Menkeu Sri Mulyani menuturkan defisit RAPBN 2024 lebih rendah dari APBN 2023 yaitu 2,84 persen maupun outlook yang diperkirakan 2,30 persen untuk tahun ini.
Belanja negara dalam APBN hanya terealisasi Rp2.589,9 triliun atau hanya 94,6 persen dari target Perpres 72/2020 senilai Rp2.739,2 triliun selama 2020.
Defisit melebar karena APBN 2020 disiapkan untuk menghadapi COVID-19 hingga Rp2.739,2 triliun sementara pendapatan negara turun jadi Rp1.699,9 triliun.
Sri Mulyani memaparkan realisasi pembiayaan utang sampai semester I 2020 sudah menyentuh Rp421,5 triliun. Nilai ini merupakan yang tertinggi selama 5 tahun terakhir.
Sesuai revisi kedua Perpes 72/2020, kebutuhan pembiayaan utang pemerintah mengalami kenaikan menjadi Rp1.220 triliun dari posisi Perpres 54/2020 yang berada di kisaran Rp1.006 triliun.