tirto.id - Wakil Ketua Umum Partai Perindo, Ferry Kurniawan menerima wartawan Tirto, Bayu Septianto, Irfan Amin dan Andhika Krisnuwardhana, di tengah kesibukannya saat akan mendaftarkan caleg partainya pada Selasa (9/5/2023).
Dia bercerita kepada Tirto mengenai perspektif partainya mengenai anak muda dan sejumlah tantangan yang dihadapi saat melakukan pendekatan pada Gen Z dan milenial.
Ferry cukup percaya diri limpahan suara anak muda yang mencapai 60 persen dari pemilih dapat merapat ke partainya. Alasannya, Perindo sebagai partai baru yang notabene tidak memiliki masa lalu terkait isu politik.
Selain itu, Ferry juga menyampaikan bahwa pihaknya tak menampik dengan isu konglomerasi media yang dimanfaatkan Perindo untuk mendulang suara di Pemilu 2024.
Berikut petikan wawancara kami dengan Ferry Kurniawan di Kantor DPP Partai Perindo pada 9 Mei 2023:
Kang Ferry aktivitas harian di Perindo sedang concern di kegiatan apa saja?
Karena saya jadi wakil ketua umum dan konsen saya di aktivitas kepemiluan mengawal proses pencalegan. Masa pendaftaran sekarang dari tanggal 1-14 Mei 2023. Pertama, menjaring bakal caleg dari berbagai tokoh, ini kita lakukan bersama-sama dengan ketua umum. Kita juga melakukan konvensi rakyat secara digital dan ini juga menjadi komponen utama dalam proses penjaringan rakyat.
Kita juga mengawal pemberkasan yang dilakukan oleh bacaleg yang sudah konfirm dan menjadi bagian dari aktivitas Partai Perindo. Kita sedang memasukkan ke dalam sistem informasi pencalonan yang ada di KPU. Sebab, pendaftaran dari 1-14 Mei 2023, kita akan mendaftar di akhir masa pendaftaran.
Dari Pak Ketum Pak HT (Hary Tanoesoedibjo) punya kesibukan apa?
Beliau sangat sibuk sekali, karena kita ketahui beliau adalah pemimpin perusahaan dari MNC Group dan Ketua Umum DPP Partai Perindo dan satu aktivitas yang dilakukan beliau adalah menjaring bacaleg potensial yang akan bergabung ke Partai Perindo. Tentunya adalah melakukan komunikasi politik dengan pihak lain. Terutama saat ini sedang proses pencapresan. Kita melakukan komunikasi politik dengan berbagai tokoh dan berbagai calon potensial yang ada.
Kita lihat di Pemilu 2024, Pemilih Gen Z dan milenial punya peluang suara hingga 60 persen, bagaimana Perindo menggaet suara milenial dan Gen Z?
Kami sangat konsen dengan Gen Z dan milenial dari usia 17-39 tahun. Kalau dari catatan BPS 2020, ada 53,8 persen yang Gen Z dan milenial. Oleh karena itu, hal ini menjadi salah potensi yang luar biasa. Ditambah lagi nanti akan bonus demografi, sehingga hal ini akan menjadi puncaknya.
Sebagai partai, Perindo akan mengupayakan agar para Gen Z dan milenial juga ikut berpartisipasi dalam aktivitas kepartaian. Makanya kenapa di awal membuka Konvensi Rakyat yang berbasis digital. Kami melakukan ini secara digital dan tidak lagi konvensional, tidak perlu datang ke kantor atau diundang DPP, cukup dengan secara digital dan aktivitas lainnya secara digital melalui website kita yang terkait dengan Konvensi Rakyat.
Kami juga membuka kesempatan bagi Gen Z dan milenial seperti podcast ada diskusi, dan mengundang orang orang yang punya kompetensi yang bisa menginformasikan kepada generasi milenial. Kami berikan kepada UMKM yang ingin naik kelas dengan memberikan gerobak, sehingga bisa naik kelas. Dengan gerobak UMKM, itu cara Perindo yang baru untuk digitalisasi. Salah satu cara mengakses digitalisasi dengan pembayaran via QRIS. Itu yang kita lakukan.
Upaya itu terus kita lakukan dengan lebih sistemik dan termasuk kanal akses yang masuk di media sosial terutama informasi terkait Partai Perindo soal aktivitas politik, kepemiluan, kami perbarui media sosial. Hal ini adalah cara bagaimana kami meraih milenial dan zilenial (Gen Z). Dan yang lebih penting dalam meraih dinamika elektoral ini, para teman-teman (milenial dan Gen Z) kami beri kesempatan untuk menjadi bacaleg.
Banyak teman-teman yang jadi bacaleg, dan yang menjadi pengurus baik di tingkat daerah, wilayah hingga tingkat pusat termasuk di sayap Partai termasuk di Pemuda Perindo banyak yang kita akomodir. Jadi kami sangat konsen sekali dan ingin bersama-sama dengan Zilenial dan Milenial dalam melakukan aktivitas politik.
Pendekatan Perindo paling sering kelihatan gerobak, apakah ada evaluasi dari gerobak, dan bagaimana evaluasi dari gerobak-gerobak yang diberikan?
Pemberian gerobak UMKM tidak hanya untuk mengangkat usaha kecil naik kelas, tapi bagaimana upaya pemberian gerobak ini menjadi aksi nyata. Kami sudah melakukan hal konkret di masyarakat dan ini menjadi simbolisasi gerakan kita. Dan ini riil.
Namun, kita ada semacam pemberian modal kerja dan pelatihan yang ada. Termasuk supervisi dan quality control, ada semacam evaluasi yang ada. Bagaimana pendapatan sudah meningkat atau tidak? Bagaimana penggunaan QRIS-nya? Itu kami lakukan upaya dan evaluasi sehingga tidak hanya sekedar memberi gerobak saja. Saya di Cimahi mendirikan koperasi dengan namanya Koperindo, kami mendampingi UMKM yang memiliki gerobak Perindo, seperti mengadakan Jumat Berkah atau perbaikan di akses permodalan.
Kalau dari segi kaderisasi pemuda, bagaimana Perindo mendampingi mereka dalam kaderisasi di internal Partai Perindo?
Kami di kepengurusan melakukan kombinasi, dan ada sayap khusus Partai Perindo yaitu Pemuda Perindo. Jadi selain dia masuk dalam kepengurusan partai dia juga masuk dalam sayap. Selain menjadi pengurus juga menjadi bacaleg. Kita tidak membatasi dan sesuai dengan kemampuan dan elektabilitas yang bersangkutan. Kalau secara keseluruhan hampir setengah pengurus Perindo adalah kaum muda.
Sekitar 50 persen pengurus Perindo diisi anak muda, apa yang membuat mereka tertarik?
Saya pikir ada tiga aspek penting yang membuat mereka tertarik yakni, pertama, ini partai inklusif, dan ruang terbuka sehingga junior atau anak muda bisa bergabung tanpa memandang suku atau agama tertentu.
Kedua, Perindo adalah partai yang punya aksi nyata, yang riil ke masyarakat dan masyarakat bisa merasakan yang betul bisa bersentuhan dengan UMKM, koperasi dan betul dirasakan masyarakat.
Ketiga, Partai Perindo tidak punya dosa masa lalu, dan menjadi partai alternatif di masa depan semoga di masa yang akan datang kita bisa menjadi partai yang rising star.
Kita mengetahui bahwa Perindo dekat dengan konglomerasi media, apakah itu menjadi faktor menarik bagi Perindo untuk bergabung menjadi pengurus atau menjadi pemilih?
Kita tidak bisa membantah itu, bahwa ketua umum kami Pak HT bahwa menjadi pemilik dari media yang ada. Dan kita tidak bisa bantah hal itu. Kita mengupayakan media ini menjadi bagian untuk menyatukan masyarakat Indonesia, dan menjadi corong bagi masyarakat Indonesia, dan tidak digunakan agar bangsa kita terbelah dan tidak ada persatuan. Sehingga media menjadi bagian kami di partai dan mengangkat persatuan dan kesatuan masyarakat.
Dari hasil CSIS banyak anak muda dengan partai dan tokoh kepada sikap tegas anti korupsi?
Hasil CSIS menunjukkan kaum muda pada tiga aspek yakni, pertama, kesejahteraan dan ini inheren dengan Partai Perindo, dan ini kita perjuangkan dalam garis politik dan kebijakan.
Kedua, lowongan kerja dan ini sangat terbuka bagi kaum muda dalam soal bonus demografi. Itu menjadi isu seksi di kaum muda. Kami ikut menjembatani agar tidak terjadi middle income trap. Sehingga ada entrepreneurship.
Ketiga, soal anak muda konsen pada KKN yang diwujudkan dengan figur anti korupsi. Dari sisi figur yang benar-benar anti korupsi. Sehingga ada beberapa aktivis anti korupsi yang bergabung dengan kami seperti aktivis ICW, Mas Tama (Tama S Langkun). Itu bagian dari simbolisasi yang ada di Partai Perindo sehingga menjadi satu hal nyata yang kami ingin persembahkan ke masyarakat, ini loh ada partai yang memiliki kesepahaman kami di partai dengan anak muda.
Apa janji konkret Perindo ke anak-anak muda, supaya mereka berpikir kalau bergabung bisa menyampaikan suara atau pendapatnya, apa janji konkret?
Partai itu kan fungsinya saluran komunikasi politik kepada masyarakat, partai itu tidak dalam konteks ruang yang memang berikan satu hal yang bisa secara langsung dinikmati, kalau seperti itu ya partai harus jadi pemerintah dulu.
Dengan adanya bagian dari jembatan tadi, maka partai menjadi poin sangat penting untuk berkumpulnya kaum-kaum muda. Sehingga kalau mau diwujudkan saya pikir ini bisa menjadi satu hal strategis untuk kaum muda dalam mengangkat aktivis kepartaian. Ya, saya sih berharap dengan banyaknya kaum muda bergabung di Perindo, ya semakin banyak atau makin terbuka peluang untuk bangun sinergitas yang ada bangun gerakan dalam visi kebangsaan kita.
Jadi janji-janji kita dalam konteks bersinergi dengan teman-teman muda jadi hal riil kita lakukan dan saya yakin dirasakan. Apalagi karena memang partai adalah alat atau kendaraan capai kekuasaan, kan penting sekali kaum muda gabung ke kita, rebut simpati masyarakat dan melahirkan kekuasaan.
Nah, kekuasaan ini melahirkan kebijakan-kebijakan yang memang menyejahterakan, salah satunya kaum muda. Kalau kita bersinergi berkolaborasi saya yakin akan mempercepat proses-proses masyarakat menuju sejahtera dan persatuan Indonesia tercapai.
Jadi janji DPP Perindo akan memberikan ruang bagi kaum muda yang ada di partai untuk bisa bersuara terhadap isu-isu legislasi baik itu di DPR dan DPRD?
Betul, itu dibuktikan dengan banyaknya kaum muda masuk di struktur kami. Nah pun demikian kalau kita bisa merebut simpati masyarakat, pasti kaum muda akan diberikan kewenangan untuk menyuarakan gerakan-gerakan kaum muda bersama masyarakat di lapangan.
Kaum muda di kepartaian kadang kala dikesampingkan atau dianaktirikan politisi senior, Perindo, bagaimana menanggapinya?
Saya pikir enggak ya, jadi yang penting dalam konteks kepartaian ya itu tadi fungsi partai itu komunikasi politik, pendidikan politik, sosialisasi politik dan rekrutmen politik. Jadi kalau konteksnya komunikasi bagaimana kita bisa mengomunikasikan antara kami partai dengan masyarakat. Kalau komunikasi lancar, saya pikir masyarakat akan semakin tertarik ke kita atau anak muda juga akan makin tertarik ke kita.
Dalam konteks rekrutmen pun juga seperti itu, jadi anak-anak muda ya bisa tampil berkontestasi, masuk dalam gelanggang yang kita siapkan dan sama-sama bersinergi anak muda dengan senior dalam konteks lebih penting lagi yaitu sosialisasi dan pendidikan politik. Ini urusannya gagasan, jadi kalau memang anak-anak muda diberikan ruang gagasan dan bagaimana menarasikan potensi yang ada, saya pikir enggak ada problem.
Toh, di pemerintahan Pak Jokowi juga biasa anak-anak muda diberikan kesempatan, terakhir Menpora. Nah itu sebagai simbolisasi dan bukti bahwa anak muda tidak dipinggirkan. Nah, ruang itu ada di Perindo, kita akan memperjuangkan itu terkait aktivitas yang kita lakukan dalam mekanisme berpolitik, melalui gagasan-gagasan yang lebih baik.
Apa yang bedakan kerja tim pemenangan Pemilu 2024 dengan tim Pemilu 2019 lalu, evaluasi apa yang dilakukan?
Yang terpenting dalam konteks elektoral adalah magnet elektoralnya. Bagaimana kita menjaring tokoh-tokoh yang luar biasa, baik itu pengusaha, tokoh masyarakat, tokoh adat, purnawirawan, seniman kita tarik. Itu bagian dari magnet elektoral, saya pikir ini menjadi penting bahwa sekarang sangat terbuka, inklusif bahwa kita punya ketua umum, Pak Hary Tanoe tetap jadi bagian penting kita informasikan lebih luas ke masyarakat.
Tapi Pak Hary juga membuka lebar peran ini dengan masuknya Ketua Harian Nasional (Tuan Guru Bajang), saya, Mas Tama, Mas Herbud dan tokoh-tokoh lainnya, itu luar biasa, termasuk purnawirawan TNI-Polri. Ini saya pikir jadi satu kesempatan bagi anak bangsa yang punya kemampuan dan kekuatan bergabung di Perindo, dan ini jadi bagian dari strategi di 2024.
Termasuk pendekatan terhadap tokoh agama, seperti TGB dan Ustaz Yusuf Mansur. Nah, ini bagian dari strategi?
Ya, itu menjadi dari pembuktian bahwa partai kita inklusif, terbuka, jadi ketum kami membuka keran lebar-lebar kepada seluruh tokoh masyarakat, termasuk tokoh-tokoh agama.
Tahun 2019 Perindo lekat terkena isu SARA, ini juga bagian dari evaluasi?
Bukan evaluasi saja tapi bagaimana partai ini ingin lebih bagus ke depannya. Kan kami punya cita-cita partai ini adalah partai rising star, sehingga jadi penting dalam konteks itu selain karena magnet elektoral ya kita ingin menunjukkan partai ini adalah partai inklusif.
Perindo dianggap membajak kader partai lain, bagaimana tanggapannya?
Enggak ada pembajakan, kan orang yang mau bergabung dengan Perindo adalah orang yang punya pemahaman dan kesadaran yang terbuka.
Jadi kami tak mengambil kader partai orang lain tapi dengan sendirinya, dengan pemahaman yang mereka miliki ya mereka bergabung dengan Partai Perindo.
Kalau misal ada hal-hal di belakang itu, ya kita enggak tahu ya. Jadi terkait pembajakan ya itu isu yang sangat murahan diembuskan pihak-pihak lain kepada kita. Kalau misal kita lakukan hal seperti itu, pasti orang itu akan merasa tertekan.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Maya Saputri