dan tentu saja Zlatan Ibrahimovic (2011-2016).
Bahkan, peluang Cavani sebagai penyerang utama klub kaya raya asal ibukota Perancis itu masih terbuka lebar untuk beberapa musim ke depan mengingat usianya yang sedang matang-matangnya, 29 tahun.
Cavani memang bukan striker biasa. Selama masih berada di balik kedigdayaan Ibrahimovic, ia terbilang cukup banyak mendulang gol. Di musim pertamanya, 2013/2014, Cavani mencetak 25 gol dalam 43 laga. Torehan golnya meningkat pada musim berikutnya, yakni 31 gol yang dibuatnya dalam 53 penampilan.
Musim 2015/2016 lalu yang sekaligus menjadi musim terakhir Ibrahimovic di Paris, Cavani mengoleksi 25 gol dalam 25 pertandingan. Total, sejak diboyong dari Napoli tiga tahun silam, ia sudah membukukan 87 gol dari 152 laga di semua ajang bersama PSG.
Sebelum pindah ke negeri Napoleon pun, Cavani telah mengguratkan taji sejak awal karier profesionalnya. Bermula dari klub tanah kelahirannya di Uruguay, Danubio FC, Cavani muda menyumbangkan 13 gol dari 30 pertandingan untuk klub yang bermarkas di Montevideo itu.
Tahun 2007, ia merantau ke Italia dan bergabung dengan Palermo. Cavani mempersembahkan 37 gol dalam 117 penampilan selama 3,5 musim memperkuat klub semenjana di negeri pizza tersebut.
Napoli lantas menggaetnya jelang musim 2010/2011. Bersama mantan klub legenda Argentina, Diego Armando Maradona, itu, Cavani benar-benar menunjukkan ketajamannya dengan mencetak 104 gol dari 138 laga di seluruh ajang dalam tiga musim.
Di Napoli, Cavani meraih gelar top skor Coppa Italia 2011/2012 dan Serie A 2012/2013 serta masuk dalam jajaran Serie A Team of the Year selama tiga musim beruntun. Gelimang prestasi memukau inilah yang membuat PSG berhasrat memboyongnya ke Paris.
Penyangga Pilar PSG
Ada yang sedikit aneh di musim 2016/2017 ini. PSG yang biasanya royal dalam membelanjakan uang untuk mendatangkan pemain bintang kali ini tampak lebih berhemat. Klub milik juragan minyak asal Qatar, Nasser Al-Khelaifi, ini hanya merogoh 68 juta euro untuk membeli sejumlah pemain berkualitas tanggung. Jumlah ini hampir sama dengan pemasukan dari penjualan pemain sebesar 69 juta euro.
Bandingkan dengan musim lalu di mana PSG menghabiskan 116 juta euro lebih, termasuk untuk menghadirkan bintang Argentina, Angel Di Maria, dengan tebusan 63 juta euro dari Manchester United. Sedangkan total pemain yang keluar hanya seharga 16.8 juta euro.
Pemain baru PSG paling mahal musim ini adalah gelandang Polandia, Grzegorz Krychowiak, yang didatangkan dari Sevilla dengan mahar 26 juta euro. Meskipun tampil cukup apik di Piala Eropa 2016 lalu, namun pesepakbola 26 tahun ini dinilai belum bisa dikategorikan dalam golongan pemain bintang.
Jese Rodriguez menjadi pemain termahal kedua PSG musim ini yang ditebus dari Real Madrid sebesar 25 juta euro. Penyerang muda Spanyol ini memang punya potensi, tapi juga belum dapat disejajarkan dengan para striker top dunia.
Selebihnya, PSG cuma merekrut sejumlah pemain yang pamornya bahkan kalah mentereng, seperti Thomas Meunier dan Hatem Ben Arfa. Sebagian besar lainnya malah dipinjamkan atau dilepas lagi ke klub lain. Belum lagi materi skuad yang kian keropos karena cukup banyak pemain pilar yang hengkang.
Selain Ibrahimovic, sejumlah bintang PSG juga turut pergi, baik sebagai pemain pinjaman, habis kontrak, maupun dilego ke klub lain, termasuk Salvatore Sirigu, Souleyman Doumbia, Benjamin Stambouli, Gregory van der Wiel, Lucas Digne, Ezequiel Lavezzi, dan yang paling akhir David Luiz.
Dengan materi pemain yang ada saat ini, apakah PSG mampu melanjutkan keperkasaannya di Perancis yang nyaris tidak tertandingi dalam beberapa musim terakhir?
Cavani dan para penyangga pilar PSG lainnya yang masih tersisa macam Thiago Silva, Javier Pastore, Marco Verratti, Angel Di Maria, Thiago Motta, Lucas Moura, juga Blaise Matuidi, tentunya harus menjawab tantangan tersebut.
Di sisi lain, inilah waktunya bagi Cavani untuk membuktikan diri bahwa PSG tidak perlu panik meskipun telah ditinggal hengkang banyak bintang, termasuk kepergian sang bomber utama selama ini, Ibrahimovic.
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti