tirto.id - Gerakan Pemuda Ansor DKI Jakarta mengecam keributan yang terjadi di area Kompleks Makam Habib Hasan Al Haddad atau Mbah Priok, Jumat (4/5/2017). “Makam Mbah Priok adalah makam waliullah, dan cagar budaya. Kami meminta agar tidak ada keributan dan serang menyerang di sana,” kata Sekretaris GP Ansor DKI Jakarta Dendy Zuhairil kepada Tirto, Senin (7/5).
Dendy menjelaskan pada mulanya GP Ansor menerima informasi telah terjadi penyerangan bersenjata oleh sekelompok orang di area makam Mbah Priok. Informasi itu kemudian diteruskan GP Ansor dalam bentuk rilis tertulis ke media yang intinya berisi kecaman. Namun begitu informasi ditelusuri ternyata penyerangan dengan senjata tidak lah terjadi. "Kami sudah turun dan tanya langsung, dari info yang kami selidiki tidak ada [kericuhan menggunakan airsoft gun dan senjata tajam],” ujarnya.
“Tapi ini ranah kepolisian untuk menyelidik benar atau tidaknya.”
Kepala Satuan Reserse dan Kriminal Polres Tanjung Priok AKP Farouk Roji juga membantah terjadinya serangan bersenjata ke kawasan wisata religius itu.
“Enggak ada perusakan makam. [Yang melaporkan penyerangan] itu pemilik yayasan, yang dirusak pos di depan saja. Laporannya adalah pengrusakan kontainer yang digunakan untuk tempat penjaga parkir," ujar Farouk.
Pihak kepolisian menyebut kericuhan di kawasan itu terjadi akibat pengelolaan lahan parkir. Menurut Farouk, ada pihak yang tidak suka dengan kebiasaan juru parkir di Kompleks Makam Mbah Priok memeriksa kelengkapan surat kendaraan pengunjung.
Polres Tanjung Priok mengklaim sudah mengantongi dua nama terduga pelaku. Hingga kini, penyelidikan masih dilakukan dan mereka sudah memeriksa delapan saksi.
Polisi menyebut, hingga kini terdata satu warga menjadi korban luka atas kericuhan tersebut. "Ya dari hasil penyelidikan sementara ribut itu masalah parkir. Kami masih mengumpulkan alat bukti lain. [Yang menimbulkan kericuhan] itu dari [orang] luar," ujar Farouk.
Usaha Tirto menggali informasi tentang serangan bersenjata ke Pengurus Yayasan Mbah Priok, penjaga makam, dan warga tidak membuahkan hasil.
"Saya tidak tahu apa-apa, tidak bisa juga memberi informasi takut salah," ujar seorang pengurus.
"Ini [saya] datang ke sini justru untuk tahu ada apa di sini. Kalau peristiwanya tidak tahu saya, maaf," kata warga lain yang berada di lokasi kejadian.
Namun berdasarkan pantauan dari lokasi kejadian, kericuhan pekan lalu menimbulkan kerusakan pada kontainer tempat penjaga parkir. Kaca-kaca di tempat itu pecah. Dampak keributan yang sama juga terlacak di gedung Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam kompleks makam.
Pada bagian dalam kompleks makam, tak ada kerusakan yang terlihat. Aktivitas warga di sana juga berjalan normal. Wisatawan dari luar DKI Jakarta juga masih banyak yang datang ke lokasi tersebut menggunakan bus dan mobil pribadi.
Saat Tirto mendatangi kawasan itu, tak ada penjaga parkir yang memberikan karcis atau mengecek kelengkapan surat kendaraan. Sementara, sebuah tenda polisi seukuran kurang lebih 7 x 2 meter berdiri di lahan parkir.
"Itu kan ibarat untuk pengamanan saja, pencegahan, antisipasi jangan sampai ada kejadian berulang. Hanya standar lah ini kan daerah cagar budaya kalau ada gangguan kami wajib mengamankan," kata Faruk menjelaskan keberadaan tenda polisi itu.
Penulis: Lalu Rahadian
Editor: Muhammad Akbar Wijaya