Menuju konten utama

Subsidi Motor Listrik Dibahas, Seberapa Siap Ekosistemnya di RI?

Persiapan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, menurut ekonom INDEF Tauhid Ahmad, dinilai masih belum siap saat ini untuk kendaraan roda empat.

Subsidi Motor Listrik Dibahas, Seberapa Siap Ekosistemnya di RI?
Pengunjung mengamati sejumlah kendaraan motor dinas Pemerintah Kota Bogor yang menggunakan energi listrik saat dipamerkan di Balaikota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (26/11/2022). ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/hp.

tirto.id - Indonesia sedang berupaya melakukan percepatan green mobility antara lain ditempuh melalui pengembangan ekosistem manufaktur kendaraan ramah lingkungan.

Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan dan insentif yang bertujuan untuk mendukung pasokan kendaraan listrik yang terjangkau. Salah satunya dengan rencana insentif pembelian kendaraan listrik berbasis baterai yang saat ini masih digodok.

Rencananya, aturan tersebut akan ditetapkan pada awal Februari mendatang dan insentif akan diatur melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK). Tujuannya agar migrasi ke motor listrik segera bisa dilakukan, akan tetapi bagaimana kesiapan ekosistemnya di Indonesia?

Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad menuturkan, persiapan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, khususnya untuk kendaraan roda empat dinilai belum siap.

Sebab, dalam rancangan kendaraan listrik roda empat baru hanya satu sampai dua produsen saja yang baru membangun pabriknya di Indonesia, dan hasilnya masih belum maksimal secara ekosistem.

Lalu, untuk kendaraan listrik roda dua seperti motor listrik, sudah ada produksi nasional yang merancang kendaraan bermotor listrik tersebut.

Sejak produsen motor listrik lokal dibangun, menurut Ahmad, secara ekosistem sejauh ini masih lebih baik. Meskipun infrastruktur di Indonesia tetap perlu ditingkatkan kapasitasnya dalam mengelola motor listrik.

“Untuk kendaraan listrik roda empat saya kira masih belum maksimal ekosistemnya di Indonesia, karena produsen yang mampu dan membangun pabrik di Indonesia baru hanya ada satu sampai dua saja. Dan, belum terlalu efektif,” tutur Ahmad ketika dihubungi Tirto, Jakarta, Minggu (29/1/2023).

“Secara ekosistem Indonesia saat ini lebih kepada kendaraan listrik roda dua, karena sudah ada produksi nasionalnya. Namun, infrastruktur di Indonesia tetap perlu ditingkatkan kapasitasnya dalam mengelola kendaraan listrik tersebut walaupun sudah jauh lebih baik,” tambahnya.

Menurut Ahmad, kendaraan listrik roda dua dinilai sudah praktis di Indonesia karena pengisian daya yang diinginkan bisa dilakukan di rumah. Berbeda dengan kendaraan listrik roda empat yang harus dilakukan di luar dan pengisian daya seperti motor listrik yang dilakukan di rumah masih membutuhkan waktu.

Bagi Ahmad, agar terjadi sebuah ekosistem yang bagus dan merata, kebijakan subsidi perlu dilakukan. Penerapan subsidi tersebut, kata Ahmad, harus tepat sasaran khususnya pada kendaraan listrik roda dua.

Ahmad menilai penerapan subsidi kendaraan listrik roda dua di Indonesia sangat cocok. Apalagi, Indonesia sebagian besar penduduknya lebih didominasi oleh para pengendara kendaraan roda dua.

Masyarakat kalangan menengah ke bawah, menurut Ahmad, telah mendominasi penggunaan kendaraan sepeda motor roda dua.

Agar terciptanya ekosistem yang luas, Ahmad mengharapkan insentif subsidi ini diprioritaskan untuk para pengendara roda dua. Tujuannya supaya mereka dengan mudah bisa menukar tambah kendaraan bermotor konvensionalnya ke kendaraan bermotor listrik atau membeli baru.

Apalagi hal ini didukung oleh produsen lokal di Indonesia dengan pemberian insentif yang lebih besar. Sebab, menurut Ahmad, dari sisi tenaga kerjanya, teknologinya, patut diapresiasi agar pengembangan motor listrik di Indonesia lebih maju.

Baca juga artikel terkait SUBDISI KENDARAAN LISTRIK 2023 atau tulisan lainnya dari Hanif Reyhan Ghifari

tirto.id - Bisnis
Reporter: Hanif Reyhan Ghifari
Penulis: Hanif Reyhan Ghifari
Editor: Maya Saputri