tirto.id - A Glitch in the Matrix (2021) adalah film dokumenter yang menelusuri teori konspirasi dunia simulasi. Film ini mencoba menjawab apakah manusia hidup di dalam simulasi melalui perspektif penganut teori tersebut.
Dalam teori konspirasi tersebut, disebutkan bahwa manusia sebenarnya berada di dunia simulasi. Penganut teori ini percaya bahwa manusia adalah bagian dari simulasi yang diciptakan oleh suatu peradaban dengan teknologi canggih.
A Glitch in the Matrix tayang perdana pada 30 Januari 2021 di Festival Film Sundance. Festival tersebut merupakan salah satu festival film independen bergengsi di dunia.
Setelah Room 237 (2012) dan The Nightmare (2015), A Glitch in the Matrix menjadi film dokumenter konspirasi ketiga dari sutradara Rodney Ascher.
Dalam film ini, Ascher menampilkan hasil wawancara dengan penganut teori simulasi, di antaranya adalah Alex LeVine, Laeo Mystwood, Jesse Orion, dan Paul Gude. Dilansir Film Independent, Ascher ingin penonton melihat teori ini melalui pengalaman dan kacamata orang-orang yang meyakini kebenarannya.
Dilansir The Guardian, Ascher pertama kali mengetahui teori dunia simulasi melalui berbagai karya fiksi ilmiah. Beberapa di antaranya adalah The Matrix, karya-karya Philip K. Dick, hingga serial televisi The Twilight Zone dan Lost in Space.
Namun, Ascher baru menyadari teori ini telah merambak di masyarakat saat proses produksi The Nightmare. Salah satu orang yang diwawancarainya untuk film tersebut mengaku mengalami kejadian layaknya karakter utama The Matrix, Neo.
Sepanjang 1 jam 48 menit, penonton akan menyaksikan teori dunia simulasi dikupas melalui testimoni, bukti filosofis, dan penjelasan ilmiah. Film ini menerima respon beragam dari penonton dan mendapat skor 5,2/10 di IMDb.
Sinopsis A Glitch in the Matrix (2021)
A Glitch in the Matrix terbagi menjadi lima bagian ditambah epilog. Tiap bagian dibuka dengan rekaman Philip K. Dick, penulis fiksi ilmiah asal Amerika Serikat, yang tengah menyampaikan konsep dunia simulasi. Rekaman yang menjadi premis A Glitch in the Matrix tersebut diambil di Metz, Prancis pada 1977.
Di ruangan yang penuh dengan penggemarnya, Dick menceritakan kejadian yang dialaminya pada 1974. Setelah operasi pencabutan gigi bungsu, Dick di bawah pengaruh obat bius melihat sekilas sebuah memori tentang keberadaan dunia paralel. Dick menyebut pengalaman tersebut dengan nama 2-3-74.
Setiap bagian film ini berpusat pada pengalaman saksi keberadaan dunia simulasi. Semuanya memiliki latar belakang berbeda dan menawarkan berbagai sudut pandang dalam melihat teori dunia simulasi.
Penonton akan memandang teori dunia simulasi dari kacamata Laeo Mystwood, yang menemukan suatu pola berkaitan dengan peristiwa dalam kehidupannya. Pengalaman tersebut dirajut dengan sudut pandang dari individu lain.
Misalnya, Alex LeVine yang terus menerus mengalami kejadian tak terduga dan menyelamatkan hidupnya. Paul Gude dan Jesse Orion juga menawarkan pandangan yang tak kalah menarik dan menggugah nalar.
Keempat saksi keberadaan dunia simulasi tersebut menyampaikan buah pikiran mereka di depan kamera web, di balik penyamaran yang menyerupai karakter gim video. Dalam sebuah wawancara, Ascher menyebutkan bahwa penyamaran tersebut bukan menjunjung anonimitas, melainkan sebagai aspek kreatif dalam film.
Meskipun hadir dengan sudut pandang yang berbeda-beda, keempat saksi memiliki sebuah kesamaan yang menjadi benang merah seluruh pengalaman mereka. Keempatnya percaya bahwa kehidupan yang mereka jalani tidak nyata.
Salah satu saksi mata bahkan menjadi terobsesi dengan teori dunia simulasi dan melakukan tindakan ekstrem. Meyakini kehidupannya hanyalah sebuah ilusi dan tidak ada konsekuensi dari segala tindakannya , Joshua Cooke pun menembak kedua orang tuanya. Deskripsi Cooke atas kejadian tersebut melalui rekaman suara cukup untuk membuat penonton bergidik ngeri.
Saksikan penelusuran yang berupaya mencari kebenaran teori dunia simulasi dalam film dokumenter Rodney Ascher, A Glitch in the Matrix (2021).
Trailer A Glitch in the Matrix
Penulis: Putri Raissa Zaravina
Editor: Yantina Debora