tirto.id - Sastrawan dan filosof asal Semarang yang juga akademisi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, Prof. Darmanto Jatman tutup usia di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) dr Kariadi Semarang karena sakit.
"Beliau meninggal sekitar pukul 17.00 WIB di RSUP dr Kariadi Semarang. Sebelumnya, sudah mengalami stroke," kata Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Humas Undip Nuswantoro Dwiwarno di Semarang, Sabtu (13/1/2017).
Berdasarkan informasi yang didapatkan dari pihak keluarga, kata dia, guru besar emeritus Undip tersebut dirawat di RS sejak 3 Januari lalu karena kondisinya menurun dan terkena infeksi kandung kemih.
Wafat pada usia 75 tahun, Darmanto yang sedemikian dikenal kiprahnya dalam dunia sastra dan seni itu meninggalkan seorang istri, Sri Maryati yang dinikahinya sejak 1970 dan lima orang anak.
Darmanto yang lahir di Jakarta, 16 Agustus 1942 tercatat sebagai perintis dan pendiri Jurusan Psikologi Undip dan menjadi kepala program studi, dan dikukuhkan sebagai guru besar pada usia 65 tahun.
Sosok yang akrab disapa Darmanto JT itu juga pernah mengajar di sejumlah fakultas, seperti Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Undip.
"Sebagai pengajar di Fakultas Psikologi Undip, beliau meletakkan dasar tentang pentingnya peran keluarga dalam perkembangan kejiwaan. psikologi keluarga sekarang ini menjadi kekhasan Fakultas Psikologi Undip," kata dia menambahkan.
Meski sebagai pengajar psikologi, darah seni yang dimiliki jebolan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu tetap mengalir, antara lain pernah mendirikan Teater Kristen Yogya dan Studiklub Sastra Kristen Yogya.
Darmanto juga menerbitkan beberapa kumpulan sajak, seperti Sajak-Sajak Putih (1965) bersama Jajak MD dan Dharmadi Sosropuro, Sajak Ungu (1966) bersama A. Makmur Makka, serta pernah menyutradarai beberapa pementasan teater.
Tercatat, banyak sekali karya sastra Darmanto, seperti Sajak-Sajak Manifes (1968), Bangsat (1975), Ki Blaka Suta Bla Bla (1980), Karto Iyo Bilang Boten (1981), Sang Damanto (1982), dan Golf Untuk Rakyat (1995).
Darmanto pun kerap diundang untuk membacakan puisinya di forum-forum internasional, seperti Festival Puisi Adelaide, Austria (1980), International Poetry Reading di Rotterdam, Belanda (1983) yang kemudian dibukukan.
Atas peran aktifnya dalam dunia sastra, Darmanto Jatman meraih sejumlah penghargaan. Di antaranya adalah Piagam Kepala Pusat Bahasa Depdiknas untuk Penulisan Karya Sastra di bidang puisi (2002), SEA Write Award (2002), Satyalencana Karya Satya (2002), dan Anugerah Satyalencana Kebudayaan 2010 dari pemerintah RI.
Jenazah Darmanto disemayamkan di rumah duka Jalan Menoreh Raya Nomor 75 Semarang dan rencananya akan dimakamkan di Pemakaman Undip, tetapi waktunya masih dirapatkan oleh keluarga.
"Ada rencana dimakamkan di Pemakaman Undip, tetapi pastinya masih menunggu kepastian dari keluarga. Sebab, anaknya yang berada di Australia baru sampai di Indonesia besok [Minggu, 14/1/2017] sore pukul 16.00 WIB," kata Nuswantoro.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari