tirto.id - Gunung Marapi terletak di dua wilayah, yakni Kabupaten Agam dan Kabupaten tanah Datar, Sumatra Barat. Gunung ini berjarak sekitar 24 kilometer dari Kota Bukittinggi ke arah tenggara.
Gunung Marapi dan Merapi merupakan dua gunung yang berbeda. Marapi terletak di Sumatra Barat sedangkan Merapi berlokasi di kawasan Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Gunung Marapi berada 2.891 mdpl (meter di atas permukaan laut). Selain cukup tinggi, status Gunung Marapi juga masih aktif. Namun demikian, tetap banyak pendaki yang berambisi menaklukkan puncaknya.
Gunung Marapi Sumbar telah mengalami erupsi beberapa kali. Bahkan, sepanjang 2023 saja, gunung api aktif yang terletak di Sumatra Barat tersebut telah meletus sebanyak dua kali. Erupsi terakhir terjadi pada awal Desember.
Berdasarkan pernyataan resmi Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Gunung Marapi Bukittinggi meletus pada 3 Desember 2023, pukul 14.54 WIB. Erupsi eksplosif tersebut mengeluarkan kolom abu dengan tinggi sekira 3.000 meter di atas puncak.
Lantas, berapa kali Gunung Marapi meletus sepanjang sejarah? Simak ulasan sejarah letusan Gunung Marapi Sumbar berikut.
Sejarah Gunung Marapi Sumbar Meletus Sejak 1700-an
Gunung Marapi termasuk jenis gunung berapi kerucut alias stratovolcano. Gunung ini memiliki puncak dengan kawah yang saling tumpang tindih. Namanya Kaldera Bancah dengan lebar 1,4 kilometer.
Meskipun begitu, sebagian besar erupsi Gunung Marapi terjadi dalam skala kecil hingga sedang. Erupsi tersebut juga tidak disertai aliran lava, terutama selama periode pengamatan modern.
Sejarah Gunung Marapi Sumbar meletus dengan skala besar terakhir kali pada 12 Maret 2000. Ketika itu, ledakan dari erupsi Gunung Marapi terdengar sampai jarak 25 kilometer.
Kolong abu hitam akibat letusan Gunung Marapi ketika itu mampu menembus ketinggian 3 kilometer dari puncak. Sebaran abunya menjangkau area sampai 350 kilometer ke arah utara.
Dilansir situs Volcano Discovery,erupsi lebih kuat lagi terjadi pada 23 April 2001. Saat itu kolong abu menjulang hingga 6 kilometer.
Gunung Marapi meletus dengan ledakan cukup fatal beberapa kali, yakni pada 1975, 1979, dan 1992.
Pada 30 April 1979, misalnya, Gunung Marapi Bukittinggi meletus dengan disertai hujan lebat. Hujan tersebut membuat lahar matang dan material vulkanik lainnya turun dan mengalir ke sisi utara dan timur. Akibatnya, tanah longsor pun terjadi dan menimbulkan korban 80 orang tewas.
Berapa Kali Gunung Marapi Meletus?
Menurut catatan Smithsonian Institution National Museum of Natural History Global Volcanism Program, Gunung Marapi telah meletus sebanyak 66 kali.
Erupsi pertama diperkirakan terjadi pada 1770. Hanya saja, tanggal kejadiannya tidak terpublikasi.
Rata-rata frekuensi erupsi Gunung Marapi berlangsung pendek, yaitu kurang dari 5 tahun sekali. Inilah yang menjadikan gunung ini sangat aktif. Terlebih, waktu kejadian erupsinya pun tidak bisa diprediksi.
Pada 3 Desember 2023, Gunung Marapi meletus lagi. Padahal, erupsi terakhir juga terjadi pada tahun yang sama. Hal ini membuktikan bahwa waktu Gunung Marapi meletus tidak bisa diperkirakan.
Sebelum meletus pada awal Januari 2023, Gunung Marapi mengalami aktivitas vulkanik pada rentang 27 April hingga 2 Mei 2018. Pada 2 Mei 2018, menurut catatan Volcanic Explosivity Index (VEI), letusannya berada di skor 2.
Menurut situs web National Park Service (NPS), VEI merupakan skala yang mendeskripsikan ukuran dari ledakan erupsi gunung api. Penetapannya didasarkan pada magnitudo dan intensitas erupsi.
Skala VEI memiliki rentang 0 sampai 8. Setiap kenaikan intervalnya mewakili peningkatan 10 kali lipat ukuran erupsi.
Berikut daftar lengkap riwayat erupsi Gunung Marapi Sumbar beserta waktu dan skala VEI:
Waktu Gunung Marapi meletus | Lama Erupsi | Skala VEI |
1770 | - | 2 |
1807 | - | 2 |
23-31 Juli 1822 | - | 2 |
1833-1834 | - | 2 |
16-18 November 1845 | - | 2 |
29 Agustus 1854 | - | 2 |
2 Oktober 1855-Januari 1856 | - | 2 |
April 1861 | - | 2 |
23 Mei 1863 | - | 2 |
24 April 1871 | - | 2 |
24 September 1871 | - | 2 |
4 April 1876 | - | 2 |
Agustus 1876-Juni 1877 | - | 2 |
Desember 1878 | - | Letusan tidak pasti |
25 Juni 1883-27 Agustus 1883 | - | 1 |
Desember 1883 | - | 1 |
12 November 1885 | - | 2 |
31 Maret 1886-3 Mei 1886 | - | 2 |
19 Februari-19 Maret 1888 | - | 2 |
27 Maret-17 April 1889 | - | 2 |
18 April 1904 | - | 1 |
1 November 1905 | - | 2 |
17 Desember 1907-September 1908 | - | 2 |
1910 | - | 2 |
2 November 1911 | - | 2 |
23 Juni-31 Juli 1913 | - | 2 |
1 Juli 1914 | - | 2 |
Desember 1915 | - | 2 |
5 Mei-7 Juli 1916 | - | 1 |
16 Juni-16 September 1917 | - | 2 |
8-10 Maret 1918 | - | 2 |
15 Agustus 1918 | ± 5 hari | 2 |
28 Februari-1 Maret 1919 | - | 2 |
April 1925 | - | 0 |
5 Februari-3 Agustus 1927 | - | 2 |
22 Juni 1929 | - | 2 |
9 April-7 Desember 1930 | - | 2 |
1932 | - | 2 |
1943 | ± 5 tahun | - |
29-30 April 1949 | - | 2 |
15-22 Oktober 1949 | ± 5 hari | 2 |
27 September 1950-14 Juni 1952 | - | 2 |
16 Agustus 1954 | ± 15 hari | 2 |
16 Desember 1957 | ± 15 hari | - |
23 Juni 1958 | - | 1 |
17-25 Oktober 1958 | - | 1 |
16 Maret-16 Juni 1966 | ± 15 hari | 1 |
16 April-16 Juli 1967 | ± 15 hari | 1 |
16 Desember 1968 | ± 15 hari | Letusan tidak pasti |
26 Juli 1970 | ± 5 days | 2 |
20 Agustus 1971 | - | - |
24 Juli 1973 | - | 2 |
16 Januari 1975-11 September 1979 | ± 15 hari | 2 |
29 Maret 1980 | - | 1 |
10 Maret-16 Mei 1982 | ± 15 hari | 1 |
16 Desember 1982 | ± 15 hari | 1 |
2 Juli 1983 | ± 182 hari | 1 |
15 November 1984 | - | 1 |
15 Januari 1987-12 Agustus 1994 | - | 2 |
16 April 1999 | ± 15 hari | 2 |
16 September 1999 | ± 15 hari | - |
11 Maret-3 April 2000 | - | 2 |
13 April-5 Juni 2001 | - | 2 |
5 Agustus 2004 | - | 2 |
3 Agustus-12 Oktober 2011 | - | 2 |
1 Maret 2012-18 Mei 2012 | ± 3 hari | 1 |
26 Sep 2012 | - | 1 |
3 Feb 2014-26 Feb 2014 | ± 2 hari | 1 |
14 Nov 2015 | - | 1 |
4 Juni 2017 | - | 1 |
27 April-2 Mei 2018 | - | 2 |
7 Februari-20 Februari 2023 | - | 2 |
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Dhita Koesno
Penyelaras: Fadli Nasrudin