Menuju konten utama

Puasa Muharram Berapa Hari: Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2022

Tanggal 1 Muharram 1442 Hijriah akan jatuh pada 20 Agustus 2020. Pada bulan Muharram sejumlah puasa sunah bisa dikerjakan.

Puasa Muharram Berapa Hari: Jadwal Puasa Tasua dan Asyura 2022
Ilustrasi ibadah. foto/istockphoto

tirto.id - Puasa sunah di bulan Muharam amat dianjurkan pengerjaannya, namun begitu sebenarnya puasa muharram berapa hari?

Hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nasai memuat penjelasan bahwa Rasulullah melaksanakan puasa di bulan Muharram setelah bulan Ramadan. Dalam Hadis itu, Nabi Muhammad SAW bersabda:

"Sesungguhnya Muharram adalah bulannya Allah yang di dalamnya tepat menjadi hari bertaubat umat Islam atas dosa-dosa yang terdahulu."

Apalagi, derajat kemuliaan puasa pada bulan Muharam berada setingkat di bawah puasa Ramadan. Hal ini seperti disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA:

"Seseorang datang menemui Rasulullah SAW, ia bertanya, ‘Setelah Ramadan, puasa di bulan apa yang lebih afdal?' Nabi menjawab, ‘Puasa di Bulan Allah, yaitu bulan yang kalian sebut dengan Muharam," (H.R. Ibnu Majah).

Anjuran di atas menunjukkan kesunahan untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharam karena nilai pahalanya yang tinggi.

Dikutip dari artikel "Tiga Macam Puasa Muharram" di NU Online, sejumlah puasa sunah yang bisa dikerjakan pada bulan Muharram, ialah puasa Senin dan Kamis, puasa Ayyamul Bidh (tanggal 13, 14, dan 15 bulan hijriah), puasa Tasu'a, puasa Asyura, dan puasa sehari setelahnya (tanggal 11 Muharram).

Jadwal Puasa Muharram 2022

Tahun Baru Islam, 1 Muharam jatuh pada 30 Juli 2022 (menurut pemerintah). Dalam bahasa Arab, "tasua" artinya sembilan (angka 9). Maksudnya, puasa Tasua adalah puasa yang dilakukan pada 9 Muharam dalam penanggalan hijriah.

Maka dari itu, puasa Tasua jatuh pada tanggal 7 Agustus 2022.

Kapan jadwal puasa Asyura, yang termasuk puasa sunnah di bulan Muharram? Pada bulan Muharram, umat Islam disunnahkan untuk berpuasa ketika hari-hari tertentu. Salah satunya adalah puasa Asyura pada setiap tanggal 10 bulan Muharram.

Tahun baru Islam 2022 atau tanggal 1 Muharram 1444 H akan jatuh pada tanggal 30 Juli 2022 (menurut pemerintah). Sementara, puasa Asyura jatuh pada 10 Muharam setiap tahunnya. Sehingga pada 2022 ini, puasa Asyura jatuh pada tanggal 8 Agustus 2022.

Bacaan Niat Puasa Tasua

Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, puasa pada bulan Muharram sangat dianjurkan. Salah satu puasa sunah yang bisa dikerjakan pada bulan Muharram adalah puasa Tasu'a.

Kesunahan puasa Tasu'a ini tergambar dalam hadis yang diriwayatkan dari Abdullah bin Abbas RA berikut ini:

"Ketika Rasulullah saw berpuasa pada hari Asyura dan menyuruh para sahabat juga berpuasa, maka mereka berkata: Wahai Rasulullah, hari Asyura itu adalah hari yang diagungkan oleh orang-orang Yahudi dan Nasrani. Maka Rasulullah saw bersabda: 'Kalau demikian, Insya Allah tahun depan kita berpuasa [juga] pada hari yang kesembilan'. Ibnu Abbas melanjutkan ceritanya: Tetapi sebelum datang tahun depan yang dimaksud, Rasulullah SAW telah wafat," (H.R. Muslim dan Abu Daud).

Sementara bacaan niat untuk pengerjaan puasa Tasu'a adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: "Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnatit Tasu‘a lillahi ta‘ala."

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Tasu‘a esok hari karena Allah SWT.”

Bacaan Niat Puasa Asyura

Selain puasa Tasua, umat Islam juga disunahkan untuk melaksanakan puasa Asyura pada tanggal 10 Muharram. Puasa Asyura sendiri disyariatkan sebelum kewajiban puasa Ramadan, sebagaimana tergambar dalam hadis yang diriwayatkan Aisyah RA:

"Bahwasanya orang-orang Quraisy pada zaman Jahiliah melakukan puasa Asyura, kemudian Rasulullah SAW memerintahkan agar melakukan puasa Asyura tersebut sampai diwajibkan puasa Ramadan, dan Rasulullah SAW mengatakan: 'Barang siapa yang ingin melakukan puasa Asyura silahkan, dan barang siapa yang tidak ingin melakukannya silahkan berbuka'," (H.R. Bukhari dan Muslim).

Selain hadis di atas, masih ada sejumlah hadis lain yang menunjukkan keutamaan puasa Asyura. Salah satunya adalah hadis di dalam shahih Bukhari dari Ibnu Abbas RA, sebagai berikut:

"Nabi Muhammad SAW datang ke kota Madinah. Beliau kemudian melihat orang Yahudi puasa pada hari Asyura. Lalu Rasulullah bertanya ‘Ada kegiatan apa ini?’ Para sahabat menjawab ‘Hari ini adalah hari baik yaitu hari di mana Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka kemudian Nabi Musa melakukan puasa atas tersebut.’ Rasulullah lalu mengatakan ‘Saya lebih berhak dengan Musa daripada kalian’. Nabi kemudian berpuasa untuk Asyura tersebut dan menyuruh pada sahabat menjalankannya," (HR Bukhari: 2004).

Adapun bacaan niat puasa Asyura adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ ِعَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: "Nawaitu shauma ghadin ‘an ada’i sunnati asyûra lillahi ta‘ala.

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Asyura esok hari karena Allah SWT.”

Sebagaimana niat untuk puasa sunah lainnya, niat puasa Tasu'a dan Asyura, juga bisa diucapkan ketika fajar sudah terbit, sepanjang belum melakukan semua hal yang bisa membatalkan ibadah puasa.

Jika niat puasa Tasua dan Asyura diucapkan usai terbitnya fajar, bacaannya adalah sebagai berikut:

نَوَيْتُ صَوْمَ هَذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ التَا سُوعَاء أو عَا شُورَاء لِلهِ تَعَالَى

Bacaan latinnya: "Nawaitu shauma hadzal yaumi ‘an ada’i sunnatit Tasu‘a aw asyura lillahi ta‘ala."

Artinya: “Aku berniat puasa sunah Tasu’a atau Asyura hari ini karena Allah SWT.”

Ayat tentang Bulan Muharram dalam Al Quran

Muharram sekaligus dianggap sebagai salah satu bulan mulia. Dalam Q.S. At-Taubah ayat 36, Allah SWT berfirman:

إِنَّ عِدَّةَ ٱلشُّهُورِ عِندَ ٱللَّهِ ٱثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِى كِتَٰبِ ٱللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضَ مِنْهَآ أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۚ ذَٰلِكَ ٱلدِّينُ ٱلْقَيِّمُ ۚ فَلَا تَظْلِمُوا۟ فِيهِنَّ أَنفُسَكُمْ ۚ وَقَٰتِلُوا۟ ٱلْمُشْرِكِينَ كَآفَّةً كَمَا يُقَٰتِلُونَكُمْ كَآفَّةً ۚ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ مَعَ ٱلْمُتَّقِينَ

Artinya:"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa."

Berdasarkan ayat di atas, bisa diambil makna bahwa dalam satu tahun, Allah SWT membagi bulan menjadi 12 bilangan. Di antara 12 bulan tersebut, ada 4 yang disebut sebagai bulan haram.

Para ahli tafsir berpendapat, empat bulan haram tersebut ialah Muharram, Zulkaidah, Zulhijah dan Rajab, demikian dilansir NU Online. Keterangan mengenai nama empat bulan haram itu terdapat di sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA:

"Sesungguhnya zaman itu berputar sebagaimana bentuknya semula di waktu Allah menciptakan langit dan bumi. Setahun itu ada dua belas bulan, di antaranya terdapat empat bulan yang dihormati, tiga bulan berturut-turut: Dzulqa'dah, Dzulhijjah dan Muharram, serta satu bulan yang terpisah yaitu Rajab Mudhar, yang terdapat di antara bulan Jumada Akhirah dan Sya'ban," (HR Bukhari dan Muslim).

Mengenai maksud surah At-Taubah ayat 36, Fuad H dalam "Muharram bagian dari Al-Asyhurul Hurum" yang dikutip dari NU Online menuturkan bahwa 4 bulan yang disebutkan sebagai bulan haram adalah termasuk sebagai Al-Asyhurul Hurum, yakni bulan-bulan yang dimuliakan.

Oleh sebab itu, dijelaskan bahwa Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab merupakan bulan yang dipenuhi dengan kemuliaan oleh Allah SWT. Umat Islam dilarang melakukan perang pada 4 bulan tersebut, demi menghormatinya. Larangan ini disebutkan dalam Q.S. al-Baqarah ayat 217:

"Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidilharam, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barang siapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."

Kerwanto dalam artikel "Falsafah Bulan Muharram: Tafsir Q.S. At-Taubah Ayat 36" menulis, bahwa larangan berperang pada "bulan haram" bisa dimaknai sebagai ajang melakukan perdamaian. Oleh karena itu, salah satu prinsip yang dibisa diambil selama bulan Muharram adalah saling berdamai satu sama lain.

Sejumlah ahli tafsir bahkan menyebut, amalan-amalan ibadah yang dilakukan selama empat bulan haram itu bakal dilipatgandakan pahalanya. Demikian pula balasan untuk perbuatan buruk pada 4 bulan ini, akan lebih besar. Hal ini seperti dijelaskan Ibnu Katsir dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir:

"Allah SWT mengkhususkan empat bulan haram dari 12 bulan yang ada, bahkan menjadikannya mulia dan istimewa, juga melipatgandakan perbuatan dosa disamping melipatgandakan perbuatan baik."

Baca juga artikel terkait MUHARRAM atau tulisan lainnya dari Abdul Hadi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Abdul Hadi
Penulis: Abdul Hadi
Editor: Addi M Idhom
Penyelaras: Yulaika Ramadhani