tirto.id - Tak lama setelah Ratna Sarumpaet mengaku telah menyebarkan kabar bohong di hadapan pers pada Rabu (3/10) petang, warganet langsung bereaksi di dunia maya. Yang dikomentari tak hanya Ratna Sarumpaet dengan tagar #wajahmuplastik serta #koalisiplastik, tapi juga aktor Rio Dewanto, suami dari aktris Atiqah Hasiholan, putri dari Ratna. Tagarnya: #saveriodewanto dan #2019gantimertua.
Hingga berita ini ditulis, melalui layanan pelacak sosial media keyhole.co,Tirto mencatat, kedua tagar tersebut muncul dalam 1.000 cuitan di Twitter sejak pertama kali nongol pada Rabu lalu. Publik juga masih dapat mengamati kedua tagar tersebut berseliweran di Instagram, seringkali berdampingan dalam satu kolom komentar.
Cuitan dari akun @Wasikowska_termasuk yang paling banyak mendapatkan reaksi warganet. Dalam cuitannya itu, akun tersebut menyertakan sebuah meme bertuliskan "Yang ngeluh soal mertua .. belum ngerasain jadi Rio Dewanto." Hingga berita ini ditulis, cuitan ini mendapatkan 1.303 like dan 2.313 retweet.
Sebelumnya, Ratna Sarumpaet mengaku babak belur dihajar sejumlah orang pada September lalu. Namun, klaimnya ternyata bohong belaka. Wajahnya lebam akibat operasi plastik yang dilakukannya untuk menyedot sejumlah lemak di wajah.
Fenomena "Mertua Galak"
Terlepas dari kasus yang menimpa Ratna, fenomena tanda tagar #saveriodewanto dan #2019gantimertua beserta meme-meme yang menyertainya boleh jadi mencerminkan citra klasik dari relasi mertua dan menantu yang sering digambarkan antagonis.
Dalam penelitian berjudul "In-Law Relationships Before and After Marriage" (2012), Karen L. Fingerman dkk menyebutkan bahwa relasi mertua-menantu adalah hubungan yang unik. Selain karena fakta bahwa tiap orang yang terlibat di dalamnya adalah orang dewasa, relasi ini bersifat non-sukarela dan didasarkan pada keberadaan pihak ketiga, yakni sang anak dari mertua tersebut.
Ibu mertua, tulis Fingerman dkk, biasanya lebih dominan ketimbang bapak mertua karena interaksi yang lebih tinggi antara ibu mertua dengan menantu. Walhasil, karena kedekatan itulah ibu mertua seringkali lebih emosional ketimbang bapak mertua.
Menurut studi yang sama, selama 50 tahun terakhir, muncul stereotip bahwa relasi dengan ibu mertua adalah hubungan keluarga yang paling problematis. Padahal, psikolog Terri L. Orbuch dkk dalam risetnya yang bertajuk "Early Family Ties and Marital Stability Over 16 Years: The Context of Race and Gender" (2013) menuliskan bahwa baik-buruknya relasi antara mertua-menantu dapat berdampak pada stabilitas hubungan perkawinan menantu.
Di awal masa pernikahan, lanjut Orbuch, perasaan kedekatan pasangan dengan mertua sangat penting bagi masa depan perkawinan. Meski demikian, menantu perempuan—ketimbang menantu laki-laki—lebih sering mengalami kesulitan dalam berhubungan dengan mertua.
Studi garapan para peneliti dari University of Cambridge Center of Family Research dan the Stand Alone Institute semakin menegaskan hal ini.
Melibatkan 807 responden, studi berjudul "Hidden Voices: Family Estrangement in Adulthood" (2015; PDF) ini mengemukakan bahwa salah satu penyebab kerenggangan dalam keluarga adalah kerenggangan dalam hubungan antara istri dengan mertua dari pihak suami.
Salah satu komentar dari responden menggarisbawahi hal tersebut. Ia menulis: "Anak saya dan saya memiliki hubungan yang sangat kuat selama 25 tahun. Ia kemudian bertemu calon istrinya dan perlahan hubungan kami dengan dia dan semua orang di sekelilingnya terputus."
Yang Penting Keluarga Anda
Jika Anda merasa benar-benar berkonflik dengan ibu mertua, penulis dan pakar hubungan Yvonne K. Fulbright, punya beberapa tips yang dapat Anda terapkan.
Menulis di Psychology Today, Fulbright mengatakan bahwa Anda perlu mempelajari cara mengelola perasaan kapanpun Anda berkonflik dengan ibu mertua. Hal ini, terang Fulbright, sangat penting untuk menjaga kesehatan mental, yang tentu punya dampak terhadap keharmonisan keluarga.
Ambil jeda sejenak dan pikirkan dari mana ibu mertua Anda berasal. Bayangkan Anda ada di posisinya dan melihat segala persoalan dari kacamatanya. Perilaku menyebalkan ibu mertua boleh jadi sekadar gejala dari masalah yang lebih besar pada dirinya, mungkin juga menunjukkan problem antara dia dengan pasangan Anda.
Pikirkan cara berinteraksi yang tepat dengan mertua dan peran yang bisa Anda mainkan dalam situasi yang tidak enak. Jangan ragu meminta pendapat dari pihak ketiga dan jujurlah kepada diri Anda sendiri saat menyimak pendapat tersebut.
Saran Fulbright lainnya: tidak menaruh ekspektasi berlebihan pada hubungan dengan mertua. Jika Anda merasa mertua lebih banyak memberikan pengaruh buruk, Anda harus berani tegas membatasi keterlibatan mertua di dalam kehidupan keluarga Anda.
Editor: Windu Jusuf