tirto.id - Stephen Hawking yang dikenal sebagai fisikawan dengan karyanya yang terkenal "A Brief History of Time" meninggal dunia di usia 76 tahun.
Sampai di akhir usianya ia telah melawan penyakit saraf motorik atau dalam kedokteran diistilahkan sebagai motor-neuron disease amyotrophic lateral sclerosis (ALS) yang ia derita sejak usianya 21 tahun.
Seperti diberitakan oleh The Guardian, Hawking diketahui menderita penyakit ini sejak tahun 1963. DI Eropa, ALS kerap disebut sebagai penyakit charcot, sementara di Amerika Serikat, lou gehrig.
Awalnya, pihak medis mendiagnosis hidupnya tinggal hanya dua tahun lagi. Penyakitnya berkembang lebih lambat dibanding penyakit yang diderita orang kebanyakan. Hingga kemudian, ia mampu melawan penyakit mematikan ini selama lebih dari 50 tahun.
ALS sendiri termasuk dalam kelompok penyakit motor neuron disease (MND). Penyakit ini menyerang sel-sel saraf (neuron) pengendali gerak otot. ALS menyebabkan otot-otot ini mengalami degenerasi terlalu cepat dan mati.
Berdasarkan laporan Reader's Digest ALS adalah MND yang menyerang sistem saraf pusat atas dan bawah (di otak dan sumsum tulang belakang), yang mengendalikan gerak semua otot di seluruh tubuh, kecuali gerak otonom, seperti jantung. Sel-sel saraf motor itulah yang membuat kita dapat bergerak, berbicara, menelan, dan bernapas. Tanpa diaktivasi oleh saraf, otot-otot itu akan melemah dan berangsur habis.
Ketika seseorang terserang ALS, maka akan terjadi degenerasi yang progresif pada sel-sel saraf motor tersebut. Sehingga timbul gejala yang berupa pelemahan otot yang kemudian mengakibatkan kelumpuhan tangan, kaki, gangguan menelan, berbicara dan bernapas.
Meskipun mengalami kelumpuhan karena ALS, karier ilmiah Hawking terus berlanjut selama lebih dari empat puluh tahun. Buku-buku dan penampilan publiknya menjadikan ia sebagai seorang selebritis akademik dan teoretikus fisika yang termasyhur di dunia. Hal ini dikarenakan ALS tidak mempengaruhi kemampuan mengindra, intelektual dan daya ingat.
Kabar meninggalnya tokoh yang berjasa di bidang kosmologi ini dikonfirmasi oleh pihak keluarga di rumahnya di Cambridge, pada Rabu (14/3/2018) pagi, seperti dilansir dari BBC.
Dalam pernyataannya, putra dan putri Hawking, Lucy, Robert, dan Timpthy mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas meninggalnya ayah tercinta mereka.
"Keberanian dan sikapnya yang persisten dipadu dengan kecerdasan dan humornya akan tetap menginspirasi semua orang di seluruh dunia. Kami akan merindukannya," kata mereka.
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani