tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, menyampaikan langkah Bank Indonesia (BI) untuk tetap menahan suku bunga acuan atau BI 7-day Reverse Repo Rate pada angka 6,00 persen sudah terpat.
Sebab, hal tersebut sudah diperkirakan sejak bulan November ketika BI menaikkan suku bunga dari 5,75 ke 6,00 persen. Meskipun, kata dia, Bank sentral Amerika The Fed Reverse, telah menaikkan suku bunga Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis poin (bps).
"Saya kira tidak perlu. Karena kenaikan bunga The Fed itu sudah diperkirakan oleh market. Kalau kata orang market ini sudah di-price-in," ucap Darmin di kantornya, Jumat (22/12/2018).
Ia juga tak khawatir dengan tekanan terhadap rupiah yang disebabkan kenaikan suku bunga The Fed. Defisit transaksi berjalan Indonesia di penghujung tahun ini juga bisa diimbangi dengan transaksi modal dan keuangan yang tercatat mengalami surplus.
"Ekonomi kita sektor riilnya baik, kemudian transaksi modal juga relatif baik," ujar mantan gubernur Bank Indonesia tersebut.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Desember 2018 memutuskan suku bunga acuan pada angka 6,00 persen. Suku bunga Deposit Facility juga masih ditahan pada pada angka 5,25 persen dan Lending Facility 6,75 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo menyampaikan, Keputusan untuk menahan suku bunga acuan itu menurutnya diperhitungkan sejak awal, termasuk prediksi soal kenaikan Fed Fund Rate.
"Pada November waktu menaikkan suku bunga, kami sudah memperhitungkan kenaikan bunga di bulan ini dan bunga tahun depan. Artinya kenaikan Fed Fund rate di Desember sudah diperhitungkan di November, bahkan juga beberapa bulan ke depan," katanya di kompleks BI, Kamis (20/12/2018).
Penulis: Hendra Friana
Editor: Dipna Videlia Putsanra