Menuju konten utama

Revisi Larangan Imigrasi Tak Mampu Dongkrak Pariwisata AS

Perintah eksekutif menyangkut larangan perjalanan ke AS telah diperbarui Presiden Donald Trump. Meski begitu, tetap saja hal itu diperkirakan tidak akan mendongkrak potensi pendapatan sektor pariwisata AS.

Revisi Larangan Imigrasi Tak Mampu Dongkrak Pariwisata AS
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Ibu Negara Melania Trump turun dari Air Force One untuk menghadiri reli "Make America Great Again" di Bandara Internasional Orlando-Melbourne di Melbourne, Florida, Amerika Serikat, Sabtu (18/2). ANTARA FOTO/REUTERS/Kevin Lamarque.

tirto.id - Pada Senin (6/3/2017) lalu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump telah menandatangani revisi larangan perjalanan bagi warga negara berpenduduk mayoritas Muslim. Hasilnya, hanya warga Irak dan penduduk tetap di Amerika Serikat yang dibebaskan dari larangan.

Namun, menurut Badan Pariwisata Dunia PBB, langkah Donald Trump memperbarui larangan tersebut tidak akan mengurangi dampak terhadap sektor pariwisata yang diperkirakan akan kehilangan banyak wisatawan.

"Orang-orang tidak akan mau datang ke tempat yang tidak membuat mereka nyaman," kata kepala Badan Pariwisata Dunia PBB Taleb Rifai, Selasa (7/3/2017) waktu setempat, sebelum pembukaan pameran perdagangan pariwisata terbesar di dunia, ITB Berlin, yang dimulai Rabu (8/3/2017).

Trump pada Senin menandatangani sebuah perintah eksekutif yang telah diperbarui menyangkut keimigrasian setelah perintahnya yang lalu diblok oleh pengadilan.

Berdasarkan perintah, para warga dari enam negara berpenduduk mayoritas Muslim dilarang masuk ke Amerika Serikat. Namun, perintah yang diperbarui itu mengeluarkan Irak dari daftar sebelumnya.

"Ini bukan masalah negara-negara mana yang termasuk [dalam daftar], ini lebih kepada soal perilaku," kata Rifai sebagaimana dikutip dari Antara.

Pekan lalu, Rifai mengatakan, Amerika Serikat telah kehilangan potensi pendapatan sebesar 185 juta dolar Amerika Serikat (sekitar Rp2,4 triliun) setiap bulan setelah larangan pertama diterapkan.

"AS juga akan kehilangan puluhan juta dolar lagi setiap bulan jika kebijakan serupa terus diterapkan," paparnya.

Menurut data bulan ini dari perusahaan analisa pariwisata, ForwardKeys, kekuatan minat kunjungan ke Amerika Serikat dalam beberapa bulan mendatang sudah melemah.

Namun, penurunan minat berkunjung ke AS diperkirakan tidak akan berdampak pada minat kunjungan wisata secara umum.

Jumlah wisatawan asing diperkirakan akan tumbuh tiga atau empat persen tahun ini dibandingkan tahun lalu, yang saat itu berjumlah 1,24 miliar orang, kata Rifai.

"Dunia telah membuka diri sedemikian hebatnya. Sekarang begitu banyak pilihan. Kalau kita ingin bermain judi, kita tidak harus pergi ke Las Vegas, sebagai pengganti kita bisa pergi ke Makau," ujarnya.

Lembaga pengamat pasar Euromonitor telah memangkas perkiraan jumlah wisatawan yang datang di AS hingga tahun 2020 menjadi 84,2 juta dari 85,2 juta di tengah ketidakpastian soal larangan masuk ke Amerika Serikat.

Baca juga artikel terkait KEBIJAKAN DONALD TRUMP atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari