tirto.id - Hari keenam Ramadan, bertepatan pada 6 Maret 2025 menjadi kenangan terakhir bagi Tugimin (71) dengan cucu keduanya, Alvaro Kiano (6). Masih lekat dalam ingatan Tugimin, saat Alvaro pamit untuk bermain bersama kawan sebayanya.
"Sebelum dia main, saya sempat bikinin dia susu, soalnya dia kalau minum susu maunya pakai dot," kenang Tugimin saat bercerita kepada Tirto di kediaman pribadinya, Bintaro, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Senin (17/11/2025).
Kala itu, Tugimin tak memiliki firasat apa pun saat sang cucu berpamitan. Ia berujar cucunya yang masih duduk di taman kanak-kanak itu rutin tiap siang bermain bersama handai tolannya. Terlebih di bulan puasa, cucunya tersebut rutin mengikuti pengajian yang diselenggarakan di Masjid Jami Al-Muflihun yang berjarak 150 meter dari rumah mereka tinggal.
"Setiap sore cucu saya selalu ikut ngaji Ramadan sama teman-temannya," ujarnya.
Perasaan Tugimin makin curiga saat malam mulai pekat. Alvaro yang pamit bermain di siang hari tak kunjung pulang. Tugimin mulai melakukan pencarian dengan bertanya ke kepada teman-teman Alvaro yang mengajaknya bermain di siang hari. Namun, saat ditanyakan satu persatu semua jawabannya sama: 'tidak tahu'.
"Saat itu saya baru pulang habis minum jamu, saya cari ke depan, saya tanyain ke temannya yang nyamperin dia tadi, satu persatu anak semuanya ditanya, sampai ke danau, semua CCTV kami lihat enggak ada," kata dia.
Tugimin yang saat itu dilanda rasa was-was pun langsung bergegas ke Polsek Pesanggrahan untuk melaporkan kehilangan Alvaro. Namun, oleh polisi yang bertugas, Tugimin diarahkan untuk pulang karena saat itu kepergian Alvaro masih kurang dari 24 jam.
"Polsek bilang kalau laporan anak hilang, ini belum 1X24 jam, tunggu dulu, akhirnya saya pulang lagi. Sambil pulang saya cari di jalan akhirnya enggak ketemu," jelasnya.
Sepulangnya, rumah Tugimin yang berdempetan dengan kali telah dipadati warga. Sebagai ketua RT di wilayah tersebut, berita mengenai hilangnya Alvero telah tersebar ke seantero kelurahan. Babinsa, Bhabinkamtibmas, hingga pemuda karang taruna berduyun ke rumah Tugimin dari yang sekadar menanya kabar hingga ikut melakukan pencarian. Hasilnya, nihil.
"Di sini penuh orang, di depan sana juga penuh orang, tiap malam itu penuh terus, intinya bantu mencari, di sini pada tanya-tanya, ya akhirnya enggak ada," ujarnya.
Sempat Mengarah Kepada Saudara Dari Ayah Alvaro
Lebih dari sehari pascahilangnya Alvaro, Tugimin kembali ke Polsek Pesanggrahan. Tugimin diantarkan petugas ke Polres Jakarta Selatan karena berkaitan dengan kehilangan anak.
"Saya waktu itu diantar oleh polisi dari Polsek buat laporan ke Polres," ungkapnya.
Di tengah pembuatan laporan tersebut, tersiar kabar di hari Alvaro hilang, sempat ada sosok misterius yang mencarinya. Kabar itu datang dari marbot Masjid Al-Muflihun tempat Alvaro mengaji.
"Waktu itu marbot masjid cerita ke tetangganya, setelah itu ceritanya sampai ke saya," kata Tugimin.
Meski demikian, marbot masjid tak tahu pasti soal wajah dan bentuk fisik dari sosok yang mencari Alvaro. Kesaksian dari marbot masjid kian buram karena hanya menjadi keterangan tunggal ditambah kamera pengawas atau CCTV masjid pada saat itu dalam kondisi rusak. Tak ada bukti pembanding untuk memperkuat argumen si marbot tersebut.
"CCTV-nya baru dibenerin beberapa bulan ini," ujarnya.
Dalam beberapa pemeriksaan, polisi sempat mengarahkan adanya dugaan penculikan Alvaro dilakukan oleh orang dekat. Dugaan itu muncul atas kesaksian dari marbot masjid yang sempat menanyakan mengenai sosok Alvaro di Masjid Al Muflihun.
Hingga akhirnya proses penyelidikan membawa polisi untuk bertemu dengan saudara dari ayah Alvaro yang tersebar di Bogor dan Batam. Mereka dipanggil ke Polres Jakarta Selatan dan kemudian dibebaskan karena secara fisik tidak cocok dengan keterangan marbot masjid.
"Yang datang di masjid itu bukan (mereka), yang datang di masjid itu juga samar, samar dalam arti tidak mengenal fisiknya secara utuh, hanya kira-kira," ujarnya.
Sebulan tak kunjung ditemukan, Polda Metro Jaya ikut berkecimpung mengenai kasus tersebut. Tugimin menceritakan dirinya saat itu dikunjungi oleh seorang anggota dari Satresmob Polda Metro Jaya. Oleh si petugas, Tugimin diminta untuk tidak berkomentar banyak di media. Dia khawatir pelaku berani berbuat nekat jika terdesak oleh ancaman mau pernyataan di media.
"Jangan sampai orang ini, yang bawa ini ketakutan langsung diumpetin lagi," ungkapnya.
Menuju 9 Bulan, Keluarga Berharap Ada Keajaiban

Nyaris sembilan bulan, Alvaro tak kunjung pulang. Tugimin, sang kakek, telah mencoba semua usaha untuk mengembalikan cucunya. Dari polisi, TNI hingga 'orang pintar' semuanya dimintai tolong oleh Tugimin untuk mencari jejak langkah cucunya tersebut.
"Kalau kata 'orang pintar' yang bisa semacam itu, katanya gelap, tapi Alvaronya masih hidup," kata dia.
Tugimin kerap menerima pesan dari banyak pihak mengenai keberadaan Alvaro. Namun, sayang pesan tersebut hanya sekadar dugaan tanpa ada informasi detail. Sehingga, Tugimin yang juga dibantu oleh sejumlah sanak kerabatnya terkadang dibuat kesal karena info tersebut berakhir dengan kesia-siaan.
"Anak saya, ibunya Alvaro, sering mendapat pesan di Instagram mengenai keberadaan Alvaro, tapi setelah kita datangi enggak ada apa-apa. Kita sering dapat katanya ada di Bogor, Tanjung Priok atau di daerah lain, tapi setelah kita kejar enggak ada apa-apa," ujarnya.
Kini informasi mengenai hilangnya Alvaro kembali diperbincangkan oleh masyarakat karena dikaitkan dengan kasus penculikan anak Bilqis di Makassar beberapa waktu lalu. Bahkan karena kasus Alvaro kembali viral, polisi kembali melakukan BAP dan Tugimin kembali diperiksa oleh Polda Metro Jaya.
"Ini HP saya sekarang disita katanya mau dipantau dan dicari barang bukti," jelasnya.
Alvaro, Anak Ceria yang Jauh dari Orang Tua
Alvaro lahir dari seorang ibu, Arum Indah Kusumastuti (34) dan Agus Nugroho (40). Meski demikian, sejak kecil Alvaro tak pernah merasakan asuhan langsung dari kedua orang tuanya. Sang ayah harus mendekam di Lapas Cipinang karena terjerat kasus peredaran narkoba dan sang ibu harus menggantikan posisi sebagai kepala keluarga yang terpaksa mencari nafkah di Medan.
"Alvaro biasa manggil Bapak sama Mama," kata Tugimin menjelaskan cara panggil Alvaro kepadanya dan istrinya.
Meski berada jauh di Medan, Arum selalu memantau proses pencarian putranya tersebut. Dia rutin berkomunikasi dengan pihak Polsek Pesanggrahan apabila ada informasi terbaru mengenai Alvaro.
"Yang rutin berkomunikasi itu ibunya (Alvaro), setiap hari bahkan setiap jam selalu dikasih update," ujarnya.
Tugimin juga sempat mengabari kepada ayah Alvaro, Agus, yang kini masih mendekam di dalam Lapas.
"Saat itu saya WhatsApp tapi tidak balas, karena mungkin pengawasan di dalam Lapas itu sangat ketat, tapi habis itu sekitar jam 10 malam saya ditelpon bapaknya Alvaro," jelasnya.
Dalam kenangan Tugimin, Alvaro merupakan anak yang ceria dan menyenangkan baik saat bersama keluarga maupun kawannya. Tugimin menceritakan bahwa sehari sebelum hilang, rumahnya sempat mengalami banjir yang tingginya mencapai 20 sentimeter. Bukannya sedih, Alvaro justru menjadikan hal itu sebagai ajang permainan bersama kawan sebayanya.
"Bukannya takut dia malah renang, sambil main perosotan," kata Tugimin sembari menunjukkan salah satu jalan tikungan menurun di dekat rumahnya.
Penulis: Irfan Amin
Editor: Fransiskus Adryanto Pratama
Masuk tirto.id


































