tirto.id -
Program Adipura yang sejatinya bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar memiliki budaya bersih dinilai belum maksimal. Pasalnya, program tersebut masih sebatas untuk meraih penghargaan ketimbang tujuan utamanya. Hal itu ditegaskan akademisi Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Mukhtar Effendi MS, di Kalsel, Kamis (24/3/2016).
“Sepuluh tahun lebih pelaksanaan program Adipura, tampaknya baru sebatas untuk meraih anugerah Adipura,” ujarnya.
Menurut Mukhtar, saat ini program Adipura belum mencapai tujuan maksimal. Padahal, lanjut dosen Fakultas Kehutanan Unlam itu, tujuan akhir dari program Adipura untuk mengubah perilaku masyarakat agar memiliki budaya bersih dan melaksanakan sebaik-baiknya.
Persoalan tersebut, kata Mukhtar yang juga Tim Pemantau (Penilai) Adipura itu, perlu menjadi renungan bersama, dan mengupayakan bagaimana cara agar program Adipura dapat membentuk sikap masyarakat supaya berbudaya bersih.
“Apalagi Islam menyatakan, kebersihan sebagian dari iman. Sementara penduduk Kalsel khususnya mayoritas Muslim, jadi sampai sejauh mana kepatuhan terhadap agama yang dia peluk dan yakini,” ujarnya.
Dengan nada menyindir, dia mencuplik sebuah cerita mahasiswa di Perancis yang mau melihat keadaan lingkungan tanah air dosennya yang berasal dari Mesir dan mayoritas penduduknya beragama Islam. Namun, lanjut dia, si mahasiswa tersebut kaget ketika melihat Kota Kairo. Pasalnya, kondisi lingkungan ibu kota Mesir tersebut kurang bersih.
“Kondisi lingkungan Ibu Kota Mesir kurang besih kalau tak mau terbilang jorok atau tidak sebersih Kota Paris,” kata dosen yang menggeluti lingkungan hidup ini.
“Dalam hati mahasiswa Perancis itu bertanya-tanya, jika betul-betul melaksanakan ajaran Islam, kebersihan Kota Kairo bisa terjaga. Karena prinsip dasar Islam cinta kebersihan,” kata hati mahasiswa tersebut seperti dikutip Mukhtar sambil tersenyum mengakhiri ceriteranya. (ANT)