tirto.id - Presiden China Xi Jinping sedang mempersiapkan untuk mengunjungi Moskow, Rusia. Kunjungan itu akan dilakukan pada bulan April atau awal Mei mendatang.
Kunjungan Xi Jinping bertepatan dengan perayaan kemenangan Rusia dalam perang dunia kedua mengalahkan Jerman.
Seperti dberitakan Reuters, Selasa, 21 Februari 2023, Xi Jinping akan menegosiasikan untuk mengakhiri perang di Ukraina yang sudah dimulai sejak24 Februari 2022 lalu.
Selain itu, kunjungan Jinping juga untuk menegaskan kembali kepada Rusia agar tidak memakai senjata nuklir dalam perang dengan Ukraina.
“Beijing sangat prihatin dengan konflik yang telah berlangsung selama setahun di Ukraina, yang tampaknya semakin meningkat dan bahkan tidak terkendali," kata Menteri Luar Negeri China, Qin Gang mengutip Forbes.
Al Jazeera memberitakan, kunjungan Jinping ke Rusia sebenarnya untuk merespons komitmen Presiden Amerika Serikat dalam mendukung Ukraina. Pasalnya, AS bersama sekutunya terus memberikan bantuan artileri, amunisi dan radar pengintai udara kepada Ukraina.
Hal itu kemudian direspons oleh Diplomat Tertinggi China Wang Yi yang menegaskan bahwa hubungan Moskow dan Beijing semakin kuat.
"Hubungan kami bertahan dalam ujian apapun dalam situasi internasional yang terus berubah," tutur Wang Ji.
Pertemuan terakhir antara Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin secara langsung terjadi dalam acara sebelum Olimpiade Musim Dingin di Beijing 2022. Pertemuan tersebut dilakukan sebelum Rusia melakukan invasi Ukraina. Sedangkan pembicaraan terakhir melalui panggilan video terjadi di bulan Desember 2022.
Apa Tujuan Xi Jinping Mengunjungi Putin di Rusia?
Kunjungan Xi Jinping ke Rusia merupakan kunjungan pertamanya setelah dua belas bulan yang lalu. Diberitakan Forbes kunjungan kali ini akan membahas dua hal. Berikut merupakan tujuan Xi Jinping Mengunjungi Putin di Rusia:
- China berniat untuk membantu mengakhiri perang di Ukraina. Sebab, invasi yang telah dilakukan Rusia sudah lebih dari satu tahun. Selain itu, upaya-upaya sebelumnya yang dilakukan Ukraina dan Rusia untuk mencapai kesepakatan damai telah gagal.
- Beijing berusaha membujuk Kremlin agar tidak menggunakan senjata nuklir di Ukraina, meskipun laporan ini muncul hanya beberapa jam setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan bahwa ia akan menangguhkan partisipasi Rusia dalam perjanjian senjata nuklir.
Tujuan Xi Jinping yang akan menjadi negosiator damai antara Rusia dan Ukraina pun mendapat sorotan publik. Salah satunya dari peneliti S. Rajaratnam School of International Studies asal Singapura, Raffaello Pantucci.
“China menjadi pihak netral, mereka perlu menunjukkan bahwa mereka independen dari kedua belah pihak, meskipun mereka telah dengan jelas memilih satu pihak dalam konflik ini," ungkap Raffaello Pantucci.
Penulis: Sulthoni
Editor: Alexander Haryanto
