Menuju konten utama

10 Peristiwa yang Terjadi pada Masa Orde Lama 1959 sampai 1966

Peristiwa yang terjadi pada masa Orde Lama 1959 sampai 1966 merupakan bagian sejarah Indonesia. Ketahui masa Orde Lama dan berbagai peristiwanya di sini.

10 Peristiwa yang Terjadi pada Masa Orde Lama 1959 sampai 1966
Presiden Indonesia Sukarno, kiri, dan Letnan Jenderal Suharto, kanan, ditunjukkan bersama saat mereka menghadiri upacara militer di Jakarta pada pertengahan Oktober 1965. FOTO/AP

tirto.id - Terdapat banyak peristiwa yang terjadi pada masa Orde Lama 1959 sampai 1966. Meski sudah merdeka, masa Orde Lama pimpinan Ir. Soekarno masih dipenuhi dengan dinamika politik, ekonomi, dan sosial yang penuh tantangan dalam sejarah Indonesia.

Pengertian Orde Lama adalah istilah yang merujuk pada periode pemerintahan di Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Sukarno. Seperti yang diketahui, Ir. Soekarno merupakan presiden pertama di Indonesia yang mulai menjabat sejak tahun 1945 hingga 1967.

Menurut Ensiklopedia Sejarah Indonesia Kemdikbud, Orde Lama lebih mengacu pada masa pemerintahan Presiden Soekarno yang berlangsung pada 1959-1966. Di masa ini, Presiden Soekarno menerapkan sistem pemerintahan Demokrasi Terpimpin yang berpusat pada kekuasaan presiden.

Saat itu masyarakat Indonesia belum mengenal istilah pemerintahan Orde Lama. Istilah ini baru muncul di era Orde Baru pimpinan Presiden Soeharto untuk membedakan masa pemerintahannya dengan rezim Soekarno terdahulu.

Peristiwa Penting yang Terjadi di Masa Orde Lama

Setelah memahami pengertian Orde Lama, kita juga perlu mengetahui berbagai peristiwa penting yang menjadi bagian dari sejarah Indonesia. Seluruh peristiwa ini berkaitan dengan pergolakan politik, termasuk pemberontakan PKI yang menjadi salah satu penyebab lengsernya Presiden Soekarno.

Berikut sejumlah peristiwa yang terjadi pada masa Orde Lama 1959 sampai 1966:

1. Dekrit Presiden 5 Juli 1959

Dekrit Presiden Soekarno
Dekrit Presiden Soekarno 1959. FOTO/Wikipedia

Peristiwa pada masa Orde Lama yang paling awal terjadi adalah berlakunya sistem pemerintahan Demokrasi Terpimpin. Pada 5 Juli 1959, Presiden Soekarno resmi mengeluarkan dekrit yang dikenal dengan nama Dekrit Presiden 5 Juli 1959.

Dekrit ini dikeluarkan sebagai buntut dari kegagalan Dewan Konstituante dalam merumuskan Undang-Undang Dasar yang baru untuk menggantikan UUDS 1950. Sementara itu, sebagian besar masyarakat cenderung menginginkan agar UUD 1945 diberlakukan kembali.

Untuk meredam pro dan kontra, Presiden Soekarno mengeluarkan dekrit yang berisi keputusan untuk membubarkan Konstituante, memberlakukan kembali UUD 1945, serta pembentukan Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS) dan Dewan Pertimbangan Agung Sementara (DPAS).

Dekrit ini pun menandai berakhirnya masa Demokrasi Liberal atau yang juga dikenal sebagai Demokrasi Parlementer. Dekrit ini juga menandai dimulainya era Demokrasi Terpimpin yang akhirnya dikenal sebagai era Orde Lama.

2. Konfrontasi Indonesia-Malaysia (Ganyang Malaysia)

Peta Indonesia dan Malaysia
Peta Indonesia dan Malaysia. FOTO/iStockphoto

Peristiwa yang terjadi pada masa Orde Lama 1959 sampai 1966 juga berkaitan dengan slogan Ganyang Malaysia yang muncul di masa-masa konfrontasi Indonesia-Malaysia. Pada 16 September 1963, Inggris membentuk Federasi Malaysia yang saat itu ditentang keras oleh Soekarno.

Meski masih jadi perdebatan, banyak yang meyakini bahwa penolakan Soekarno didasarkan pada kekhawatiran bahwa pembentukan Federasi Malaysia dapat memperkuat posisi Inggris dan mengancam keamanan nasional di Indonesia.

Konfrontasi yang dilakukan Indonesia untuk menentang Federasi Malaysia pun beragam, termasuk memutus hubungan diplomatik dan ekonomi dengan Malaysia serta penyerangan secara militer. Di masa-masa inilah Presiden Soekarno sempat melontarkan ungkapan Ganyang Malaysia.

Perselisihan ini sempat membuat Indonesia keluar dari Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah PBB menerima keanggotaan Malaysia. Namun, konfrontasi ini akhirnya mereda lewat Konferensi Bangkok pada 28 Mei 1966 yang berujung pada pemberlakuan perjanjian damai sejak 11 Agustus 1966.

3. Berakhirnya PRRI/PERMESTA

PERMESTA
Ilustrasi Permesta. Foto/istimewa

Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia (PRRI) merupakan gerakan militer yang dideklarasikan pertama kali pada 15 Februari 1958. Berpusat di wilayah Sumatera, PRRI akhirnya menjadi pemerintahan tandingan, lengkap dengan perdana menteri dan jajaran menteri di berbagai bidang.

Gerakan serupa juga terjadi di Sulawesi, yaitu oleh Perjuangan Rakyat Semesta (PERMESTA) yang sudah muncul sejak 1957. Pemerintah Indonesia tentunya tak tinggal diam dan terus berupaya menumpas gerakan ini, termasuk lewat jalan diplomasi.

PRRI/PERMESTA akhirnya resmi dibubarkan pada 1961. Gerakan PERMESTA berakhir dengan keluarnya Keppres Nomor 322 Tahun 1961, sedangkan PRRI dibubarkan pada 17 Agustus 1961 melalui Keppres Nomor 449 Tahun 1961 tentang Pemberian Amnesti dan Abolisi kepada Orang-Orang yang Tersangkut dengan Pemberontakan.

4. Tri Komando Rakyat (Trikora)

Pidato Soekarno Untuk Papua Barat
Ilustrasi pidato Soekarno menjelang pertempuran Trikora di Papua Barat. FOTO/Istimewa

Trikora juga termasuk peristiwa yang terjadi pada masa Orde Lama 1959 sampai 1966. Trikora adalah operasi militer yang digencarkan untuk merebut Irian Barat dari pihak Belanda. Operasi Trikora diumumkan oleh Presiden Soekarno di Yogyakarta pada 19 Desember 1961.

Adapun isi Trikora antara lain:

  • Menggagalkan pembentukan negara boneka Papua oleh Belanda.
  • Mengibarkan Bendera Merah Putih di Irian Barat.
  • Mempersiapkan mobilisasi umum guna mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan bangsa.

5. Pertempuran Laut Aru

Ilustrasi Kapal Perang
Ilustrasi Kapal Perang. foto/istockphoto

Pertempuran Laut Aru masih berkaitan dengan Trikora dan pembebasan Irian Barat. Pertempuran ini terjadi pada 15 Januari 1962 di Laut Aru (atau Arafuru) di Irian Barat. Sebagai bagian dari operasi Trikora, saat itu Indonesia melancarkan operasi senyap dan mengirim pasukan ke Irian Barat.

Tiga kapal perang pun diterjunkan, yaitu KRI Harimau, KRI Macan Tutul, dan KRI Macan Kumbang. Akan tetapi, Belanda berhasil mengetahui operasi ini sehingga pertempuran pun tak terelakkan. Di sinilah terjadi aksi heroik yang sangat dikenang oleh masyarakat Indonesia.

KRI Macan Tutul di bawah kendali Yos Sudarso seolah menjadi tameng dan mengorbankan diri menjadi sasaran tembak musuh agar kapal lainnya selamat. KRI Macan Tutul akhirnya tenggelam, tetapi Yos Sudarso sempat memekikkan kalimat “kobarkan semangat pertempuran” sebelum gugur di medan perang.

6. Irian Barat Resmi Masuk NKRI

Perjanjian New York
Penandatanganan Perjanjian New York, 15 Agustus 1962. FOTO/Istimewa

Sengketa perebutan Irian Barat antara Indonesia dan Belanda berakhir pada tahun 1963 dengan masuknya Irian Barat sebagai bagian dari NKRI. Pada 15 Agustus 1962, pemerintah Indonesia dan belanda menyepakati Perjanjian New York.

Perjanjian ini berisi tentang penyerahan pemerintahan di Irian dari Belanda kepada PBB melalui badan khusus bernama United Nations Temporary Executive Authority (UNTEA). Setelah itu, UNTEA menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia pada tanggal 1 Mei 1963.

7. Penumpasan Pemberontakan Kahar Muzakkar

Foto HL - Abdul Kahar Muzakkar
Abdul Kahar Muzakkar. FOTO/Istimewa

Sejak Indonesia merdeka, pemberontakan terjadi di berbagai wilayah, salah satunya pemberontakan DI/TII (Darul Islam/Tentara Islam Indonesia). DI/TII adalah gerakan separatis yang bertujuan mendirikan negara Islam dan sudah muncul sejak tahun 1949.

Gerakan DI/TII tersebar di beberapa daerah, termasuk di Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Abdul Kahar Muzakkar. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai upaya untuk meredam gerakan separatis ini, bahkan sempat menawarkan amnesti dan abolisi kepada anggota DI/TII.

Namun, penawaran ini ditolak sehingga pemerintah menempuh jalan operasi militer. Pemberontakan Kahar Muzakkar akhirnya berhasil ditumpas lewat Operasi Tuntas oleh Satuan Siliwangi 330. Dalam operasi tersebut, Kahar Muzakkar dinyatakan tewas tertembak pada 3 Februari 1965.

8. Gerakan 30 September 1965 (G30S/PKI)

Letkol Untung
Letkol Untung Syamsuri dibawa ke Mahmilub. FOTO/Wikimedia Commons

Salah satu peristiwa yang terjadi pada masa Orde Lama 1959 sampai 1966 yang mungkin paling diingat adalah G30S/PKI. G30S merujuk pada peristiwa penculikan dan pembunuhan enam jenderal Angkatan Darat serta seorang letnan ajudan.

Peristiwa ini dilatarbelakangi oleh perbedaan ideologi dan perselisihan antara Partai Komunis Indonesia (PKI) dengan pemerintah, khususnya dengan Angkatan Darat. Pada masa itu, PKI melancarkan isu tentang adanya Dewan Jenderal dan menuduh sejumlah jenderal Angkatan Darat hendak melakukan kudeta.

Namun, isu ini hanyalah alat yang digunakan oleh PKI untuk menculik para jenderal. Aksi ini mulai dilancarkan pada pada malam hari, tanggal 30 September hingga 1 Oktober 1965. Peristiwa inilah yang nantinya membuat posisi dan kekuasaan Presiden Soekarno semakin meredup.

9. Tri Tuntuan Rakyat (Tritura)

Demo Tritura
Demonstran Tritura tahun 1966. FOTO/Dok.BBC

Tritura adalah tiga tuntutan yang disuarakan oleh mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat di awal tahun 1966 sebagai respons terhadap situasi politik dan ekonomi pasca peristiwa G30S/PKI. Tritura mencerminkan ketidakpuasan terhadap pemerintah yang dianggap lamban dalam menanggapi krisis nasional.

Adapun isi Tritura antara lain:

  • Pembubaran PKI
  • Perombakan Kabinet Dwikora
  • Turunkan harga kebutuhan pokok

10. Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar)

SUPERSEMAR MARET 1966
Soeharto (kiri) berada dibelakang Soekarno (kanan) pada maret 1966. Foto/Getty Images/Beryl Bernay

Peristiwa G30S/PKI yang disusul oleh adanya Tritura membuat kondisi politik Indonesia terus bergejolak. Buntut dari kejadian ini adalah keluarnya Surat Perintah Sebelas Maret atau Supersemar yang ditandatangani oleh Presiden Soekarno pada 11 Maret 1966.

Melalui surat ini, Presiden Soekarno memberikan wewenang kepada Letnan Jenderal Soeharto, yang saat itu menjabat sebagai Panglima Angkatan Darat, untuk mengambil tindakan yang dianggap perlu guna memulihkan keamanan dan ketertiban di Indonesia pasca peristiwa G30S/PKI.

Supersemar pada akhirnya menjadi instrumen penting terkait peralihan kekuasaan dari Presiden Soekarno kepada Soeharto. Supersemar membuka jalan bagi Soeharto untuk menjadi presiden sekaligus mengakhiri Orde Lama dan memulai Orde Baru.

Berbagai peristiwa yang terjadi pada masa Orde Lama 1959 sampai 1966 ditandai dengan berbagai konflik ideologi, krisis ekonomi, dan ketegangan politik yang berpuncak pada G30S/PKI. Semuanya menjadi latar belakang penting dalam peralihan kekuasaan yang akhirnya membawa dampak besar pada pemerintahan dan pembangunan Indonesia.

Baca juga artikel terkait ORDE LAMA atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

tirto.id - Edusains
Penulis: Erika Erilia
Editor: Erika Erilia & Yulaika Ramadhani