tirto.id - Di depan gedung DPR, dibatasi pagar, Selasa siang kemarin, amarah memuncak. Di barisan depan demonstran—ribuan mahasiswa dan warga sipil—melempar botol plastik kosong. Di seberang mereka adalah barisan polisi. Saat situasi memanas, orator demo mewanti-wanti agar massa tidak rusuh.
Dari atas mobil komando si orator mengatakan Ketua DPR Bambang Soesatyo akan menemui mereka pada pukul empat sore. Amuk massa agak mereda.
Namun, sampai pukul empat sore, Bamsoet tak kunjung datang di depan gedung DPR/MPR. Si orator mengambil sikap. Ia meminta massa perempuan mundur. Itu adalah tanda massa siap bertempur.
Aba-aba itu dibarengi sorakan massa makin nyaring. Mereka mulai melempar botol dan batu ke arah gerbang utama DPR. Pagar di tembok sekitar gerbang utama digoyang-goyang.
Di balik pagar, polisi bersiap diri. Helm dan rompi sudah dipakai. Sameng sudah di tangan. Meriam airsudah menghadap ke massa yang melempari polisi dengan batu.
Sejurus kemudian, meriam air menyemproti mahasiswa, yang mencoba memanjat gerbang utama. Tembakan gas air mata dilepaskan oleh polisi. Tapi, sebelum massa bubar karena gas air mata, massa sudah berhasil merobohkan pagar. Polisi buru-buru mendekat ke pagar agar tak ada massa yang masuk ke areal halaman gedung DPR.
Saat itu, massa sudah bergerak ke sisi lain. Mereka menggoyang pagar sebelahnya hingga roboh. Polisi membalas dengan gas air mata. Sialnya, arah angin membuat gas air mata itu tertiup balik ke arah polisi.
Massa yang terus kembali meski diberondong gas air mata membuat polisi kelabakan mengamankan sekitar gedung DPR.
Kapolres Jakarta Pusat Kombes Harry Kurniawan memutuskan membuka satu dari dua gerbang utama dan mengeluarkan pasukan dari sana. Di belakang barisan polisi, terlihat marinir TNI mengenakan atribut lengkap.
Konsentrasi Demonstran Terpecah
Serangan polisi membuat konsentrasi massa terpecah di tiga lokasi: jembatan menuju Slipi, jalan tol dan seberang gedung DPR, serta jalan ke arah Semanggi. Dari depan gedung DPR, terlihat sejumlah titik api yang dibuat massa.
Salah satu yang terparah adalah di jalan tol. Asap hitam pekat dari ban yang dibakar membumbung sampai ke jembatan penyeberangan. Bau asap ban bercampur sisa gas air mata menusuk hidung.
Massa dari arah Slipi terlihat bertahan meski berhadapan dengan polisi. Sebagian besar adalah mahasiswa Universitas Trisakti dan Universitas Negeri Jakarta.
Namun, saat beranjak pergi, kericuhan pecah. Massa melempari polisi, yang bergerak ke arah mereka, dengan batu. Massa bertambah dari arah stasiun Palmerah. Pos polisi di dekat jembatan layang Slipi dibakar.
Sementara massa di seberang DPR dan jalan tol masih bertarung dengan polisi. Polisi menembakkan gas air mata. Dibalas lemparan batu. Begitu terus sampai polisi marengsek dan membuat massa kabur. Sebagian ke arah Pejompongan, selebihnya ke arah Semanggi. Namun, sebelum pecah, massa sudah membakar gerbang tol Pejompongan.
Di sisi selatan, arah Semanggi, massa membakar ban di jalan. Mencoba menghentikan laju barakuda polisi. Adu mulut. Lemparan batu dan molotov. Tembakan gas air mata.
Massa buyar setelah polisi bertubi-tubi melepaskan tembakan gas air mata. Sebagian ke arah jalan Gerbang Pemuda, sebagian lagi ke arah Pejompongan, lainnya ke arah Semanggi.
DPR RI akan mengadakan sidang paripurna hari ini, Selasa (24/9/2019). Ada enam agenda pembicaraan tingkat II atau pengambilan keputusan terhadap RUU, salah satunya adalah RUU Pemasyarakatan.
— tirto.id (@TirtoID) September 24, 2019
Hari ini. https://t.co/0DRfipT6Uq