Menuju konten utama
Berita Internasional Terkini

Rusia Serang Ukraina Hari Ini: Konflik Memanas, Ada Ledakan di Kyiv

Rusia serang Ukraina hari ini. Berikut penyebab dan latar belakangan konflik kedua negara yang semakin memanas.

Rusia Serang Ukraina Hari Ini: Konflik Memanas, Ada Ledakan di Kyiv
Sebuah foto satelit memperlihatkan konvoi militer menuju ke selatan, di Golovchino, Rusia, Rabu (23/2/2022). ANTARA FOTO/Courtesy of Satellite image 2022 Maxar Technologies/Handout via REUTERS/hp/cfo

tirto.id - Berita terbaru dari konflik Rusia dan Ukraina hari ini adalah, Presiden Vladimir Putin telah mengumumkan operasi militer di wilayah Donbas. Ia memperingatkan negara lain: akan ada konsekuensi jika mereka ikut campur dalam urusan ini.

Al Jazeeramelaporkan, Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba dalam sebuah twit menuliskan, Rusia sudah meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina dan menargetkan kota-kota dengan serangan senjata.

Interfax Ukraina melaporkan, ada serangan roket terhadap beberapa fasilitas militer di seluruh Ukraina. Pasukan Rusia juga sudah mendarat di kota pelabuhan selatan Odessa dan Mariupol.

“Putin baru saja meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina. Kota-kota Ukraina yang damai sedang diserang,” kata Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba Kuleba.

“Ini adalah perang agresi. Ukraina akan mempertahankan diri dan akan menang. Dunia dapat dan harus menghentikan Putin. Waktunya untuk bertindak adalah sekarang.”

Serangan Rusia & Ledakan Keras di Kyiv, Ibukota Ukraina

Andrew Simmons, koresponden Al Jazeera melaporkan dari Kyiv, setidaknya ada tujuh "ledakan keras" di ibukota Ukraina.

"Kedengarannya seperti tembakan peluru, tapi bisa jadi itu serangan udara,” kata Simmons.

"Bandara internasional Boryspil diserang ... kami tidak yakin apakah itu diledakkan atau apakah itu ledakan," tambahnya.

“Kami juga mendengar sirene, jadi pasti ada serangan penuh di ibu kota.”

Tentara Ukraina

Seorang anggota layanan Ukraina berjalan di sepanjang parit pada posisi di garis depan dekat kota Novoluhanske di wilayah Donetsk, Ukraina, Selasa (22/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Gleb Garanich/foc/sad.

Sementara itu, The Guardian melaporkan, pasukan Rusia melancarkan serangan ke Ukraina atas perintah Presiden Vladimir Putin yang mengumumkan "operasi militer khusus" saat fajar.

Padahal, para pemimpin dunia sudah memperingatkan kalau langkah itu bisa memicu perang terbesar di Eropa sejak 1945.

Dalam serangan awal, Rusia tampakanya menargetkan infrastruktur militer dengan ledakan yang dilaporkan terjadi di lapangan terbang, markas militer dan gudang militer.

Situasi Terkini Perang Rusia dan Ukraina

Sekitar pukul 5 pagi waktu Ukraina, ledakan juga terdengar di dekat kota-kota besar Ukraina, termasuk ibukota Kyiv. Cakupan serangan tampaknya sangat besar.

Menurut keterangan Kementerian dalam negeri Ukraina, negara itu diserang dari rudal jelajah dan balistik dan tampaknya Rusia menargetkan infrastruktur di dekat kota-kota besar seperti Kyiv, Kharkiv, Mariupol dan Dnipro.

Berdasarkan rekaman video, ledakan dari roket artileri menerangi langit malam. Seorang penasihat senior kementerian dalam negeri Ukraina mengatakan, tampaknya pasukan Rusia akan segera bergerak ke Kharkiv, yang berjarak sekitar 20 mil dari perbatasan.

Penduduk yang tinggal di Kyiv bergegas mencari perlindungan ketika ledakan terdengar di luar kota.

Terkait serangan itu, Putin mengatakan: “Kami telah mengambil keputusan untuk melakukan operasi militer khusus.”

Langkah itu sama dengan deklarasi perang. Dia mengklaim itu untuk "demiliterisasi dan denazifikasi" Ukraina. “Kami tidak bermaksud untuk menduduki Ukraina,” kata Putin.

Putin juga memperingatkan negara-negara lain yang mau ikut campur dalam urusan ini.

“Kepada siapa pun yang akan mempertimbangkan untuk ikut campur dari luar: jika Anda melakukannya, Anda akan menghadapi konsekuensi yang lebih besar daripada yang pernah Anda hadapi dalam sejarah. Semua keputusan yang relevan telah diambil. Saya harap Anda mendengar saya, ” katanya.

Evakuasi Ukraina

Warga yang dievakuasi naik ke kereta di stasiun kereta sebelum meninggalkan kota Makiivka (Makeyevka) yang dikontrol separatis di luar Donetsk, Ukraina, Rabu (23/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Alexander Ermochenko/hp/cfo

Latar Belakang dan Penyebab Konflik Ukraina dan Rusia

Al Jazeera melaporkan, latar belakang konflik antara Ukraina dan Rusia ini berawal dari bulan November tahun lalu. Saat itu, citra satelit menunjukkan militer Rusia menumpuk pasukan baru di perbatasan Ukraina.

Ukraina pun menuduh Rusia telah memobilisasi 100 ribu tentara bersama dengan tank dan peralatan militer lainnya. Hal itu langsung mendapat respons dari Presiden AS Joe Biden.

Ia memperingatkan tentang sanksi ekonomi apabila menyerang Ukraina. Tapi Rusia mengajukan tuntutan keamanan kepada Barat agar NATO menghentikan semua aktivitas militer di Eropa timur dan Ukraina.

Rusia juga meminta agar tidak pernah menerima Ukraina atau negara-negara bekas Uni Soviet sebagai anggota.

Akhirnya terjadi pertemuan antara pejabat AS dan Rusia di Jenewa untuk membicarakan diplomatik, tetapi tidak selesai karena Rusia tetap meminta tuntutan keamanan dan AS tidak mau menerima itu.

Pada tanggal 26 Januari 2022, NATO menempatkan pasukannya di Eropa Timur sembari menambah kapal dan jet tempur. Beberapa negara Barat pun mulai mengevakuasi staf kedutaan yang tidak penting dari Ukraina. Dan Amerika menempatkan 8.500 tentara dalam siaga.

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, tuntutan keamanan utama Rusia belum ditanggapi tetapi mereka siap untuk terus berbicara.

Sedangkan Presiden Ukraina Zelenkskyy memperingatkan Barat untuk menghindari sikap yang bisa menciptakan "kepanikan" sehingga berdampak negatif terhadap perekonomian negaranya.

Angkatan Bersenjata Rusia

Pemandangan menunjukkan kendaraan lapis baja selama latihan militer 'Allied Resolve' yang diadakan oleh angkatan bersenjata Rusia dan Belarus di tempat pelatihan Osipovichsky di wilayah Mogilev, Belarus, Kamis (17/2/2022). ANTARA FOTO/Maxim Guchek/BelTA/Handout via REUTERS/WSJ/sad.

Putin akhirnya buka suara. Dia membantah telah merencanakan invasi sambil menuduh AS mengabaikan tuntutan keamanan di negaranya. “Sudah jelas bahwa kekhawatiran mendasar Rusia akhirnya diabaikan,” katanya.

Menurut pejabat AS, Rusia sudah membangun 70 persen dari pembangunan militer yang dibutuhkan untuk meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina. Tapi Presiden Prancis Emmanuel Macron bertemu Putin dan mengatakan kepada wartawan bahwa Rusia tidak akan meningkatkan krisis Ukraina.

Di sisi lain, Kremlin membantah bahwa Macron dan Putin mencapai kesepakatan untuk mengurangi eskalasi krisis di Ukraina. Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa "dalam situasi saat ini, Moskow dan Paris tidak dapat mencapai kesepakatan apa pun".

Pentagon akhirnya memerintahkan tambahan 3.000 tentara AS untuk dikirim ke Polandia untuk meyakinkan sekutu. Sementara itu, sejumlah negara menyerukan warganya untuk meninggalkan Ukraina, dengan beberapa peringatan bahwa evakuasi militer tidak akan dijamin jika terjadi perang.

Baca juga artikel terkait PERANG RUSIA DAN UKRAINA atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Politik
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Iswara N Raditya