tirto.id - Menteri Keuangan Sri Mulyani menyatakan defisit APBN per September 2020 sudah menyentuh Rp682,1 triliun. Angka itu setara 65,6 persen dari batas maksimum defisit Rp1.039,2 triliun sesuai Perpres 72/2020.
Secara year on year (yoy) defisit sudah mengalami kenaikan 170,2 persen dari periode yang sama tahun 2019. Pada 2019, realisasi defisit per September hanya mencapai Rp252,41 triliun.
Menggunakan rasio PDB, defisit anggaran per September 2020 menyentuh angka 4,16 persen PDB. Dalam Perpres 72/2020, rasio defisit terhadap PDB ditetapkan sebesar 6,34 persen PDB.
“Defisit keseluruhan Rp682,1 triliun. Sesuai Perpres 72 dari tren kita,” ucap Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN KITA, Senin (19/10/2020).
Sri Mulyani mengatakan defisit per September 2020 ini disebabkan karena pendapatan negara hanya mencapai Rp1.159 triliun dari target Rp1.699,9 triliun. Turun 13,7 persen dari September 2019 yang mencapai Rp1.342,25 triliun.
Belanja negara justru naik signifikan 15,5 persen dari tahun 2019. Realisasinya sudah mencapai Rp1.041,1 triliun atau 67,2 persen dari target Rp2.739,2 triliun.
Meski demikian, Sri Mulyani menjelaskan defisit ini masih relatif lebih baik dari berbagai negara. AS misalnya mencatat defisit 18,7 persen PDB, Jepang 14,2 persen, Inggris 16,5 persen, Tiongkok 11,9 persen, India, 13,1 persen. Malaysia 6,5 persen dan Filipina 8,1 persen.
Satu negara tetangga Indonesia tercatat masih mampu menjaga defisit di angka yang lebih kecil. Misalnya Thailand yang hanya mengalami defisit 5,2 persen PDB.
“Tadi defisit 4,16 persen. Defisit berbagai negara mencapai belasan dan 20-an persen,” ucap Sri Mulyani.
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti