9 Juli 1946, ketika berada di desa Marga, Tabanan, Rai memerintahkan pasukannya merebut senjata polisi NICA di Tabanan.
Penyerangan terjadi pada 18 November 1946. Serangan itu membuat jengkel tentara Belanda. Ditambah lagi, Wagimin, yang menjadi kepala polisi NICA di Tabanan, ikut bergabung dengan pasukan Rai. Militer Belanda pun mengurung desa Marga pada 20 November 1946.
Sengitnya perlawanan membuat militer Belanda mengerahkan pesawat tempur dari Makassar. Pasukan Rai tidak mundur. Dia memilih bertempur sampai titik darah penghabisan. Dalam bahasa Bali, pertempuran macam itu disebut "puputan".
Baca cerita selengkapnya di Atasan dan Bawahan yang Saling Berhadapan dalam Puputan Margarana
Penyerangan terjadi pada 18 November 1946. Serangan itu membuat jengkel tentara Belanda. Ditambah lagi, Wagimin, yang menjadi kepala polisi NICA di Tabanan, ikut bergabung dengan pasukan Rai. Militer Belanda pun mengurung desa Marga pada 20 November 1946.
Sengitnya perlawanan membuat militer Belanda mengerahkan pesawat tempur dari Makassar. Pasukan Rai tidak mundur. Dia memilih bertempur sampai titik darah penghabisan. Dalam bahasa Bali, pertempuran macam itu disebut "puputan".
Baca cerita selengkapnya di Atasan dan Bawahan yang Saling Berhadapan dalam Puputan Margarana