Menuju konten utama

Saat Tencent Lebih Bernilai daripada Facebook

Tencent sukses menjadi perusahaan teknologi asa Asia pertama yang memiliki valuasi lebih dari $500 miliar.

Saat Tencent Lebih Bernilai daripada Facebook
Gerai Tencent di Guangzhou Book Fair, Guangzhou, Cina. FOTO/REUTERS

tirto.id - Tencent, perusahaan di balik aplikasi pesan instan WeChat sukses menyalip posisi Facebook dalam hal nilai valuasi perusahaan. Saham Tencent yang diperdagangkan di Hong Kong Stock Exchange, seperti dilaporkan CNBC bertengger di posisi HK$439,6 per saham Selasa (21/11) pekan lalu sebagai rekor tertinggi.

Dampaknya, valuasi Tencent seketika melonjak menjadi HK$4,17 triliun, setara dengan $534,5 miliar. Nilai perusahaan Tencent lebih unggul dari Facebook yang hanya $519,4 miliar. Nilai Tencent memang masih kalah tipis dibandingkan Amazon yang valuasinya $542,7 miliar.

Tencent juga sukses sebagai perusahaan teknologi asal Asia pertama yang nilai valuasinya menyentuh angka $500 miliar. Ia unggul dibandingkan Alibaba, perusahaan pesaing terdekat Tencent di Cina.

Capaian yang istimewa itu tentu tak diraih Tencent dalam semalam. Tencent, memasuki pasar modal sejak 2004 lalu. Pada penawaran saham perdana (IPO), nilai per saham mereka dipatok hanya HK$3,70. Ini membuat total nilai valuasi Tencent kala itu masih $11 miliar. Ini artinya, dalam 13 tahun, nilai valuasi Tencent melonjak sekitar 48 kali lipat.

Tencent merupakan perusahaan konglomerasi asal Cina. Ia didirikan oleh miliarder bernama Ma Huateng alias Pony Ma bersama rekannya. Meskipun Huateng hanya memiliki 7,6 persen saham di Tencent. Sosok rivalnya, Jack Ma memang identik dengan perjuangan seorang biasa menjadi luar biasa, Huateng justru kebalikannya. Ia memang telah menjadi golongan berada. Ayahnya, Ma Chenshu, adalah seorang manajer pelabuhan di Kota Shenzen.

Raja Gim Tencent

“Kami sangat fokus untuk menciptakan, mempromosikan dan mendistribusikan konten ke seluruh produk dan layanan kami. Platform WeChat kami adalah aplikasi pesan instan sosial terkemuka untuk konsumen China di seluruh dunia, layanan mobile terdepan lainnya termasuk Video Tencent, aplikasi video mobile teratas soal jumlah tayangan, TencentNews, aplikasi berita mobile terpopuler, dan QQ Music & JOOX, aplikasi musik terbaik di China dan beberapa negara Asia, memberikan variasi konten digital kepada pengguna."

"Kami juga mengembangkan konten untuk film dan video melalui TencentPictures dan Tencent Video. Kami melihat lebih banyak kesempatan untuk memberikan pengalaman hebat dan mengembangkan bisnis kami.”

Ungkapan Steve Chang, Vice President Tencent pada wartawan Forbes, Lauren deLisa Coleman, cukup menjelaskan pada publik siapa Tencent sebenarnya. Tencent bukanlah Facebook maupun Amazon. Namun, Tencent menancapkan taringnya dengan kuat di segmen-segmen bisnis yang serupa dengan Facebook maupun Amazon. Tencent hampir menancapkan kekuatan bisnisnya di segala lini dunia digital. Tencent memiliki portofolio di aplikasi, gim, e-commerce, bahkan hingga hiburan.

Produk paling melekat pada Tencent adalah WeChat. Ia serupa dengan WhatsApp maupun Messenger milik Facebook. Jika WhatsApp maupun Messenger telah memiliki lebih dari 1 miliar pengguna, WeChat mengekor di belakangnya. Data per kuartal II-2017 memperlihatkan WeChat memiliki 963 juta pengguna. Selain WeChat, dalam soal pesan instan, Tencent pun memiliki aplikasi lain bernama QQ Mobile. Per Januari 2017, QQ Mobile memiliki 877 juta pengguna aktif bulanan.

Selain pesan instan, portofolio paling populer yang dimiliki Tencent adalah JD.com, layanan yang serupa dengan Amazon milik Jeff Bezos, orang terkaya di dunia saat ini. Tencent memang tak memiliki JD.com secara penuh. Tencent baru sebatas memiliki 21,25 persen saham e-commerce itu. Namun, fakta bahwa JD.com merupakan e-commerce yang memiliki nilai penjualan sebesar $34,24 miliar untuk kawasan Asia di 2016 lalu, kepemilikan itu cukup membuat Tencent dapat untung besar dari JD.com.

Secara sederhana, Tencent memang terlihat di mata publik pemilik WeChat dan JD.com. Namun, Jonathan Pan dalam tulisannya yang dipublikasikan di Wired mengungkapkan bahwa Tencent lebih tepat disebut perusahaan gim daripada perusahaan aplikasi. Ia menulis bahwa Tencent merupakan “perusahaan gim paling besar di seluruh dunia” saat ini.

Ungkapan Pan memang memiliki dasar. Tencent merupakan perusahaan pemilik Riot sekaligus Supercell. Dua studio gim yang sukses. Riot merupakan studio gim di balik gim bernama League of Legends, gim online dengan 100 juta pengguna aktif bulanan di 2016 lalu. Sementara Supercell merupakan perusahaan di balik gim mobile bernama Clash of Clans dan Clash Royale. Supercell memiliki pendapatan hingga €845 juta di 2015 lalu.

Selain Riot dan Supercell, Tencent memiliki studio gim lain dalam genggamannya seperti Epic Games, Glue Mobile, serta Activision Blizzard.

Capaian bisnis gim Tencent tidak diraih seketika. Taring yang menancap di segmen ini dimulai pada 2008 lalu. Kala itu, Tencent mulai masuk ke dunia gim dengan membeli lisensi gim-gim yang populer di AS dan Eropa guna membawanya ke Cina. Nama-nama seperti CrossFire serta Dungeon & Fighter adalah gim yang dibawa lisensinya ke Cina.

Kuatnya Tencent di segmen gim, berimbas dari cara mereka memperoleh pendapatan. Pan mengatakan bahwa Tencent memperoleh pendapatan lebih serupa Disney daripada Facebook, Amazon, maupun perusahaan internet lainnya.

Tencent, mendapatkan duit dari berjualan merchandise, musik, show, hingga tiket theme park atas portofolio gim dan karakter digital yang mereka miliki. Selain itu, Tencent pun mendapatkan keuntungan dari berjualan barang-barang virtual seperti avatar maupun personalisasi digital di gim-gim maupun aplikasi miliknya.

Pendapatan dari iklan, yang menjadi kekuatan utama Facebook, hanya menyumbang 17 persen dari total pendapatan Tencent di 2016 lalu.

Infografik Tencent

Selain lebih cocok dikenal sebagai perusahaan gim, Tencent pun lebih pas disebut sebagai perusahaan investasi. Di 2016 lalu, perusahaan itu bahkan membelanjakan uang senilai $20,8 miliar untuk berinvestasi di berbagai startup.

Pada 2017, aksi investasi yang dilakukan Tencent tak menyurut. Paling baru, pada November lalu, ia menggelontorkan uang senilai $2 miliar pada Snap, perusahaan di balik SnapChat.

Di Indonesia, Tencent menancapkan kukunya pada Go-Jek serta Traveloka. Bersama JD.com pada Mei 2017 lalu Tencent menggelontorkan uang senilai $1,2 miliar. Sebelumnya, JD.com yang sebagian dimiliki Tencent, menggelontorkan uang senilai $150 juta pada Traveloka.

Soal portofolio investasi, yang paling menarik adalah apa yang mereka benamkan pada Tesla. Pada Maret 2017, Tencent menggelontorkan dana senilai $1,7 miliar bagi startup milik Elon Musk itu. Uniknya, gelontoran investasi itu mereka berikan selepas 6 bulan sebelumnya, pada November 2016, sebuah kelompok peneliti bernama Keen Security Lab, mendemonstrasikan peretasan pada Tesla Model S, salah satu produk mobil listrik Tesla. Keen Security Lab, merupakan kelompok milik Tencent.

Pada 2016 lalu Tencent memperoleh pendapatan sebesar ¥151,9 miliar. Tencent memperoleh pendapatannya paling besar dari segmen gim. Namun, ini cukup mengherankan. Padahal Tencent memiliki WeChat dan QQ Mobile, dua aplikasi dengan jumlah pengguna yang sangat besar.

David Kretzmann, jurnalis teknologi dalam sebuah acara bincang-bincang radio online teknologi berjudul “Montley Fool Rule Breakers and Supernova” menyebut bahwa masih ada peluang besar bagi pendapatan Tencent untuk meningkat di masa mendatang.

“Tencent hanya memperoleh pangsa pasar sebesar 14 persen di iklan mobile, jadi (mereka) masih memiliki ruang untuk tumbuh. Mengingat bahwa mereka mengendalikan 55 persen dari semua lalu lintas mobile internet di China, dan WeChat sendiri menyumbang sekitar 30 persen atau lebih dari semua lalu lintas seluler di China,” terang Kretmann.

Upaya meningkatkan pendapatan dari iklan, jelas tak mudah bagi Tencent. Meskipun ia memiliki WeChat dan QQ Mobile. Di ranah ini, Tencent harus bersaing keras dengan penguasa-penguasa teknologi dunia lainnya. Paling besar tentu saja Google, sang raksasa internet.

Di kuartal II-2017 Google masih memimpin perolehan uang dari iklan digital. Google mengambil 33 persen pangsa pasar dengan nilai pendapatan mencapai $77,8 miliar. Posisi ke-2 diduduki Facebook dengan pangsa pasar sebesar 16 persen atau $36,3 miliar pendapatan. Alibaba, menyeruak di posisi ke-3 dengan pangsa pasar sebesar 8 persen atau sebesar $17,4 miliar.

Selain di segmen iklan digital, Google pun dominan di segmen iklan mobile. Ia menguasai 35 persen pangsa pasar dengan $49,7 miliar pendapatan. Posisi ke-2 dan ke-3 diduduki oleh Facebook dan Alibaba dengan 23 persen dan 11 persen pangsa pasar. Google memang ditopang dari Android, dan Facebook punya media sosial termasuk Instagram.

Masuknya Alibaba di posisi ke-3 memang dorongan buat Tencent. Alibaba, tak memiliki portofolio sebagus WeChat maupun QQ Mobile. Ini tentu tantangan yang harus diselesaikan Tencent.

Baca juga artikel terkait SOSIAL MEDIA atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Teknologi
Reporter: Ahmad Zaenudin
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Suhendra