tirto.id - Setelah Heavenly Creatures masuk ke dalam nominasi Academy Award 1994 untuk skenario terbaik, Peter Jackson mulai menguji batas kemampuannya sebagai sutradara. Pada pertengahan 1990an, ia mulai mengumpulkan ide untuk membuat film yang diadopsi dari novel fantasi, The Lord of the Rings karya JRR Tolkien.
Cita-cita itu pertama kali muncul saat Jackson menonton animasi The Lord of the Rings (1978) yang digarap Ralph Bakshi. Mulai saat itu, ia sering membaca buku-buku karya Tolkien.
"Saya membaca buku (Tolkien) ketika berumur 18 tahun dan kemudian berpikir: 'Aku tidak bisa menunggu sampai film keluar.' Dua puluh tahun kemudian, tidak ada yang melakukannya (membuat film dari karya Tolkien), jadi aku tidak sabar," kata Jackson.
Setelah meraih berbagai kesepakatan, Jackson dan timnya mulai menggarap The Lord of the Rings. Pengambilan gambar dilakukan dari 11 Oktober 1999 hingga 22 Desember 2000. Hampir 14 bulan. Dalam film itu, Jackson meminta para kru menyiapkan kurang lebih 20.000 benda sehari-hari untuk dijadikan properti dalam film.
Selain itu, Jackson juga meminta para kru membuat taman-taman setahun sebelum film itu dimulai. Ia mengarahkan tujuh kru kamera secara bersamaan di banyak scene dan mengundang pelatih bahasa untuk memastikan kebenaran penggunaan bahasa yang diciptakan Tolkien.
Seluruh tokoh, para pemain dan kru juga tidak libur selama berbulan-bulan. Mereka harus melawan banjir, tanah longsor dan badai salju untuk menyelesaikan film itu.
Usaha Jackson tak sia-sia. Menurut laporan The Number, tiga film The Lord of the Rings berhasil meraup sekitar 2,9 miliar dolar AS. Sementara produksi film hanya menghabiskan biaya 297 juta dolar AS. Artinya proyek ini menghasilkan keuntungan sebesar 2,6 miliar dolar AS. Selain finansial, ketiga film itu juga berhasil dinominasikan dalam 30 nominasi dan meraih 17 penghargaan Academy Awards.
Sejak film pertama dirilis pada 2001, buku Tolkien, The Lord of the Rings juga menjadi lebih populer dari sebelumnya karena. Kini novel Tolkien telah terjual sekitar 50 juta eksemplar dan saat ini menjadi novel terlaris ketiga sepanjang masa.
Sukses menggarap trilogi film itu, Jakson kembali menandatangani kontrak bersama Universal Studios untuk membuat ulang film klasik King Kong (1933). Dalam film ini, ia dilaporkan mendapat uang muka sebesar 20 juta dolar AS, angka tertinggi yang pernah dibayar untuk seorang sutradara film sebelum produksi dimulai. Film ini dirilis pada 14 Desember 2005, dan meraup sekitar 550 juta dolar AS di seluruh dunia.
Tak cukup sampai di sana. Pada Desember 2012, Jakson mulai merilis film The Hobbit: An Unexpected Journey, sebuah film yang juga diadopsi dari novel JRR Tolkien. Film ini diperkirakan mengeluarkan biaya produksi sebesar 250 juta dolar AS dan berhasil meraup keuntungan sebesar 1,017 miliar dolar AS di seluruh dunia.
Setahun kemudian, Jackson kembali merilis The Hobbit: Desolation of Smaug dengan biaya produksi sebesar 250 juta dolar AS dengan keuntungan 960 juta dolar AS dan Desember 2014 ia juga kembali merilis The Hobbit: The Battle of The Five Armies dengan biaya produksi yang kurang lebih sama dengan keuntungan 955 juta dolar AS.
Mengapa karya-karyanya selalu berhasil?
Menurut Peterjacksonisgreat.weebly.com. Jackson selalu menganggap dirinya sebagai filter akhir dari sebuah film, sehingga apapun yang menjadi keputusan akhir filmnya menjadi bagian dari kepuasan personal. Selain itu, Jackson juga kerap membuat film yang benar-benar ia sukai, sehingga ia benar-benar bisa menikmati setiap proses pembuatannya.
Menurut Jackson, tugas seorang sutradara adalah menyalurkan semua kreativitas yang ada di dalam tim, sehingga dapat bekerja dengan maksimal: “Aku membutuhkan tim besar untuk membantu saya dan saya mencoba untuk mendorong semua orang untuk berkontribusi sebanyak mungkin.”
Dan yang lebih penting, Jakson memang mendengarkan semua masukkan dari para fansnya. Seperti yang dikatakan Garth Franklin dari situs berita film Dark Horizons: "Jackson, dirinya berinteraksi dengan webmaster film dan penggemar secara teratur. Dia sangat sadar fans dan membuat film ini dengan para fans ada dalam pikirannya."
Terkait keberhasilannya mengolah kreativitas, Jackson mengakui kepada Forbes: “Egois dengan kreativitas. Membuat sesuatu yang Anda cintai. Dan kemudian biarkan pasar memutuskan, apakah mereka menginginkannya. Jangan membuat (film) untuk orang lain. Selalu buat untuk diri sendiri.”
Berkat kerja kerasnya, Jackson pun berhasil mendapatkan kekayaan bersih sebesar 450 juta dolar AS. Seperti dilansir dari Celebrity Net Worth, Jackson telah menerima sekitar 180 juta dolar AS dari trilogi The Lord of the Rings. Selain itu, Jackson juga mendapat 20 juta dolar AS ditambah 20 persen dari setiap box office film King Kong yang diduga meraup keuntungan sebesar 600 juta dolar AS di seluruh dunia, serta dari royalti seluruh filmnya.
Melihat segala jerih payahnya, tak heran jika pria asal Selandia Baru ini mendapat bintang dalam Hollywood Walk of Fame pada 2014 lalu. Ini sebentuk kehormatan dan penghargaan kepada Jackson yang dianggap telah memberikan kontribusi kepada dunia film.
Seperti kata Ana Martinez, produser Hollywood Walk of Fame: "Kami sangat senang menghormati pembuat film terhormat seperti Peter Jackson dengan bintang di Walk of Fame. Film-filmnya yang penuh terobosan dan memenangkan penghargaan menjadi bagian dari warisan kehidupan, sebuah hiburan ala Hollywood yang dicintai di seluruh dunia," katanya kepada The Hollywood Reporter.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Zen RS