Menuju konten utama

Siapa Pelaku Teror Saat Konser di Rusia, ISIS atau Ukraina?

Siapa pelaku teror saat konser di Crocus City Hall, Rusia, Jumat (22/3/2024), ISIS atau Ukraina? Berikut penjelasannya.

Siapa Pelaku Teror Saat Konser di Rusia, ISIS atau Ukraina?
Pasukan keamanan berjaga di dekat Crocus City Hall, Krasnogorsk, Rusia, menyusul serangan kelompok bersenjata ke gedung tersebut, Jumat (22/3/2024) waktu setempat. (ANTARA/Anadolu/pri.)

tirto.id - Peristiwa teror saat konser di Rusia yang terjadi di Crocus City Hall, dekat Moskow, Jumat (22/3/2024) menyita perhatian publik. Menyusul kejadian tersebut, saat ini beredar berbagai spekulasi tentang siapa yang menjadi dalang teror di Rusia.

Beberapa pihak menduga bahwa Ukraina adalah dalang aksi teror, namun ada juga yang mengklaim bahwa ISIS adalah pelakunya. Lantas, siapa pelaku teror saat konser di Rusia, ISIS atau Ukraina?

Pelaku teror saat konser di Rusia dikonfirmasi terdiri dari beberapa orang. Mereka berkamuflase di antara kerumunan penonton di Crocus City Hall untuk menyaksikan konser band rock Rusia, Piknic.

Tiba-tiba, para pelaku melepaskan tembakan ke arah para penonton yang menyebabkan kepanikan. Mereka juga melemparkan bahan peledak sehingga menimbulkan kebakaran hebat.

Akibat aksi teror di Rusia tersebut sebanyak 115 orang meninggal dan 187 orang luka-luka. Menurut pejabat kesehatan Rusia, delapan di antara korban yang luka-luka merupakan anak-anak.

Pelaku Teror Saat Konser di Rusia: ISIS atau Ukraina?

Pemerintah Rusia hingga saat ini belum mengumumkan siapa pelaku teror saat konser di Crocus City Hall. Melansir The New York Times, pihak kemanan Rusia memang telah menangkap empat dari lima terduga pelaku penembakan.

Penangkapan keempat pelaku itu dikonfirmasi oleh pejabat keamanan Rusia tidak lama setelah peristiwa penembakan terjadi. Kendati demikian, pejabat setempat belum menyampaikan identitas keempat terduga pelaku apakah berasal dari ISIS atau Ukraina.

Dugaan ISIS dan Ukraina sebagai pelaku teror di acara konser Rusia muncul bukannya tanpa alasan. Ada beberapa faktor yang melandasi spekulasi bahwa penembakan di Crocus City Hall didalangi oleh ISIS atau Ukraina, berikut penjelasannya:

1. Dugaan ISIS sebagai pelaku teror di Rusia

Salah satu terduga pelaku teror saat konser di Crocus City Hall, Rusia adalah kelompok radikal ISIL (ISIS). Kabar bahwa pelaku teror saat konser di Rusia adalah ISIS terungkap lewat rilis di Amaq News Agency.

Amaq News Agency merupakan media yang terafiliasi dengan ISIS. Mengutip Reuters, media tersebut mengunggah pernyataan ISIS yang mengaku bertanggung jawab atas serangan di Crocus City Hall.

Dugaan itu diperkuat dengan sebuah foto yang menampilkan empat orang tentara ISKP, sebuah kelompok ISIS yang aktif di Provinsi Khorasan, Iran. Keempat tentara itu diduga merupakan pelaku penembakan dan pengeboman saat konser di Rusia.

Melalui pernyataan yang sama ISIS menyebut bahwa pelaku penembakan dan pengeboman di Crocus City Hall sudah melarikan diri. Dugaan bahwa ISIS menyerang Rusia juga disampaikan oleh Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Adrienne Watson.

Watson mengaku bahwa AS sudah mengantongi data intelijen yang menyebut ISIS adalah dalang dibalik teror konser di Rusia. Ia juga mengklaim AS sudah merilis peringatan bagi warga negaranya di Rusia berbekal dari informasi tersebut.

“Awal bulan ini, pemerintah AS mendapat informasi tentang rencana serangan teroris di Moskow – yang berpotensi menargetkan pertemuan besar, termasuk konser – yang mendorong Departemen Luar Negeri mengeluarkan peringatan publik kepada warga Amerika di Rusia,” katanya seperti yang dikutip dari Reuters.

Teori yang menyebut bahwa ISIS menyerang Rusia diduga karena propaganda Presiden Rusia Vladimir Putin. Beberapa tahun belakangan, Putin dinilai menargetkan propaganda untuk menindas kaum Muslim di Rusia.

Tak hanya itu, direktur South Asia Institute Michael Kugelman menilai bahwa kebijakan luar negeri Rusia merugikan ISIS.

“Kebijakan luar negeri Rusia telah menjadi tanda bahaya besar bagi ISIS [ISIL],” katanya seperti yang dikutip dari Aljazeera.

Kebijakan luar negeri yang dimaksud terkait Moskow yang menjalin hubungan dekat dengan pemerintah Suriah dan Iran. Ini dibuktikan lewat kampanye militer melalui tentara bayaran grup Wagner.

Sebagai organisasi yang ingin menguasai Suriah dan Iran, kedekatan Rusia dengan pemerintah dua negara dinilai sebagai ancaman bagi ISIS.

Hal serupa juga disampaikan oleh Asisten profesor di Clemson University Amirah Jadoon. Ia menyebut bahwa Moskow sudah menjadi target dari ISIS sejak invasi Soviet ke Afghanistan.

“Keterlibatan Rusia dalam perang global melawan ISIS dan afiliasinya, terutama melalui operasi militernya di Suriah dan upayanya menjalin hubungan dengan Taliban Afghanistan – saingan ISIS-K – menandai Rusia sebagai musuh utama ISIS/ISIS-K,” katanya.

2. Dugaan Ukraina sebagai pelaku teror di Rusia

Dugaan pelaku teror di konser Rusia berikutnya adalah Ukraina. Dugaan ini muncul dari isyarat sejumlah pejabat tingggi di Rusia yang berusaha mengaitkan keterlibatan Ukraina terhadap teror yang terjadi.

Usai terduga pelaku ditangkap, Putin menyatakan keempat tersangka berencana melarikan diri ke Ukraina. Pernyataan itu membuat Kyiv menilai bahwa Putin sedang berusaha menyalahkan Ukraina atas insiden di Crocus City Hall.

Dugaan bahwa Ukraina terlibat dengan peristiwa penembakan massal di Rusia sudah ditepis oleh pejabat setempat.

“Versi bahwa pelaku serangan teroris melarikan diri ke Ukraina tidak dapat menerima kritik apa pun,” kata juru bicara badan intelijen militer Ukraina Andrii Yusov, seperti yang dikutip dari Kyiv Independent.

Ukraina mengklaim bahwa penembakan tersebut adalah provokasi yang dilakukan oleh Pemerintah Rusia sendiri.

Dugaan Ukraina sebagai pelaku teror di Rusia menyusul fakta bahwa hubungan kedua negara yang memanas dalam dua tahun terakhir. Mengutip Al Jazeera, ketegangan antara Rusia dan Ukraina semakin intens seiring dengan momen pemilihan presiden di Rusia.

Putin yang kembali terpilih menjadi presiden menjadi ancaman serius bagi Ukraina, setidaknya selama 6 tahun ke depan. Ini tidak terlepas dari tindakan invasi Rusia ke Ukraina di bawah kepemimpinan Putin sejak 2022.

Dugaan Ukraina sebagai pelaku teror juga diperkuat oleh pernyataan Putin beberapa waktu lalu. Moskow mengklaim bahwa Ukraina mencoba mengganggu jalannya pemilu di Rusia dengan mengirimkan serangkaian teror.

Putin mengatakan bahwa Ukraina menyerang dua wilayah Rusia dan melakukan serangan siber di hari pertama pemungutan suara. Tak hanya itu, selama pemilu terjadi pelemparan molotov di kampung halaman Putin yang diklaim Moskow merupakan tindakan Ukraina.

Baca juga artikel terkait TEROR DI RUSIA atau tulisan lainnya dari Yonada Nancy

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Yonada Nancy
Penulis: Yonada Nancy
Editor: Iswara N Raditya