tirto.id - Penelitian yang dilakukan SETARA Institute tentang rata-rata nasional indeks kota toleransi (IKT) di Indonesia dari 2022 hingga 2023 menunjukkan hasil positif.
Pada 2022 rata-rata IKT nasional mencapai nilai 5,03. Sedangkan 2023 skornya 5,06.
Namun, bila melihat skor rata-rata nasional sejak publikasi IKT oleh lembaga ini, sejatinya mengalami fluktuasi. Pada 2021, rata-rata nasional IKT sempat mencapai nilai 5,24.
Ketua Badan Pengurus SETARA Institute, Ismail Hasani, mengatakan progresivitas terbaru selama 2023 memicu kenaikan rata-rata nasional dari tahun sebelumnya.
Lembaga ini menggunakan rentang nilai 1-7. Satu skor paling buruk, dan tujuh skor paling baik.
Berdasarkan penelitian lembaga ini, ada tiga kota yang mendapat nilai paling tinggi dari 94 kota yang diteliti, yaitu Singkawang (6,50), Bekasi (6,46), dan Salatiga (6, 45).
Sementara kota dengan toleransi paling rendah adalah Depok, dengan angka 4,0.
Menurut Ismail, penelitian perihal kota toleransi dipengaruhi kemimpinan yang mempresentasikan wali kota daerah tersebut. Dia mengatakan visi wali kota tergambar dari kebijakan-kebijakan dan keberpihakannya. Selain itu, kepemimpinan sosial dan birokrasi.
"Kalau wali kotanya hebat, kepemimpinannya tidak ambruk bapak ibu sekalian," kata Ismail dalam acara bertajuk Launching dan Penghargaan Indeks Kota Toleransi di Hotel Grand Sahid Jakarta, Selasa (30/1/2024).
Di sisi lain, terang dia, penilaian IKT dilihat dari perspektif HAM dan konstitusi warga yang termasuk human security.
"Kenapa? Human security itu menempatkan manusia sebagai sesuatu yang dibela. [Tapi] intoleransi salah satu bentuk dari ancaman keamanan nasional," ucap Ismail.
Ismail mengatakan peristiwa intoleransi mengalami tren penurunan di suatu kota tergantung menurun tidaknya kepemimpinan politik wali kota, atau PJ wali kotanya.
"Karena melahirkan sebuah perda membutuhkan tiga kolaborasi kepemimpinan, politik, sosial, dan birokrasi," tuturnya.
Metode dalam penelitian lembaga ini tentang kota toleransi adalah kota yang memiliki visi dan rencana pembangunan inklusif, regulasi yang kondusif bagi praktik dan promosi toleransi, dan kepemimpinan yang progresif bagi praktik dan promosi toleransi.
Selain itu, tingkat intoleransi dan pelanggaran kebebasan beragama/berkeyakinan rendah, serta upaya berkelanjutan dalam mengelola keberagaman dan inklusi sosial.
SETARA Institute dalam studi ini menurunkan konsep toleransi ke dalam beberapa variabel sistemik kota yang dapat memengaruhi perilaku sosial antaridentitas dan entitas warga.
Pertama, kebijakan-kebijakan pemerintah kota. Lalu, tindakan-tindakan aparatur pemerintah kota. Kemudian, perilaku antarentitas di kota termasuk warga dengan warga, dan pemerintah dengan warga. Terakhir, relasi-relasi sosial dalam heterogenitas demografis warga kota.
Berikut Daftar 10 Kota dengan indeks toleransi terbaik:
1. Singkawang (6,50)
2. Bekasi (6,46)
3. Salatiga (6,45)
4. Manado (6,40)
5. Semarang (6,23)
6. Magelang (6,22)
7. Kediri (6,07)
8. Sukabumi (5,99)
9. Kupang (5,95)
10. Surakarta (5,8)
Penulis: Fransiskus Adryanto Pratama
Editor: Irfan Teguh Pribadi