tirto.id - Kerajaan Majapahit berdiri di tepi Sungai Brantas, Jawa Timur, pada akhir abad ke-13 Masehi setelah kehancuran Kerajaan Singasari. Sejarah mencatat, Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya yang merupakan menantu Kertanegara, raja terakhir Singasari.
Tahun 1292 M, Raja Kertanegara terbunuh dalam pemberontakan Jayakatwang. Raden Wijaya akhirnya berhasil membalaskan dendam mertuanya itu berkat strateginya memanfaatkan pasukan Mongol yang datang ke Jawa.
Setelah memadamkan pemberontakan Jayakatwang dan mengusir pasukan Mongol, Raden Wijaya mendirikan pemerintahan penerus Singasari yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Majapahit pada 1293 M.
Dalam buku Majapahit: Batas Kota dan Jejak Kekayaan di Luar Kota (2012), Inajati Adrisijanti mengungkapkan, Raden Wijaya memulai Majapahit dari sebuah hutan di dekat Sungai Brantas, tepatnya di Trowulan, Mojokerto.
Majapahit mencapai puncak kejayaan saat dipimpin oleh cucu Raden Wijaya, yakni Hayam Wuruk (1350-1389 M). Pada era Hayam Wuruk yang didampingi Mahapatih Gajah Mada, Majapahit meraih kemajuan di berbagai sektor kehidupan, termasuk dalam aspek ekonomi.
Marwati Djoenoed Poesponegoro dalam Sejarah Nasional Jilid II (1990), menerangkan, pada era Hayam Wuruk dan Gajah Mada, Majapahit menguasai hampir seluruh wilayah Nusantara, bahkan mencapai Semenanjung Malaya serta beberapa wilayah di Asia Tenggara.
Faktor Pendukung Perekonomian Majapahit
Kerajaan Majapahit memiliki dua faktor pendukung yang menunjang kemajuan kehidupan ekonominya, yaitu keberadaan Sungai Brantas dan Bengawan Solo serta adanya beberapa pelabuhan atau bandar dagang milik Majapahit di pantai utara Jawa.
Sungai Brantas dan Bengawan Solo
Kerajaan Majapahit memiliki wilayah kekuasaan yang terletak di antara lembah Sungai Brantas dan Bengawan Solo, di daratan rendah bagian utara Jawa Timur. Keberadaan dua sungai inilah yang menjadi faktor pertama pendukung perekonomian Majapahit.
Tanah wilayah kekuasaan Majapahit subur dan cocok untuk bertani serta menghasilkan banyak komoditas pertanian untuk memperkuat perekonomian kerajaan.
Pertanian dikembangkan sawah dan ladang dengan sistem pengerjaan secara bergilir. Tujuan dari sistem ini adalah untuk melestarikan lahan dan menjaga kesuburan tanahnya sehingga menghasilkan produktivitas dalam jangka panjang.
Sungai adalah jalur perdagangan penting bagi Majapahit, yaitu melalui Sungai Brantas dan Bengawan Solo. Adanya jalur sungai ini melancarkan arus perdagangan dari pesisir menuju pedalaman, begitu pula sebaliknya.
Selain itu, di daerah-daerah sekitar aliran sungai, banyak dilakukan proyek perbaikan tanggul untuk menangkal terjadinya banjir.
Dalam bukuSejarah Indonesia (2014) terbitan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang disusun oleh Amurwani dan kawan-kawan dijelaskan, pada era Hayam Wuruk, dibangun sarana dan prasarana lalu lintas seperti jalan-jalan dan jembatan.
Adanya akses jalan yang baik dan jembatan sebagai penghubung antar-tempat semakin mendukung peningkatan aktivitas perekonomian yang berdampak positif terhadap kemakmuran kerajaan dan segenap rakyat Majapahit.
Pelabuhan dan Bandar Dagang di Pesisir Utara
Faktor yang kedua adalah peran beberapa pelabuhan atau bandar dagang milik Kerajaan Majapahit, terutama yang berada di pesisir pantai utara Jawa. Pelabuhan atau bandar dagang ini amat penting dalam mendukung perdagangan sebagai salah satu kekuatan ekonomi Majapahit.
Di wilayah kekuasaan Majapahit terdapat banyak kota pesisir yang sekaligus menjadi pelabuhan, sebut saja Canggu, Surabaya, Sedayu, Tuban, Kalimas, Pasuruan, dan lainnya.
Pelabuhan atau bandar-bandar dagang Majapahit berfungsi sebagai sarana ekspor-impor dan transit bagi komoditas rempah-rempah dari kawasan timur Nusantara. Selain itu, Majapahit juga diuntungkan dengan hasil pajak terkait komoditas tersebut.
Dikutip dari Indonesian Heritage Series: Ancient History (2003) suntingan John Miksic, pajak yang dikenakan terhadap komoditas rempah-rempah yang melewati Jawa merupakan sumber pemasukan penting bagi Majapahit.
Jalur pelayaran ini berimbas kepada kemakmuran wilayah kekuasaan Majapahit. Pada masa ini, sudah terjadi perdagangan antar pulau bahkan perniagaan dengan luar seperti Cina, India, Siam (Thailand), Persia (Iran), dan negeri-negeri Melayu serta kawasan timur Nusantara.
Penulis: Syamsul Dwi Maarif
Editor: Iswara N Raditya