Menuju konten utama

Profil George Foreman & Jejak Rekor Legenda Tinju Dunia

George Foreman dilaporkan meninggal dunia. Simak profil George Foreman lengkap beserta jejak rekor legenda tinju dunia.

Profil George Foreman & Jejak Rekor Legenda Tinju Dunia
George Foreman. instagram/biggeorgeforeman

tirto.id - George Foreman, mantan petinju kelas berat, dilaporkan meninggal dunia pada Jumat, 21 Maret 2025, waktu setempat, dalam usia 76 tahun. Simak profil George Foreman dan jejak rekor sang legenda tinju dunia.

Keluarga George Foreman mengkonfirmasi kabar duka melalui sebuah pernyataan resmi. Mereka menyebutkan bahwa George Foreman menghembuskan nafas terakhir dengan damai di tengah kehangatan orang-orang terdekat.

"Seorang pejuang kemanusiaan, atlet Olimpiade, dan juara dunia kelas berat dua kali, dia sangat dihormati - kekuatan untuk kebaikan, seorang yang memiliki disiplin, keyakinan, dan pelindung warisannya, berjuang tanpa lelah untuk menjaga nama baiknya - untuk keluarganya," tulis keluarganya, seperti dikutip laman WFLA.

Hingga kini, penyebab kematian Foreman belum diumumkan, termasuk detail mengenai prosesi pemakaman juga belum dipublikasikan.

Selain pernah berkiprah di dunia tinju, Foreman juga dikenal sebagai pengusaha sukses melalui produk George Foreman Grill. Karya Foreman disebut-sebut telah mencatatkan penjualan lebih dari 100 juta unit di seluruh dunia.

Di luar dunia bisnis, ia mendedikasikan diri sebagai seorang pendeta dan pendiri Pusat Pemuda dan Komunitas George Foreman di Houston. Ini adalah sebuah inisiatif yang bertujuan membimbing generasi muda agar memiliki masa depan yang lebih cerah.

Selama ini, Foreman dikenang sebagai sosok legendaris berkat pencapaian yang luar biasa di dalam ring maupun di luar arena tinju.

Profil George Foreman: 2 Kali Juara Dunia Kelas Berat

George Foreman lahir pada 10 Januari 1949 di Marshall, Texas, Amerika Serikat (AS). Ia tumbuh dalam kondisi yang sulit di lingkungan yang terpisah akibat segregasi (pemisahan) rasial yang kala itu terjadi di AS.

Berdasarkan laporan Houston Chronicle, Foreman sempat terlibat dalam kenakalan remaja sebelum menemukan jalan hidup di dunia tinju. Ia mulai berlatih serius dan menunjukkan bakat luar biasa dalam olahraga tersebut.

Pada tahun 1968, George Foreman membikin kejutan usai memenangkan medali emas dalam Olimpiade di Mexico City Foreman mengalahkan petinju Uni Soviet, Jonas Čepulis, di final. Prestasi ini menjadi awal dari karier profesional yang cemerlang.

Setelah beralih ke tinju profesional pada tahun 1969, Foreman dengan cepat naik ke puncak dunia tinju.

Berdasarkan laporan New York Post, ia mencetak kemenangan demi kemenangan hingga akhirnya sukses menumbangkan Joe Frazier dalam pertandingan yang dikenal sebagai "The Sunshine Showdown" pada 1973.

Foreman menjatuhkan Frazier enam kali dalam dua ronde dan merebut gelar juara dunia kelas berat. Namun, salah satu pertarungan paling terkenal dalam sejarah tinju terjadi pada 30 Oktober 1974.

Saat itu, Foreman menghadapi Muhammad Ali dalam laga bertajuk "Rumble in the Jungle" di Zaire (sekarang Republik Demokratik Kongo).

Meskipun Foreman diunggulkan, Ali menggunakan strategi "rope-a-dope". Taktik ini membuat Foreman kelelahan sebelum kalah via knock out di ronde ke-8.

Setelah kekalahan tersebut, Foreman tetap melanjutkan kariernya hingga memutuskan pensiun pada 1977. Duel pemungkas adalah kekalahan atas Jimmy Young.

Namun, mengutip Houston Chronicle, Foreman mengalami pengalaman spiritual usai kekalahan itu hingga memutuskan menjadi pendeta. Ia mendirikan gereja di Houston dan mulai aktif dalam kegiatan sosial.

Pada tahun 1987, Foreman membuat keputusan mengejutkan, yakni kembali ke dunia tinju. Awalnya, ia bertarung untuk mengumpulkan dana bagi pusat pemuda yang didirikan.

Akan tetapi, George Foreman malah menorehkan prestasi luar biasa. Dirinya justru kembali merebut gelar juara dunia 1994 setelah menghajar Michael Moorer. Dengan kemenangan ini, ia menjadi juara dunia kelas berat tertua dalam sejarah pada usia 45 tahun.

Selain karier tinju, Foreman juga meraih sukses besar sebagai pengusaha. Mengutip Houston Chronicle, ia menjadi ikon produk George Foreman Grill, sebuah alat pemanggang yang dirancang untuk mengurangi lemak dalam makanan.

Sejak diluncurkan pada 1994, produk ini telah terjual lebih dari 100 juta unit di seluruh dunia. Foreman dikenal karena strategi pemasaran yang cerdas dan kepribadian yang karismatik. Tak ayal, ini membuat produknya semakin populer di kalangan masyarakat.

Bahkan, pendapatan lewat bisnis disebut-sebut lebih besar dibandingkan bermain di atas ring sebagai petinju.

George Foreman kini dianggap menjadi simbol ketahanan, kerja keras, dan transformasi diri. Dari seorang anak yang tumbuh dalam kemiskinan dan sempat tersesat dalam kehidupan kriminal, malah berhasil menjadi salah satu petinju terbaik sepanjang masa, pengusaha sukses, dan figur yang dihormati.

Daftar Rekor George Foreman: Juara Dunia Kelas Berat Tertua

Sepanjang karier, George Foreman mencatat berbagai pencapaian luar biasa di dunia tinju. Ia tidak hanya meraih gelar juara dunia kelas berat sebanyak dua kali, tetapi juga mengukir sejarah menjadi juara tertua dalam kategori yang sama.

Prestasi dimulai sejak memenangkan medali emas Olimpiade 1968. Kemudian membawa nama besar Foreman ke panggung tinju profesional.

Berikut adalah daftar rekor bertanding Foreman berdasarkan data BoxRec:

Juara Dunia Kelas Berat Dua Kali

  • Memenangkan gelar juara dunia kelas berat WBA dan WBC setelah mengalahkan Joe Frazier 1973.
  • Menyabet gelar juara dunia kelas berat IBF dan WBA 1994 setelah mengalahkan Michael Moorer. Ia menjadi juara dunia kelas berat tertua dalam sejarah pada usia 45 tahun.
Medali Emas Olimpiade 1968

  • Mewakili Amerika Serikat di Olimpiade Mexico City dan memenangkan medali emas di kelas berat setelah mengalahkan petinju Uni Soviet, Jonas Čepulis.
Rekor Pertandingan Profesional

  • Total pertandingan: 81
  • Menang: 76
  • Menang KO: 68
  • Kalah: 5

Baca juga artikel terkait PROFIL atau tulisan lainnya dari Astam Mulyana

tirto.id - Edusains
Kontributor: Astam Mulyana
Penulis: Astam Mulyana
Editor: Beni Jo