tirto.id - Jurnalis senior sekaligus pendiri rumah produksi Watchdoc, Dandhy Dwi Laksono, mengaku enggan merespons komentar Menko Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan yang mengatakan bahwa pembuat film dokumenter Sexy Killers adalah orang kurang kerjaan.
Sebagai salah satu pembuat film dokumenter tersebut, Dandhy mengaku enggan memberi respons karena Luhut tak mengomentari film Sexy Killers secara substansial.
"Saya baru akan merespons kalau nanti Pak Luhut sudah mengomentari substansi filmnya. Jika hanya berkomentar "enggak bener, atau kurang kerjaan", saya serahkan responnya kepada penonton yang lain," kata Dandhy lewat pesan teks singkat kepada wartawan Tirto, Selasa (23/4/2019) pagi.
Dandhy mengaku, alasan dirinya menunggu komentar Luhut secara subtansial ke film Sexy Killers tersebut adalah agar dirinya mengetahui sebagai posisi apa Luhut berkomentar.
"Yang kedua, agar saya juga tahu, beliau merespons sebagai pejabat publik yang membuat keputusan-keputusan di bidang energi, atau sebagai pemegang saham perusahaan energi dari hulu hingga hilir?" tambahnya.
Sebelumnya, Luhut menepis fakta dan data yang tersaji dalam Sexy Killers. Ia mengatakan itu tidak benar dan pembuatnya hanya "kurang kerjaan."
"Tidak benar itu. Kurang kerjaan itu," tegas dia, Senin (22/4/2019).
Film dokumenter tersebut menyajikan praktik kotor bisnis batu bara oleh para politisi, salah satu pemegang saham terbesar, menurut film tersebut, adalah Luhut sendiri. Nama Luhut ikut terseret karena menjadi salah satu pemegang saham perusahaan batu bara, PT Toba Bara Tbk (TOBA).
Perusahaan itu disebut-sebut ikut menjadi salah satu pihak yang menambang batu bara sampai dikirim ke berbagai kawasan untuk pembangunan PLTU yang dianggap tak bertanggung jawab dengan masyarakat sekitar.
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Maya Saputri