tirto.id - "Bawang Merah dan Bawang Putih" merupakan dongeng terkenal Indonesia yang berasal dari Provinsi Riau. Cerita "Bawang Merah dan Bawang Putih" mengisahkan dua perempuan kakak beradik yang memiliki sifat dan perilaku bertolak belakang.
Dongeng "Bawang Merah Bawang Putih" yang tidak terikat latar waktu dan tempat tergolong sebagai cerita rakyat.
Cerita rakyat merupakan cerita yang berasal dari masa lampau, yang diturunkan secara lisan, dan menjadi ciri khas setiap bangsa dengan budaya yang dimiliki masing-masing bangsa.
Di sisi lain, Lantowa (2021) dalam Jurnal Jentera: Jurnal Kajian Sastra Vol. 11, No. 1 (2022) menyebutkan bahwa cerita rakyat merupakan salah satu bagian dari sastra lisan yang terdapat di berbagai daerah.
Cerita rakyat mengandung nilai-nilai luhur dari suatu daerah yang ingin disampaikan pada generasi berikutnya.
Berkaitan dengan hal tersebut, cerita "Bawang Merah dan Bawang Putih" yang bisa dijadikan sebagai pengantar tidur mengandung sejumlah nilai moral untuk dapat dipelajari oleh generasi sekarang.
Untuk mengetahuinya lebih lanjut, simak rangkuman cerita "Bawang Merah Bawang Putih" berikut.
Tokoh Utama Cerita Bawang Merah Bawang Putih
Tokoh utama dalam cerita "Bawang Merah dan Bawang Putih" terdiri dari Bawang Putih, Bawang Merah, ibu tiri, dan nenek tua. Keempat tokoh cerita ini memengaruhi alur cerita "Bawang Merah dan Bawang Putih" serta pesan moral yang terkandung di dalamnya.
1. Bawang Putih
Bawang Putih adalah karakter utama yang digambarkan sebagai sosok yang rendah hati, tekun, rajin, jujur, dan baik hati. Meskipun sering diperlakukan tidak adil oleh ibu tiri dan saudari tirinya, Bawang Putih tetap setia dan tidak pernah mengeluh. Ketulusan hatinya terlihat saat dia mencari kain yang hilang dengan sungguh-sungguh.
2. Bawang Merah
Saudari Bawang Putih yang memiliki sifat bertolak belakang dengan Bawang Putih. Bawang Merah bersifat sombong, malas, suka berfoya-foya, tamak, dan cemburu pada Bawang Putih. Karakternya mencerminkan sifat buruk yang menjadi semakin buruk karena perlakuan istimewa dari ibu tiri.
3. Ibu tiri
Ibu tiri merupakan tokoh yang tidak adil dan membedakan perlakuan antara kedua saudara tiri. Dia selalu memanjakan Bawang Merah sementara membebankan semua pekerjaan rumah kepada Bawang Putih. Perlakuan tidak adilnya membuat dinamika konflik dalam cerita.
4. Nenek tua
Nenek tua merupakan karakter penting yang muncul dalam petualangan Bawang Putih. Nenek tua ini memberikan pelajaran moral kepada Bawang Putih dan Bawang Merah melalui hadiah-hadiahnya.
Ringkasan Cerita Bawang Merah dan Bawang Putih
Alur cerita "Bawang Merah dan Bawang Putih" dimulai dengan mengisahkan kehidupan seorang janda yang memiliki dua putri cantik bernama Bawang Merah dan Bawang Putih.
Diceritakan bahwa ibu kandung Bawang Putih telah lama meninggal dunia. Setelah si ayah menikah lagi, tak lama kemudian ayahnya juga menyusul ibu kandungnya meninggalkan dunia untuk selama-lamanya.
Dengan demikian, Bawang Putih harus tinggal bersama saudara tirinya Bawang Merah dan ibu tirinya. Bawang Putih dan Bawang Merah digambarkan sebagai pribadi yang memiliki sifat sangat bertolak belakang.
Bawang Putih digambarkan memiliki sifat rendah hati, tekun, rajin, jujur dan baik hati. Sebaliknya Bawang merah adalah pribadi yang sombong, malas, suka berfoya-foya, tamak, dan iri hati. Sementara itu, si ibu selalu memanjakan Bawang Merah dan membebankan semua pekerjaan rumah pada Bawang Putih.
Tak ada pilihan lain, Bawang Putih pun harus dengan sabar melaksanakan semua tugasnya tanpa mengeluh. Hingga suatu hari, saat mencuci pakaian ibu tiri dan saudara tirinya, Bawang Putih kehilangan sehelai kain karena terseret oleh arus sungai.
Khawatir akan kemarahan ibu tirinya, Bawang Putih mencari kain tersebut hingga bertemu dengan seorang nenek tua di gua yang mengetahui keberadaan kain yang hanyut. Nenek tua itu pun setuju untuk membantu Bawang Putih asalkan Bawang Putih membantu membersihkan gua tempatnya berteduh.
Tanpa berpikir panjang, Bawang Putih yang sudah biasa bekerja langsung menuruti syarat yang diajukan si nenek tua. Setelah Bawang Putih menyelesaikan tugasnya, nenek itu pun menepati janjinya dan mengambilkan kain yang dicari Bawang Putih.
Sebelum pulang si nenek tua memberikan dua labu berukuran besar dan kecil sebagai hadiah untuk Bawang Putih. Bawang Putih kemudian hanya memilih labu yang berukuran kecil untuk dibawanya pulang.
Saat tiba di rumah, Bawang Putih kena marah oleh ibu tiri dan saudara tirinya karena terlambat sampai rumah. Mereka tak peduli dengan penjelasan Bawang Putih yang berusaha menemukan kain ibunya yang hanyut.
Saat marah, ibu tirinya merebut labu kecil dari tangan Bawang Putih lalu memecahkannya. Saat labu itu pecah, ternyata di dalamnya terdapat perhiasan emas dan berlian. Lagi-lagi mereka memarahi Bawang Putih setelah diceritakan bahwa dirinya memilih labu yang kecil alih-alih yang berukuran besar.
Bawang Merah yang bersifat tamak lantas menyusul jejak Bawang Putih. Persis seperti yang dialami Bawang Putih, Bawang Merah menghanyutkan salah satu pakaian di sungai dan bertemu dengan nenek tua yang membantu menemukan pakaiannya.
Namun, Bawang Merah menolak mentah-mentah persyaratan dari si nenek untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya.
Tak ingin berlama-lama Bawang Merah langsung mencoba mendapatkan labu besar dari si nenek. Begitu sampai di rumah, Bawang Merah dan ibunya dibuat terkejut dengan isi labu yang berbeda jauh dengan milik Bawang Putih.
Moral yang Bisa Dipetik dari Cerita Bawang Merah Bawang Putih
Amanat dari cerita "Bawang Merah dan Bawang Putih" berkaitan erat dengan karakter-karakter yang terdapat dalam cerita. Dikutip dari Jurnal Referen Vol. 1, No. 1 (2022), berikut ini amanat cerita "Bawang Merah dan Bawang Putih" yang mengajarkan nilai-nilai moral kepada pembacanya.
Kebaikan dan kesabaran
Cerita "Bawang Merah dan Bawang Putih" menekankan pentingnya memiliki sifat baik, kesabaran, dan ketulusan hati, seperti yang tercermin dari karakter Bawang Putih. Meskipun diperlakukan tidak adil, dia tetap setia dan tidak pernah mengeluh.
Ketidakadilan dan kesetaraan
Cerita menggambarkan ketidakadilan dalam perlakuan antara Bawang Putih dan Bawang Merah. Hal tersebut mencerminkan pentingnya perlakuan yang adil dan kesetaraan dalam hubungan keluarga.
Dampak dari sikap tamak dan iri hati
Hal ini terlihat melalui karakter Bawang Merah dan ibunya atas konsekuensi sifat tamak dan iri hati mereka. Pilihan untuk menjadi tamak atau berfoya-foya dan dipenuhi iri hati dapat berujung pada kesialan.
Saling memaafkan
Nilai moral ini terlihat ketika Bawang Putih memaafkan Ibu tiri dan Bawang Merah meskipun mereka telah berlaku tidak adil. Cerita ini menunjukkan pentingnya pengampunan dan kemampuan untuk menerima kesalahan orang lain.
Penulis: Umi Zuhriyah
Editor: Dhita Koesno