tirto.id - Rumah minimalis kini menjadi primadona yang sangat diminati oleh para pencari hunian. Keterbatasan lahan untuk membangun sebuah rumah di zaman sekarang, membuat rumah bergaya minimalis menjadi sangat populer.
Namun banyak masyarakat yang kini salah kaprah dengan gaya konsep minimalis. Konsep minimalis kini dipahami bahwa setiap rumah yang dibangun di atas lahan sempit mendapat predikat sebagai rumah minimalis.
Jauh dari itu, sebenarnya gaya arsitektur minimalis memiliki karakteristik yang cukup kompleks, ukuran lahan yang sempit hanya menjadi salah satu dari karakteristik yang ada.
Apa sebenarnya konsep rumah minimalis?
Konsep modern minimalis berkembang pada abad ke-20 yang dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya Gerakan Seni De Stijl. De Stijl adalah gerakan seni yang mengutamakan kesederhanaan dan abstraksi dengan mengurangi desain hanya pada bentuk dan warnanya esensial, garis horisontal dan vertikal, bentuk rectangular.
Kemudian ada kebudayaan Jepang yaitu Zen atau kesederhanaan. Dari kebudayaan itu kemudian arsitek tradisional Jepang kuno mencoba untuk menghadirkan kesederhaan itu dengan penggunaan sedikit warna, desain sederhana, serta garis dan bentuk ramping.
Terakhir, ada pelopor arsitektur modern yaitu ‘Ludwig Van Der Rohe’ dari Jerman yang memperkenalkan istilah ‘Less is More’ yang kemudian menjadi dasar dari gaya arsitektur modern minimalis.
Ludwig Van Der Rohe membawa gaya kesederhanaan dan kejelasan dalam desain arsitekturalnya dengan menggunakan bahan modern, termasuk memperbanyak open space.
Pada dasarnya arsitektur minimalis adalah sebuah gaya yang terlahir dari sebuah kesadaran untuk menciptakan lingkungan hidup yang lebih menitikberatkan kebutuhan dan fungsi.
Implementasinya dalam karya arsitektur adalah dengan gubahan massa yang lebih tegas, geometris, dan tanpa dekorasi atau tanpa ukiran tertentu baik secara eksterior maupun interior.
Contoh implemantasi dari gubahan massa yang tegas, geometris, dan tanpa dekorasi bisa dilihat pada karya DELUTION yaitu ‘Splow House’.
Pada Splow House, fasade atau muka bangunan tidak banyak menggunakan dekorasi dan memiliki massa yang tegas berupa geometris, hal ini dikarenakan penitik beratan pada kebutuhan dan fungsi yang ingin arsitek aplikasikan.
Splow House karya DELUTION
Dalam arsitektur minimalis sendiri, efek dari hilangnya dekorasi dan ukiran pada sebuah ruangan menciptakan ruang lebih kosong dan dingin. Namun untuk mengimbangi hilangnya keberadaan dekorasi dan ukiran, arsitektur minimalis menekankan dengan permainan elemen yang lain yakni light and shadow, permainan cahaya dan bayangan.
Dalam ruang ruang ini biasanya disematkan bukaan tertentu pada satu bidang (bisa di dinding, lantai, maupun langit langit) untuk mengundang pencahayaan alami.
Pada beberapa karya arsitektur, arsitektur minimalis sering kali dikombinasikan dengan gaya arsitektur tropis, dengan pengimplementasian bukaan silang (Cross Ventilation) untuk menjaga kelembapan dan suhu udara.
Splow House juga mempunyai karakteristik penggunaan bukaan silang, sehingga mengakibatkan rumah memiliki pencahayaan alami.
DIAGRAM SIRKULASI UDARA PADA SPLOW HOUSE
Arsitek sengaja membuat bukaan udara bersilang untuk menghasilkan pencahayaan dan sirkulasi udara alami. Tujuannya, udara dapat mengalir ke seluruh ruangan rumah yang kemudian mengurangi penggunaan cahaya dan pendingin ruangan. Efek dari bukaan silang adalah menciptakan low energy consumption pada rumah.
.
Bukaan silang pada ‘Splow House’ di aplikasikan juga dengan membuat void utama yang diberikan kaca nako untuk keluar masuk udara.
Permainan material pada gaya arsitektur minimalis sendiri biasanya cenderung tidak memakai banyak palet material.
Umumnya warna warna monokrom (cat warna putih, cat warna abu-abu, beton ekspose) merupakan pilihan utama dalam permainan material arsitektur minimalis, dikombinasikan dengan material kayu pada lantai atau pun ceiling untuk menetralisir ambience dingin.
Artikel ini ditulis oleh Delution Architect untuk Tirto.ID.
Editor: Agung DH