tirto.id - Penembakan massal terjadi di Crocus City Hall, dekat Moskow, Rusia, pada Jumat (22/3/2024) waktu setempat. Aksi teror yang berlangsung di tengah konser grup rock Rusia, Piknic, ini sedikitnya menewaskan 40 orang dan lebih dari 100 orang lainnya mengalami luka-luka. ISIS disebut mengklaim sebagai pelakunya.
Dikutip Aljazeera dari laporan media Rusia, sejumlah orang dengan seragam taktis tiba-tiba masuk ke dalam konser dan melepaskan tembakan senjata otomatis ke arah kerumunan pengunjung.
Para pelaku disebut juga melemparkan semacam granat atau bom pembakar dan membuat api menyebar ke seluruh ruangan yang bisa menampung ribuan orang itu dengan cepat.
Pihak keamanan melancarkan perburuan massal terhadap orang-orang bersenjata dalam serangan tersebut. Selain itu, penduduk di Moskow dan sekitarnya diimbau untuk tetap waspada. Namun, hingga berita ini ditulis, belum ada satu pun pelaku yang teridentifikasi.
Wali Kota Moskow Sergei Sobyanin menggambarkan insiden tersebut sebagai “tragedi besar”. Setidaknya 70 unit ambulans dikerahkan untuk mengevakuasi para korban yang mencapai ratusan orang.
Sementara itu, melalui sebuah postingan di saluran afiliasinya di media sosial, ISIS mengklaim sebagai pihak yang bertanggung jawab atas penembakan massal di dekat Moskow.
Dilansir ABC News, ISIS mengatakan bahwa mereka menyerang sebuah pertemuan besar di pinggiran ibu kota Rusia dan telah menewaskan serta melukai ratusan orang.
Keaslian klaim ISIS ini belum bisa segera diverifiikasi. Namun, dikutip dari The Guardian, seorang pejabat Amerika Serikat (AS) menyebut bahwa Washington memiliki informasi intelijen yang mengkonfirmasi klaim ISIS terkait penembakan massal di Rusia tersebut.
Peristiwa mengejutkan ini merupakan teror terburuk dalam beberapa tahun terakhir di Rusia dan terjadi saat memasuki tahun ketiga serangan negara tersebut terhadap Ukraina.
Fakta lainnya, serangan ini terjadi hanya beberapa hari setelah Vladimir Putin terpilih lagi sebagai presiden. Putin memenangkan Pemilu Rusia 2024 dengan kemenangan telak yang mencapai 87 persen suara dan bakal kembali berkuasa hingga tahun 2030 mendatang.
Putin sendiri terus memantau insiden ini. “Presiden secara kontinyu mendapat informasi dari semua lembaga terkait tentang apa yang terjadi dan tindakan apa yang harus diambil,” sebut juru bicara Putin, Dmitry Peskov, kepada Kantor Berita Rusia.
Editor: Agung DH