Menuju konten utama

Sinopsis Buku Islam "Lapis-Lapis Keberkahan" Karya Salim A Fillah

Salim, meluncurkan karyanya yang berjudul “Lapis-lapis Keberkahan” pada 2014 lalu.

Sinopsis Buku Islam
Lapis Lapis Keberkahan. foto/Goodreads

tirto.id - Salah satu ustad asal Jogja, Salim A Fillah, mengartikulasi ulang makna bahagia yang selama ini lazim dalam pandangan masyarakat.

“Bahwa jika bahagia dijadikan tujuan, kita akan luput menikmatinya sepanjang perjalanan,” tulis Salim dalam bukunya.

Jika menilik kembali pada awal penerbitannya, buku itu terpaksa dicetak ulang usai tiga hari diluncurkan.

Salim, meluncurkan karyanya yang berjudul “Lapis-lapis Keberkahan” pada 2014 lalu. Ia menggaet Pro-U Media sebagai penerbitnya. Buku itu sempat laku keras lantaran permintaan pasar yang besar.

Melalui karyanya, Salim menghadirkan bahasa yang tidak kaku dan luwes dalam menyampaikan gagasannya.

Tak heran, bila buku ini diminati oleh berbagai kalangan dan terus dibaca. Bahkan, bukan hanya bahasa yang luwes, gagasan Salim yang tertuang di buku tersebut, menurut beberapa pengulas, layaknya oase di tengah padang pasir.

Kalimat pengingat untuk bahagia sepanjang perjalanan yang dijadikan pintu masuk Salim untuk mengajak pembaca menelusuri Lapis-lapis Keberkahan. Buku setebal 518 halaman itu dibagi menjadi tiga bagian.

Bagian pertama berjudul Beriris-iris Asas Makna, bagian kedua berjudul Bertumpuk-tumpuk Bahan Karya, dan bab terakhir berjudul Bersusun-susun Rasa Surga dan di setiap bagian tersebut masih ada sub bab lagi.

Bagian pertamanya, penulis mengajak untuk merenungi konsep kebahagiaan yang selama ini terpatri pada pandangan hampir semua orang. Pada bagian kedua, Salim menawarkan hal-hal yang dapat jadikan modal untuk meraih ridho-Nya. Lalu pada bagian terakhir, ia menjelaskan soal bagaimana menuju hidup yang bergelimang keberkahan.

Salim yang sempat mengenyam pendidikan di Teknik Elektro UGM ini mengangkat kisah-kisah teladan pribadi Rasulullah, sahabat, serta keluarga Rasulullah S.A.W. untuk ditarik makna keberkahan darinya. Buku ini mengajak pembaca untuk bermuhasabah seraya merefleksikan kisah tersebut dengan laku hidup yang dijalani saat ini.

Pria kelahiran Kulonprogo ini menekuni dunia tulis-menulis sedari duduk di bangku SMA. Kemudian pada umur 21, ia mulai menerbitkan buku berjudul Nikmatnya Pacaran Setelah Pernikahan.

Buku demi buku diterbitkannya, hingga pada 2014 lahirlah Lapis-lapis Keberkahan yang ludes dalam hitungan hari. Buku tersebut tentu didukung oleh kiprah dan pengalaman Salim sebagai pengasuh pengajian Majelis Jejak Nabi di Masjid Jogokariyan, Yogyakarta.

Demikian, sumber yang dikutipkan dan dibahas Salim dalam bukunya juga berasal dari berbagai gagasan tokoh terdahulu. Baik tokoh muslim maupun tokoh dengan keyakinan selain muslim yang gagasannya berkelindan dengan tema buku ini. Dalam bukunya, Ia mengulas, mengkritik, bahkan memperkaya gagasan-gagasan tersebut.

Kendati banyak pengetahuan, kisah, dan ayat-ayat yang dikutip oleh penulis, buku ini, dari beberapa review, terkesan tidak menggurui. Sehingga, secara tak langsung, Salim menghadirkan teman berdiskusi melalui Lapis-lapis Keberkahan.

Penulis menyulam berbagai sumber dan merangkainya menjadi suatu logistik spiritual yang renyah bagi pembaca. Diakhiri dengan epilog yang menggambarkan kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan masukan seluas-luasnya dari pembaca.

“Dan Akhirnya, semua orang akan menuju Allah setelah matinya,” tulis Sayyid Quthb dalam Ma’alim Fith Thariq. “Tetapi berbahagialah orang yang telah menuju Allah sejak masih dalam Hidupnya,” pungkas Salim dalam Lapis-lapis Keberkahan.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan lainnya dari Auvry Abeyasa

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Auvry Abeyasa
Penulis: Auvry Abeyasa
Editor: Nur Hidayah Perwitasari