tirto.id - Film Dolimite Is My Name merupakan film biografi Rudy Ray Moore, komedian kulit hitam ternama di Amerika pada 1970-an.
Film yang disutradarai oleh Craig Brewer ini tayang perdana di Festival Film Internasional Toronto pada 7 September 2019 dan dirilis secara terbatas di bioskop pada 4 Oktober 2019. Sementara itu di Netflix, film ini resmi rilis pada 25 Oktober 2019.
Berdurasi 1 jam 58 menit, film ini tak hanya menyajikan unsur komedi, tetapi juga menyinggung isu ras yang terjadi di Amerika pada saat itu.
Film Dolemite Is My Name dibintangi oleh Eddie Murphy, Keegan-Michael Key, Mike Epps, Craig Robinson, Titus Burgess, Da ‘Vine Joy Randolph, dan Wesley Snipes.
Dilansir dari situs IMDb, film Dolemite Is My Name sementara mendapat rating 7,3/10 dari 55.079 penilaian. Sementara itu, di laman Rotten Tomatoes film ini mendapat skor 97% dari penilaian tomatometer dan 91% dari penilaian audiensnya.
Sinopsis Film Dolemite Is My Name (2019)
Berlatar tahun 1970, karakter utama dalam film ini adalah Rudy Ray Moore (Eddie Murphy), atau yang akrab disapa Rudy. Ia adalah seorang pria berkulit hitam yang tinggal di Los Angles dengan mimpi menjadi artis besar.
Sembari menjalani profesinya sebagai asisten manajer di sebuah toko kaset, Rudy juga perlahan mulai meniti kariernya di industri hiburan.
Awal perjalanan karier Rudy susah. Dua album musiknya tidak laku di pasaran. Ia lantas alih profesi sebagai komedian, tapi itupun tak membuahkan hasil. Publik menilai, gaya bermusik dan humor yang dibawakan Rudy dianggap terlalu kuno.
Suatu hari, Rudy mendapat inspirasi materi komedi dari seorang gelandangan yang datang ke tokonya. Ia kemudian mengolah materi tersebut dan membentuk karakter khasnya sebagai seorang stand up komedian.
Rudy memilih Dolemite sebagai nama panggungnya dengan gaya penampilan yang nyentrik dan materi humor yang cenderung vulgar.
Dengan tampilan barunya, Rudy sukses mendapat antusiasme dari orang-orang yang menontonnya.
Rudy kemudian berinisiatif merekam aksi komedinya dan menjadikannya album. Ia sempat mendatangi produser hiburan dan menawarkan album komedinya untuk dipasarkan. Namun tawaran itu ditolak mentah-mentah. Materi komedinya dianggap tidak senonoh.
Rudy tidak patah semangat. Ia kemudian menjual album itu secara mandiri di toko kaset tempatnya bekerja dan di jalanan. Tak disangka album tersebut meledak di pasaran dan membuat Rudy semakin dikenal. Ia bahkan menggelar tour komedi di beberapa kota.
Untuk merayakan kesuksesan album komedinya, Rudy mentraktir beberapa temannya untuk menonton film di bioskop. Di sana, ia mendapat inspirasi baru. Rudy berpikir ia akan lebih cepat terkenal jika menayangkan komedinya melalui bioskop, tanpa harus tour antarkota.
Rudy kemudian memutuskan untuk membuat film. Ia mendatangi Produser film, tetapi lagi-lagi Rudi mendapat penolakan. Industri film Amerika saat itu didominasi oleh orang kulit putih, dan Rudy dianggap tidak memiliki postur tubuh yang cukup bagus untuk menjadi seorang aktor.
Lagi-lagi dengan tidak patah semangat, Rudi memberanikan diri membuat film menggunakan dana pribadinya. Ia meminta bantuan pada penulis naskah teater untuk membuat naskah filmnya. Rudi juga menunjuk salah satu aktor kulit hitam menjadi sutradara, hingga mengajak beberapa mahasiswa perfilman UNCLA sebagai krunya.
Meskipun hampir semua kru yang terlibat minim pengalaman, produksi film tetap dilanjutkan. Akankah film yang dibuat oleh Rudy sesukses album komedinya?
Penulis: Shulfi Ana Helmi
Editor: Agung DH