Menuju konten utama

Sri Mulyono, Relawan Pemakaman Corona, Meninggal karena Corona

Sri Mulyono dikenal sebagai pribadi yang berperikemanusiaan. Ia memilih jadi relawan pemakaman Corona, dan akhirnya meninggal karena penyakit itu.

Sri Mulyono, Relawan Pemakaman Corona, Meninggal karena Corona
[Ilustrasi] Petugas memakamkan jenazah pasien Covid-19 di TPU Jombang, Tangerang Selatan, Sabtu (12/9/2020. tirto.id/Andrey Gromico

tirto.id - Aiptu Sri Mulyono, polisi yang bertugas di Dalmas Direktorat Samapta Polda DIY, meninggal karena virus Corona dalam usia 43 tahun. Orang-orang mengenalnya sebagai pribadi loyal yang membaktikan diri untuk kemanusiaan. Itu terbukti dengan apa yang dia lakukan dalam tiga bulan terakhir dalam hidup: menjadi relawan pemakaman jenazah dengan protokol COVID-19.

Sri Mulyono membawa tegar di tengah duka. Rekannya bilang ia adalah relawan yang membaktikan tenaga lebih dari orang lain dan selalu mengambil peran lebih.

Kesaksian itu datang dari Michael Aryawan. Ia pertama kali bertemu Sri Mulyono pada awal Mei 2020. Keduanya jadi relawan di Posko Dukungan Operasi Satgas COVID-19 DIY. Mereka sudah lima kali terlibat pemakaman jenazah. Michael mengenang Sri Mulyono sebagai teman yang tak henti memberikan semangat.

“Dia suka menyanyi sambil main gitar. Sambil menunggu ‘paket’ itu dia nyanyi bisa semalaman,” kata Michael kepada saya, Senin (21/9/2020). Para relawan menyebut peti jenazah protokol COVID-19 dengan istilah ‘paket’.

Satu tim emergency di bawah Komando Tim Reaksi Cepat (TRC) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY terdiri dari tujuh orang. Ada sopir, pengangkat jenazah, pengubur, dan penyemprot disinfektan. Setiap hari anggota tim bisa berbeda-beda. Mereka digilir dan diharuskan siap siaga.

Tiap ada panggilan, yang pertama kali mereka lakukan adalah memakai alat pelindung diri (APD) lengkap. Biasanya mereka menjemput ‘paket’ di rumah sakit menggunakan mobil ambulans, lalu langsung ke pemakaman.

Michael bilang Sri Mulyono adalah salah satu relawan yang punya tenaga di atas rata-rata. Sri Mulyono selalu ambil bagian angkat peti sekaligus pengubur.

Michael melanjutkan cerita: “Dan setelah itu yang baca doa pasti dia. Nafasnya kuat. Kami saja yang habis uruk mau ngomong sudah tidak sanggup karena pakai masker full face, tapi dia masih bisa baca doa dengan lantang.”

Sri Mulyono kata dia juga paling rajin. Jika relawan lain biasanya ambil libur dua hari, maka Sri Mulyono beberapa kali istirahat hanya satu hari.

Mereka bertugas bersama untuk terakhir kalinya pada 6 Juli, mengantar jenazah COVID ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Madurejo Sleman. Itu juga jadi kali terakhir Sri Mulyono terlibat dalam pemakaman jenazah. Meski punya fisik tangguh, Sri Mulyono ternyata tak kuasa menahan COVID-19 bersama penyakit penyerta yang dideritanya. Ia meninggal pada Minggu (20/9/2020), belum diketahui dimana awalnya ia tertular.

Istri dan anak Sri Mulyono kini dirawat di rumah sakit karena juga terpapar COVID-19.

Yang menguburkan Sri Mulyono tak lain adalah rekan-rekannya sendiri, termasuk Michael. Para relawan memberikan penghormatan terakhir dengan hati hancur.

Komandan TRC BPBD DIY Pristiawan Buntoro mengatakan Sri Mulyono bergabung di Posko Dukungan Operasi Satgas COVID-19 DIY, yang sebelumnya bernama Posko Dukungan Operasi Gugus Tugas COVID-19 DIY, setelah mendapatkan surat tugas operasi Aman Nusa Progo Polda DIY dari 22 Maret-30 Juni.

Sri Mulyono saat itu masih bertugas di Tim Detasemen Gegana Unit Kimia Biologi dan Radioaktif (KBR) Sat Brimob Polda DIY. Pristiawan bilang Sri Mulyono adalah salah satu orang yang ikut merancang sistem dekontaminasi agar para relawan aman dari paparan virus dan bahan berbahaya lain yang masih digunakan sampai sekarang. “Itu semua ilmunya dari beliau,” katanya.

Saat itu dari KBR Brimob Polda DIY ada 24 personel yang diperbantukan. Sri Mulyono sendiri lebih banyak mengambil peran di posko.

“Beliau bersedia jadi tim pemakaman protokol COVID-19, beliau juga sering membantu di luar jam dinas,” katanya. Ia bahkan masih membantu setelah masa tugasnya di Posko Dukungan Operasi habis, dan akhirnya memutuskan jadi relawan penguburan jenazah. “Waktu itu beliau bilang sudah merasa cukup di dunia ini, beliau pengin lebih untuk bermanfaat buat orang lain.”

Kesaksian juga datang dari Komandan Brimob Polda DIY Kombes Pol Imam Suhadi. Imam bilang Sri Mulyono sudah sekitar dua tahun ditempatkan di Tim Detasemen Gegana Unit Kimia KBR Sat Brimob Polda DIY sebelum dipindahkan. Unit ini menurutnya paling mumpuni ikut dalam penanganan pandemi.

“KBR ini memang yang paling siap begitu ada pandemi. Penanganan tahu,” katanya. “Tapi malah beliau yang jadi korbannya sendiri.”

Imam sangat mengapresiasi kerja-kerja kemanusiaan Sri Mulyono. Ia bilang Sri Mulyono adalah anggota yang loyal di kesatuan dan sangat mengedepankan kemanusiaan saat bertugas.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Rio Apinino