Menuju konten utama

Sinopsis Buku Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu

Sinopsis buku Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu karya Ibnu Qayyim Al Jauziyah.

Sinopsis Buku Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu
Ilustrasi Buku. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu (Raudhatul Muhibbin) merupakan judul kitab yang ditulis oleh Ibnu Qayyim Al Jauziyah.

Ulama yang juga murid utama dari Syaikhul Islam, Ibnu Taimiyah, tersebut membahas fitrah rasa cinta yang ada dalam diri manusia untuk diletakkan pada posisi benar.

Cinta tidak boleh dilepasliarkan tanpa kendali yang bisa menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan terlarang dalam agama.

Ibnu Qayyim lahir di Damaskus pada tahun 691 H. Kepiawaiannya bukan hanya dalam urusan agama. Mengutip laman Qisthi Press, ia dikenal pula ahli pada bidang fikih, tafsir, hadits, akhlak, astronomi, kimia, dan filsafat. Di samping itu, Ibnu Qayyim dikenal sebagai reformis dalam pemikiran Islam.

Karya dari Ibnu Qayyim sebagian besar berisi mengenai akhlak, moral, dan penyucian jiwa (tazkiyatun nufus). Karena seringnya ia menulis tema-tema tersebut, maka ulama ini kerap dijuluki "spesialis penyakit hati (the scholar of the heart)".

Sebagian kalangan juga berpendapat bahwa Ibnu Qayyim cukup kritis terhadap tasawuf. Kendati demikian, sikap kritis ini dibatasi pada ajaran dan praktik tasawuf yang dinilai menyimpang dari dua pegangan hidup umat Islam, Alquran dan Al Hadits.

Pada tahun 751 H, Ibnu Qayyim wafat di Damaskus. Banyak karyanya yang masih bisa dinikmati sampai sekarang dan diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa. Salah satunya kitab Raudhatul Muhibbin atau Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu.

Ibnu Qayyim memandang, dari cinta seorang manusia bisa dilihat watak dan kelemahannya. Dari situ dapat dilihat sebenarnya cinta yang muncul tersebut ditujukan untuk siapa. Ibnu Qayyim mengatakan:

“Cinta merupakan cermin bagi seseorang yang sedang jatuh cinta untuk mengetahui watak dan kelemah-lembutan dirinya dalam citra kekasihnya. Karena sebenarnya dia tidak jatuh cinta kecuali terhadap dirinya sendiri.

Di Indonesia, buku Raudhatul Muhibbin telah dialihbahasakan oleh beberapa penerbit lokal seperti Darul Falah dan Qisthi Press. Satu buku dengan lainnya diketahui memiliki judul serupa.

Pada buku Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu yang diterbitkan Qisthi Press diketahui memiliki ketebalan 468 halaman dengan nomor ISBN 978-979-1303-55-2.

Sinopsis Taman Orang-Orang Jatuh Cinta dan Memendam Rindu

Menurut ajaran Islam seseorang perlu untuk memahami makna, hakikat, dan tingkatan-tingkatan cinta. Dengan memahami itu semua, maka seseorang bisa menjadikannya jalan sebagai langkah penyucian jiwa dan menyelamatkan diri dari diperbudak hawa nafsu.

Menyucikan jiwa dan mengendalikan hawa nafsu berperan penting dalam menggapai ridha dan cinta Allah subhanahu wa ta'ala.

Lebih jauh dari itu, ketika Allah telah ridha dan cinta pada hamba-Nya maka hamba tersebut akan diberikan berbagai kemudahan dan kebahagian. Bahkan, kebahagiaan tidak hanya dirasakan di dunia semata, melainkan juga sampai pada kehidupan akhirat.

Setiap manusia diberikan hati, sehingga memiliki kemampuan mencintai. Tapi, di sisi lain, manusia juga ditanamkan hawa nafsu di dalam dirinya. Oleh sebab itu, ketika seseorang mencintai sesuatu bisa dipastikan tidak bisa lepas sepenuhnya dari hawa nafsu.

Namun, manusia juga dibekali hatinya dengan sifat fitrah untuk mengenal Tuhannya yaitu Allah. Fitrah inilah yang akan membantu manusia mengarahkan cintanya cara benar dan sekaligus mengendalikan hawa nafsunya.

Melalui fitrah tersebut, manusia akan mengenal Allah dan mencintaiNya yang akan berujung pada kesanggupan menjalankan perintah serta menjauhi larangan-Nya.

Buku ini juga membahas mengenai cinta yang dialami manusia dan bagaimana cara mengungkapkannya pada jalan yang lurus. Misalnya, manusia secara alamiah akan mencintai harta, kekuasaan, sampai lawan jenis. Meski bisa mencintai semua hal tersebut sekaligus, namun kecintaan itu mesti diarahkan pada hal yang sesuai syariat.

Contohnya, saat seseorang mencintai lawan jenisnya, maka dia bisa mengungkapkan cintanya itu melalui jalan menikah dan bukan berzina. Lalu, saat seseorang diberi kekuasaan, maka bentuk cintanya harus ditunjukkan dengan bersikap adil sebagai pemimpin.

Begitu pula sewaktu harta yang diperoleh begitu melimpah, maka kecintaan pada kekayaan diwujudkan dengan sedekah dan menggunakannya di jalan Allah lainnya.

Penempatan cinta beserta pengungkapannya di jalan yang lurus, akan membawa manusia untuk mendapatkan puncak tertinggi cinta. Puncak cinta tersebut adalah dicintai Allah dan Rasul-Nya.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2022 atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dipna Videlia Putsanra