Menuju konten utama

Proyeksi Pertumbuhan Global Dipangkas Jadi 2,4 Persen

Proyeksi pertumbuhan ekonomi global dipangkas 0,5 persen menjadi 2,4 persen karena lesunya ekonomi dunia. Ekonomi negara berkembang diperkirakan tumbuh 3,5 persen atau turun 0,6 persen dari proyeksi Januari. Sedangkan, negara-negara maju diperkirakan tumbuh 1,7 persen atau turun 0,5 persen. 

Proyeksi Pertumbuhan Global Dipangkas Jadi 2,4 Persen
Kaushik Basu. Foto/Youtube.

tirto.id - Bank Dunia memangkas proyeksi pertumbuhan global pada 2016 menjadi 2,4 persen atau 0,5 persen lebih rendah dari proyeksi Bank Dunia pada Januari lalu yakni sebesar 2,9 persen, akibat ekonomi dunia yang sedang menghadapi benturan kuat.

Dalam Laporan Prospek Ekonomi Global yang dirilis Selasa (7/6/2016), lembaga yang berbasis di Washington itu memperkirakan ekonomi dunia akan tumbuh 2,4 persen pada 2016.

"Meskipun krisis keuangan global saat ini tujuh tahun di belakang kami, perekonomian dunia masih berjuang untuk mendapatkan kembali momentum," kata Kepala Ekonom di Bank Dunia Kaushik Basu.

Menurut Basu, pertumbuhan ekonomi masih lesu di negara-negara maju, sementara ada perbedaan kinerja yang cukup besar di seluruh negara-negara yang pasarnya sedang tumbuh dan negara-negara berkembang, serta pertumbuhan yang secara keseluruhan masih di bawah potensi.

Menurut laporan Prospek Ekonomi Global tersebut, ekonomi negara-negara berkembang diperkirakan tumbuh sebesar 3,5 persen pada 2016 atau 0,6 persentase poin lebih rendah dibandingkan proyeksi Januari. Sedangkan, negara-negara maju diperkirakan tumbuh 1,7 persen atau 0,5 persentase poin lebih rendah dari perkiraannya pada Januari.

Dalam lingkungan pertumbuhan yang lemah, ekonomi global semakin menghadapi berbagai risiko penurunan, termasuk pelambatan di negara-negara ekonomi utama, perubahan tajam dalam sentimen pasar keuangan, stagnasi di negara-negara maju, periode harga komoditas rendah yang lebih lama dari perkiraan, serta pengetatan kebijakan dan ketidakpastian geopolitik, menurut laporan itu.

Dengan latar belakang pertumbuhan yang lemah dan ruang kebijakan terbatas, para pembuat kebijakan di negara-negara ekonomi utama dan berkembang harus memberlakukan reformasi premium seperti investasi di bidang infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan keterampilan sumber daya manusia lainnya, meningkatkan diversifikasi ekonomi serta meliberalisasi perdagangan.

Adapun untuk negara-negara maju, Bank Dunia menyarankan agar mempertahankan kebijakan moneter akomodatif sampai pengenduran ekonomi telah diserap, serta inflasi bergerak kembali sesuai dengan tujuan kebijakan.

Negara-negara maju bisa mengambil kebijakan untuk mendukung investasi infrastruktur, dan menerapkan pajak pendorong pertumbuhan, serta reformasi pasar tenaga kerja dalam upaya meningkatkan pendapatan, serta memperbaiki ruang kebijakan fiskal dan moneter, demikian menurut laporan Bank Dunia.

Baca juga artikel terkait EKONOMI

tirto.id - Ekonomi
Sumber: Antara
Penulis: Yantina Debora
Editor: Antara