Menuju konten utama

Sejarah Latar Belakang Lahirnya Orde Baru dan Penyebabnya

Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Pelajari lebih lanjut tentang latar belakang lahirnya Orde Baru di sini.

Sejarah Latar Belakang Lahirnya Orde Baru dan Penyebabnya
Presiden RI ke-2, Soeharto. FOTO/Nationaal Archief

tirto.id - Latar belakang lahirnya Orde Baru penting untuk diketahui agar kita lebih paham dengan sejarah Indonesia. Kelahiran Orba tak lepas dari peran Soeharto sebagai tokoh Orde Baru yang akhirnya menjadi presiden dengan masa jabatan terlama di Indonesia.

Sejak merdeka di tahun 1945, Indonesia telah mengalami beberapa periode pemerintahan, salah satunya adalah periode Orde Baru. Orde Baru merujuk pada masa pemerintahan di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto setelah berakhirnya Orde Lama di bawah kekuasaan Presiden Soekarno.

Orde Baru berlangsung pada tahun 1966 hingga 1998. Meski langgeng selama puluhan tahun, periode ini akhirnya ditutup dengan lengsernya Soeharto dari kursi kepresidenan yang kemudian digantikan oleh B.J. Habibie yang sebelumnya menjabat sebagai wakilnya.

Latar Belakang Lahirnya Orde Baru

Presiden soeharto

Presiden Indonesia Soeharto. AP / Richard Vogel

Latar belakang munculnya Orde Baru tidak lepas dari krisis yang melanda Indonesia pada pertengahan 1960-an. Masa itu ditandai oleh ketidakstabilan politik, kemerosotan ekonomi, serta konflik ideologis yang tajam, terutama antara kelompok komunis (PKI) dan militer.

Latar belakang lahirnya Orde Baru dapat dilihat dari beberapa aspek, di antaranya dari aspek politik dan ekonomi. Dari segi politik, faktor yang paling berpengaruh memicu kelahiran Orde Baru adalah peristiwa Gerakan 30 September oleh PKI (G30S/PKI) pada 1965.

Dalam peristiwa ini, tujuh perwira TNI AD diculik dan dibunuh oleh kelompok yang disebut sebagai bagian dari PKI. Peristiwa ini langsung mengguncang negara dan menimbulkan kepanikan di masyarakat.

Sayangnya, pemerintah kala itu dianggap lamban menangani masalah ini. Di waktu yang sama, kondisi perekonomian Indonesia semakin merosot tajam akibat harga-harga barang yang terus melonjak.

Situasi Indonesia makin genting karena timbulnya banyak demonstrasi anti-komunis, terutama oleh kalangan mahasiswa. Di sinilah kemudian muncul Tritura (Tri Tuntutan Rakyat) yang diserukan oleh Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) dalam unjuk rasa pada 10-13 Januari 1966.

Secara garis besar, Tritura menuntut pemerintah untuk membubarkan PKI, merombak Kabinet Dwikora, dan menurunkan harga barang.

Melihat kondisi yang makin tidak kondusif, Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Melalui surat ini, Presiden Soekarno memberikan mandat kepada Soeharto yang saat itu menjadi Panglima Angkatan Darat untuk mengamankan keadaan.

Dalam sejarah latar belakang lahirnya Orde Baru, Supersemar inilah yang nantinya berperan besar menjadikan Soeharto sebagai presiden. Supersemar juga menjadi titik balik yang mendorong Indonesia masuk ke periode Orde Baru.

Apa yang Menandai Lahirnya Orde Baru?

SUPERSEMAR MARET 1966

Soeharto (kiri) berada dibelakang Soekarno (kanan) pada maret 1966. Foto/Getty Images/Beryl Bernay

Kelahiran Orba di Indonesia secara resmi dimulai ketika Soeharto menjabat sebagai Pejabat Presiden di tahun 1967 yang kemudian resmi menjadi Presiden RI ke-2 pada tahun berikutnya.

Namun, masa transisi dari Orde Lama ke Orde Baru telah dimulai sejak 1966, tepatnya setelah Soeharto menerima Supersemar. Meski belum resmi menjadi presiden, Soeharto telah melakukan banyak hal di tubuh pemerintahan, termasuk melakukan penataan di tubuh eksekutif, legislatif, dam militer.

Saat itu, kekuasaan Presiden Soekarno terus menurun, sedangkan posisi Soeharto makin menguat di kancah politik, terutama setelah Supersemar dikukuhkan dengan Ketetapan Nomor IX/MPRS/1966.

Dengan ketetapan tersebut, Supersemar yang berisi pemberian wewenang pada Soeharto untuk menstabilkan keamanan negara ini tak bisa dicabut lagi oleh Presiden Soekarno.

Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) juga mengeluarkan Ketetapan Nomor XV/MPRS/1966 yang menyatakan bahwa apabila presiden berhalangan, maka pemegang Supersemar (Soeharto) akan menggantikannya sebagai Presiden.

Pada Juni 1966, Presiden Soekarno gagal membuat pertanggungjawaban yang memuaskan di hadapan MPRS. Hal ini memicu MPRS untuk memberhentikan Soekarno dari jabatannya sebagai presiden melalui Tap Nomor XXXIII/MPRS/1967.

Ketetapan ini juga berisi pengangkatan Soeharto sebagai Pejabat Presiden pada 12 Maret 1967. Kemudian pada 27 Maret 1968, Soeharto pun resmi menjadi Presiden RI yang ke-2.

Dari sini dapat disimpulkan bahwa setidaknya ada dua hal yang menandai kelahiran Orde Baru, yakni terbitnya Supersemar dan turunnya Soekarno dari jabatan presiden yang kemudian digantikan oleh Soeharto.

Sistem Pemerintahan Orde Baru

Presiden soeharto

Presiden Soeharto. AP / Charles Dharapak

Setelah mengetahui latar belakang lahirnya Orde Baru, kita pun perlu memahami sistem pemerintahan Orba di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto.

Dilansir dari laman Pemerintah Kabupaten Buleleng, Orde Baru menganut sistem pemerintahan presidensial yang diatur oleh UUD 1945. Dalam praktiknya, sistem ini malah mengalami penyimpangan dari prinsip demokrasi.

Pemerintahan di masa Orde Baru justru menunjukkan sentralisasi atau dominasi kekuasaan yang sangat kuat di tangan presiden. Pemerintah pusat, terutama presiden, memiliki wewenang besar dalam menentukan arah kebijakan politik, ekonomi, dan sosial.

Militer ikut memainkan peran penting dalam pemerintahan melalui kebijakan Dwi Fungsi ABRI. Kebijakan ini membuat tentara tidak hanya mengurusi pertahanan dan keamanan negeri, tapi juga aktif dalam pemerintahan sipil dan dunia politik.

Dikutip dari buku Sejarah Nasional Indonesia karya La Ode Muhammad Rauda Agus Udaya Manarfa, dkk., Orde Baru berfokus pada peningkatan ekonomi dan infrastruktur. Maka, tak heran bila perekonomian Indonesia melesat di masa Orde Baru meskipun korupsi turut merajalela.

Secara keseluruhan, Orde Baru menampilkan wajah pemerintahan yang cukup otoriter. Pemerintahan ini lebih mengedepankan stabilitas dan pembangunan ekonomi daripada demokrasi dan hak-hak politik warga negaranya.

Bagaimana Akhir dari Masa Orde Baru?

Reformasi

FOTO ARSIP: Mahasiswa meluber hingga ke kubah Grahasabha Paripurna ketika menggelar unjuk rasa yang menuntut reformasi menyeluruh, Selasa (19/5/1998). FOTO ARSIP ANTARA FOTO/Saptono/RF02/ss/hp/asf.

Jika latar belakang lahirnya Orde Baru adalah ketidakstabilan politik dan ekonomi, maka periode ini juga diakhiri oleh sebab yang serupa. Lalu, apa peristiwa yang menandai berakhirnya masa Orde Baru?

Akhir dari masa Orde Baru ditandai oleh krisis yang melanda Indonesia pada akhir 1990-an. Krisis ini dipicu oleh krisis moneter Asia tahun 1997 yang menyebabkan nilai tukar rupiah anjlok tajam, inflasi tinggi, dan banyak perusahaan mengalami kebangkrutan.

Situasi ekonomi yang memburuk berdampak langsung pada kehidupan masyarakat. Saat itu harga kebutuhan pokok melonjak, sedangkan angka pengangguran meningkat drastis akibat krisis.

Hal ini pun memperparah ketidakpuasan masyarakat terhadap pemerintahan Presiden Soeharto yang tak hanya otoriter, tapi juga menyuburkan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

Dari sinilah gerakan reformasi mulai tumbuh, terutama dari kalangan mahasiswa yang menggelar demonstrasi besar-besaran di berbagai daerah. Puncak dari rangkaian unjuk rasa ini terjadi pada Mei 1998.

Setelah meletusnya Tragedi Trisakti yang menimbulkan kemarahan masyarakat, seluruh mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi berhasil menduduki Gedung MPR/DPR di Jakarta dan menuntut Soeharto mundur dari jabatannya.

Di waktu yang sama, kerusuhan di berbagai daerah terus terjadi. Tekanan politik, sosial, dan ekonomi yang semakin besar membuat posisi Soeharto tidak dapat dipertahankan lagi.

Akhirnya, pada tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto resmi mengundurkan diri dari jabatannya dan digantikan oleh B.J. Habibie. Peristiwa ini menjadi akhir dari era Orde Baru yang juga sekaligus menjadi awal dimulainya era Reformasi di Indonesia.

Demikian penjelasan tentang latar belakang lahirnya Orde Baru dan kejatuhannya. Memahami sejarah pemerintahan di Tanah Air tak hanya berguna untuk menambah wawasan, tapi juga menjadi sarana pembelajaran. Dengan demikian, kita bisa mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk membangun Indonesia menuju ke arah yang lebih baik.

Baca juga artikel terkait ORDE BARU atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani