Menuju konten utama

Sebaran Maut COVID-19 Dua Seminar di Bogor: Pemda Sigap Pusat Gagap

Kami menelusuri beberapa kasus pasien corona yang terhubung dengan dua seminar di Bogor. Disebut-sebut seminar itu diikuti ratusan orang.

Sebaran Maut COVID-19 Dua Seminar di Bogor: Pemda Sigap Pusat Gagap
Presiden Joko Widodo (kedua kiri) dan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto (kedua kanan) mengumumkan dua pasien perdana yang terdeteksi positif Corona di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (2/3/2020). Keduanya didampingi oleh Menseskab Pramono Anung (paling kiri) dan Mensesneg Pratikno (paling kanan). ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/foc.

tirto.id - Semua bermula dari kematian seorang pasien positif coronavirus disease-2019 di Solo.

“Satu pasien meninggal dunia pada Rabu (11 Maret 2020) pukul 13.00. Meninggal disebabkan karena gagal napas atau pneumonia,” kata Harsini, dokter spesialis paru di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi, dalam jumpa pers di Kantor Dinas Kesehatan Jawa Tengah.

Pasien itu laki-laki berusia 59 tahun, seorang pedagang di Pasar Klewer, satu dari dua orang dalam pemantauan di wilayah Jawa Tengah. Mereka terinfeksi corona setelah pulang dari seminar di Bogor pada 25-28 Februari 2020. Sehari setelah pulang, keduanya mengalami pilek, demam, dan batuk, lalu dirawat di salah satu rumah sakit di Solo.

Namun, mereka tak kunjung membaik setelah dirawat seminggu. “Bahkan demamnya sampai 38 derajat (Celsius),” ujar Harsini. Pasien lantas dimakamkan di kampung keluarganya di Magetan, Jawa Timur.

Achmad Yurianto, yang ditunjuk oleh Presiden Joko Widodo sebagai juru bicara penanganan kasus corona, baru mengumumkan kematian si pasien di Jakarta pada 13 Maret. Ia menyebutnya sebagai “kasus 50”—saat itu negara masih memakai model penomoran untuk pasien-pasien positif COVID-19 di Indonesia.

Pada hari sama di Semarang, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyinggung riwayat perjalanan pasien, “Ada seminar di Bogor, kemudian dia dengan teman-temannya bareng-bareng diperiksa di rumah sakit, antara lain di Moewardi. Itu temannya dan positif. Dua masuk, satu meninggal. Dua masih dirawat.”

Ganjar berkata telah meminta bawahan di birokrasinya menelusuri kasus pasien tersebut, “Urut-urutannya, men-tracking keluarganya dulu. Setelah itu tokonya. Kemudian tenaga kesehatannya sudah diliburkan dulu biar tenang, dan diperiksa.”

Kabar kematian pasien “kasus 50” segera merembet ke ruang-ruang grup percakapan WhatsApp para keluarga di Solo.

Beredar tangkapan layarpotongan pembicaraan di WhatsApp yang menyebut pasien itu pulang dari “seminar komunitas tanpa riba di Bogor”; meminta kerabat, teman, atau keluarga dan siapa pun yang ikut seminar itu agar hati-hati; mendatangi segera rumah sakit jika mengalami gejala terinfeksi COVID-19.

Sayangnya, nama seminar itu tidak dibeberkan.

Pada Rabu, 18 Maret—hanya sepekan setelah kematian pasien “kasus 50”—seorang pasien COVID-19 meninggal lagi di Solo. Ia adalah teman pasien “kasus 50”; ibu rumah tangga berusia 49 tahun yang kemudian dimakamkan keluarganya ke Wonogiri, Jawa Tengah.

Seminar Lain di Bogor: GPIB di Hotel Aston

Pada hari kabar kematian korban kedua di Solo, Kepala Dinas Kesehatan Lampung Reihana mengumumkan satu orang di provinsi itu positif corona. Dugaannya, pasien itu tertular saat menghadiri seminar di Bogor pada akhir Februari.

Lebih berani dari Dinkes Solo dan Jateng, Reihana mengumumkan nama seminar dan hotelnya. Pasien laki-laki berusia 62 tahun itu menghadiri seminar Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) di Hotel Aston Bogor pada 26-29 Februari; pulang pada 29 Februari, mulai merasakan gejala badan panas, demam, batuk, dan susah menelan makanan pada 3 Maret.

Anak pasien itu mulai khawatir ayahnya terkena COVID-19 setelah mendengar kabar meninggal pasien “kasus 50” di Solo yang punya riwayat menghadiri seminar di Bogor pada tanggal serupa, ujar Reihana. Kekhawatiran itu muncul karena simpang siur nama seminar di Bogor.

Kabar itu bikin kegegeran lain. Kematian tiga pendeta setelah kegiatan Persidangan Sinode Tahunan 2020 GPIB di Bogor pada 26-29 Februari diduga karena terjangkit corona. Namun, kabar ini buru-buru dibantah oleh pemerintah kota dan kabupaten Bogor.

Wali Kota Bogor Bima Arya—yang belakangan positif COVID-19 dan sempat mendatangi seminar GPIB—mengklaim telah menelusuri dan mendapatkan informasi bahwa ketiga pendeta itu tidak meninggal karena COVID-19. Klaim itu diperkuat Kepala Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan Bogor Rudiyana, yang menjelaskan masing-masing pendeta meninggal karena demam berdarah, kecapaian, dan usia tua.

“Saya mendapatkan informasi dari panitia,” klaim Rudiyana dilansir dari Antara.

Meski telah dibantah oleh Pemda Kota Bogor, kini sekitar 21 jemaat GPIB yang mengikuti seminar itu mengalami gejala sakit. Satu di antaranya pasien positif COVID-19 di Bandar Lampung yang menyerahkan sampel tes swab pada 14 Maret dan menerima kabar positif terinfeksi corona dari Litbangkes Kementerian Kesehatan pada 18 Maret.

View this post on Instagram

PST GPIB 2020 DI BOGOR

A post shared by Amin Sutadi (@amin.soetadi) on

Pemerintah pusat juga mulai membentuk tim gugus tugas—yang diketuai oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Letnan Jenderal Doni Monardo. Pemerintahan Jokowi juga mulai menyerahkan penanganan pandemi COVID-19 ke pemerintah daerah masing-masing ketika sebaran infeksi corona semakin bertambah dan meluas.

Sebaran kasus pasien corona dari dua seminar di Bogor, yang gagap dilacak oleh pemerintah pusat, juga telah memberi dorongan pemerintah daerah proaktif melakukan deteksi lebih sigap, tanpa menunggu kerja atau instruksi pemerintah pusat.

Per Senin kemarin, 23 Maret, lebih dari 500 orang positif COVID-19 dan 49 orang meninggal. Mereka tersebar di puluhan provinsi, termasuk Jakarta dan Jawa, Banten, Bali, Yogyakarta, Sulawesi Utara, dan Papua. Jika tak ada intervensi cepat dari pemerintah Indonesia, menurut perhitungan ilmuwan, penularan COVID-19 bisa tembus 11 ribu-71 ribu pada akhir April.

Kini, dengan mengabaikan penelusuran kontak pasien corona sedari pandemi ini menghantam Indonesia, dengan penanganan serba terlambat oleh pemerintahan Jokowi dan kementerian kesehatan di bawah Terawan, hari-hari ini setiap petang warga Indonesia mengetahui kematian manusia akibat COVID-19 menjadi statistik belaka.

=========

Kepada para peserta seminar 'Masyarakat Tanpa Riba' dan seminar GPIB di Bogor, saran kami, mohon periksa kesehatan Anda untuk cek gejala infeksi virus corona ke rumah sakit rujukan.

Bila anda pernah kontak dengan pasien positif COVID-19 tapi masih sehat, mohon melakukan karantina mandiri.

Mari bantu tenaga kesehatan kita menghadapi pandemi virus corona dengan terlibat donasi via kitabisauntuk swadana membeli alat pelindung diri.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Aulia Adam

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aulia Adam & Restu Diantina Putri
Penulis: Aulia Adam
Editor: Fahri Salam