tirto.id - Presiden Rusia Vladimir Putin berjanji meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk melakukan penyelidikan terhadap penggunaan senjata kimia di Suriah. Sebabnya, Rusia memperkirakan bahwa provokasi seperti serangan AS yang terjadi beberapa hari lalu baru timbul terkait unsur beracun di Suriah.
"Kami [Rusia] akan secara resmi meminta struktur PBB di Den Haag serta masyarakat internasional untuk secara seksama menyelidiki insiden ini dan untuk mengambil keputusan yang berimbang berdasarkan hasil investigasi," kata Putin dalam acara jumpa pers bersama dengan Presiden Italia Sergio Mattarella.
Berdasarkan laporan, serangan gas beracun pada 4 April di provinsi Suriah yang dikuasai pemberontak di barat laut, Idlib, menewaskan sedikitnya 70 warga sipil dan melukai sejumlah lainnya.
Beberapa negara kuat Barat, termasuk Amerika Serikat, bahkan menyalahkan pemerintahan Bashar al-Assad atas serangan tersebut.
Menanggapi tudingan itu, Pemerintah Suriah membantah memiliki senjata kimia. Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh kelompok pemberontak Suriah memproduksi bahan-bahan beracun di sebuah gudang, yang meledak ketika pesawat-pesawat tempur Suriah melancarkan serangan dan ledakan itu menyebabkan pencemaran.
Amerika Serikat kemudian pada Kamis (6/4/2017) lalu meluncurkan 59 peluru kendali ke arah sebuah pangkalan udara Suriah, yang dicurigai menjadi tempat asal pesawat-pesawat pembawa senjata kimia diterbangkan.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dalam pernyataan yang dikeluarkan pada Selasa (11/4/2017) bahwa sembilan warga sipil, termasuk empat anak, tewas dan 10 lainnya mengalami luka dalam serangan itu.
Putin menuturkan, Moskow mendapat kabar dari sumber-sumber berbeda bahwa "provokasi" seperti itu sedang dipersiapkan di wilayah-wilayah lainnya di Suriah, termasuk di daerah pinggiran selatan itu kota negara Suriah, Damaskus. Seperti dilansir dari Antara, daerah tersebut dicurigai akan diserang dengan "sejumlah benda" dan pihak berwenang Suriah akan dituding sebagai pelakunya.
Putin mengatakan perkembangan tersebut mengingatkan dirinya akan peristiwa tahun 2003. Saat itu, perwakilan Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB menunjukkan unsur beracun yang diduga ditemukan di Irak untuk membenarkan invasi ke negara itu.
"Setelah serangan militer mulai dilakukan di Irak, yang berakhir dengan kehancuran negara itu, (ada) peningkatan ancaman teroris dan pemunculan IS di kancah internasional," kata Putin.
Sementara itu, Mattarella saat jumpa pers menyatakan harapan bahwa Moskow dan kekuatan-kekuatan dunia lainnya bisa menggunakan pengaruh mereka untuk menghindarkan berulangnya serangan gas di Suriah.
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari