tirto.id - Film Come and See (1985) bercerita soal kenyataan perang yang dialami oleh penduduk-penduduk desa di Belarusia pada tahun 1943. Melalui film ini, sutradara Elem Klimov mengisahkan rangkaian pengalaman trauma, keputusasaan, dan ketidakberdayaan di tengah Perang Dunia II, saat tentara Nazi merangsek ke perdesaan Eropa Timur.
Naskah film yang dibintangi Aleksei Kravchenko dan Olga Mironova tersebut ditulis Klimov bersama Ales Adamovich, seorang penulis kesohor asal Belarusia di era Uni Soviet. Cerita dalam Come and See ditulis berdasarkan buku I Am from the Fiery Village, karya terbitan 1978 yang disusun oleh Adamovich bareng Janka Bryl dan Vladimir Kolesnik.
Setelah dirilis pada tahun 1985, Come and See segera menuai banyak pujian. Salah satu capaian film ini adalah penghargaan FIPRESCI di Festival Film Internasional Moskow ke-14.
Mengutip sebuah ulasan di laman The Calvert Journal, kehadiran Come and See menarik perhatian luas publik di Uni Soviet. Selain menghasilkan penjualan sekitar 29 juta tiket, Come and See juga masuk dalam jajaran kanon film perang Soviet. Bahkan, ia pernah dianggap sebagai film perang terbaik dari era Uni Soviet.
Daya tarik Come and See pun tak sirna saat versi restorasinya dirilis beberapa tahun lalu. Merujuk catatan IMDB, film itu diganjar penghargaan untuk kategori Best Restored Film dalam Festival Film Venesia 2017.
Sinopsis Come and See (1985)
Come and See seolah melepas jubah-jubah pahlawan prajurit, kemudian meletakkan wujud-wujud kelam itu dalam bingkai kekerasan yang dilakukan oleh sesama manusia. Menyaksikan film ini, kita dibawa menyelami pengalaman horor eksistensial perang.
Karakter utama dalam film ini adalah Flyora, remaja desa yang ingin bergabung dengan gerakan perlawanan di Belarusia untuk menentang pendudukan tentara Nazi.
Bersama dengan temannya, ia menggali tanah di sebuah lapangan untuk mencari senapan supaya ia dapat bergabung dalam perang. Usaha itu berhasil. Flyora akhirnya menemukan senapan yang dia cari.
Rencana Flyora untuk turut memerangi tentara Nazi sebenarnya ditolak sang ibu. Namun dua laki-laki berseragam datang ke rumah Flyora untuk membawa dia menjadi bagian dari tentara partisan yang menentang pendudukan NAZI. Flyora akhirnya bisa pergi dari desa, membawa senapan yang ia temukan.
Flyora menjadi seorang prajurit tingkat rendah yang memiliki tugas-tugas kecil dan remeh. Di saat para prajurit lain pergi, Flyora ditugaskan oleh Kosach, sang komandan, untuk menjaga kemah.
Kecewa dengan tugas remeh itu, Flyora pergi ke hutan untuk bertemu Glasha, seorang perempuan yang sebenarnya menyukai Kosach. Obrolan antara Flyora dengan Glasha tidak berlangsung lama karena serangan bom muncul secara tiba-tiba.
Flyora lantas mengajak Glasha untuk mengunjungi desa keluarganya. Namun desa itu sepi, tidak ada warga terlihat. Ternyata Glasha menemukan kumpulan jasad orang yang telah ditembak dan menumpuk di belakang rumah Flyora.
Melihat itu, Glasha berteriak bahwa keluarga Flyora telah mati. Dalam kebingungan dan amarah, Flyora sempat mencekik Glasha dan mendorongnya ke rawa.
Seorang tentara partisan kemudian membawa mereka ke lokasi pengungsian penduduk desa yang selamat dari serangan tentara Nazi. Setelah bertemu dengan kepala desa, Flyora menyadari bahwa keluarganya telah tewas dibunuh akibat perbuatannya menggali senapan.
Untuk menebusnya, Flyora pergi bersama 3 orang regu partisan untuk menjarah sebuah gudang. Di saat hari mulai gelap, letupan senjata api mengiringi pelarian regu tersebut kabur dari gudang yang ternyata dijaga ketat oleh tentara Nazi. Dua orang dari mereka tewas usai menginjak ranjau dalam pelarian.
Flyora dan rekannya, Rubezh, memutuskan untuk pergi ke desa tempat tentara Nazi singgah, dan mencuri seekor sapi. Namun saat hampir lolos, Rubezh ditembak tentara Nazi, menyisakan Flyora yang satu-satunya hidup dari regu tersebut.
Flyora kemudian berusaha merampas kuda dari seorang petani, tetapi aksinya itu gagal karena ada sekelompok tentara Nazi datang secara tiba-tiba. Flyora akhirnya terpaksa untuk berbaur dengan warga desa tersebut. Tentara Nazi kemudian mengumpulkan warga desa ke dalam sebuah gereja setelah mereka terbukti menyembunyikan tentara partisan. Flyora juga ikut rombongan tersebut.
Saat mendapat kesempatan untuk keluar dari bangunan gereja, Flyora memanjat keluar jendela. Setelah itu, tentara Nazi melempar bom ke dalam gereja, dan membakar gereja tersebut dengan bom molotov serta pelontar api.
Gereja yang berisi para penduduk desa itu terbakar dengan iringan tepuk tangan tentara Nazi dan teriakan histeris para perempuan dan anak-anak. Sebelum pergi, salah satu tentara Nazi menarik Flyora untuk berfoto di samping sebuah pistol yang membidik kepalanya.
Apa yang tergambar dalam film ini terkesan realistis, tetapi di saat yang bersamaan, sangat ganjil. Paduan 2 hal kontras itu membuat Come and See berhasil menghadirkan horor perang yang sulit untuk dilupakan.
Penulis: Stanislaus Axel Paskalis
Editor: Addi M Idhom