Menuju konten utama

Presiden Kolombia Mendapat Nobel Perdamaian

Perang saudara di Kolombia setidaknya telah menewaskan kurang lebih 220.000 orang Kolombia dan hampir enam juta orang mengungsi akibat hal itu.

Presiden Kolombia Mendapat Nobel Perdamaian
Presiden Kolombia Juan Manuel Santos berbicara selama pidato tv di istana presiden di Bogota 10 Maret 2015. Keputusan Presiden Kolombia Santos untuk menangguhkan pemboman pangkalan pemberontak Marxis FARC mendapat serangan dari inspektur jenderal kuat negara yang menuduhnya melumpuhkan angkatan bersenjata sementara gerilyawan memangsa sasaran sipil. Gambar diambil 10 Maret 2015. [Foto/Reuters/Efrain Herrera/Presidency-Press Office]

tirto.id - Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos mendapat anugrah Hadiah Nobel Perdamaian pada Jumat (7/10/2016) karena berhasil mengakhiri perang sipil yang hampir terjadi lebih dari 50 tahun di negara itu.

Seperti dilaporakan USA Today, Perang saudara itu setidaknya telah menewaskan kurang lebih 220.000 orang Kolombia dan hampir enam juta orang mengungsi akibat hal itu.

Menurut Komite Nobel, penghargaan itu sebaiknya dilihat sebagai penghargaan kepada seluruh rakyat Kolombia yang tidak henti-hentinya memperjuangkan perdamaian meskipun tengah menghadapi kesulitan besar.

Presiden Santos akhirnya behasil berunding dengan pemimpin kelompok pemberontak FARC, Rodrigo Londoño yang berujung pada kesepatakan perdamaian antara pemerintah Kolombia dan gerilyawan FARC.

"Dan dia secara konsisten berusaha membawa proses perdamaian ke depan," kata Komite Nobel dikutip dari Antara.

Mengetahui bahwa kesepakatan itu kontroversial, Santos berperan penting dalam memastikan bahwa pemilih Kolombia bisa menyuarakan pendapat mereka tentang kesepakatan damai itu lewat referendum.

Hasilnya tidak seperti yang diinginkan Presiden Santos. Mayoritas 13 juta pemilih Kolombia yang menggunakan hak suaranya menyatakan tidak pada perjanjian itu, mengancam proses perdamaian dan menimbulkan ketidakpastian besar mengenai masa depan Kolombia.

Namun fakta bahwa mayoritas pemilih mengatakan tidak pada kesepakatan damai tidak serta merta berarti proses damai mati karena referendum itu bukan untuk mendukung atau menentang perdamaian.

Yang ditolak mereka yang memilih "Tidak" untuk kesepakatan damai itu bukan keinginan untuk berdamai, tetapi bagian spesifik dari perjanjian damai.

Komite Nobel Norwegia menitikberatkan pentingnya fakta bahwa Presiden Santos sekarang mengundang semua pihak untuk berpartisipasi dalam dialog nasional untuk memajukan proses perdamaian. Dan bahkan mereka yang menentang kesepakatan damai itu disambut dalam dialog.

Komite Nobel berharap semua pihak bersama-sama mengambil tanggung jawab dan berpartisipasi secara konstruktif dalam perundingan damai mendatang.

"Menyeimbangkan antara kebutuhan akan rekonsiliasi nasional dan memastikan keadilan bagi korban akan menjadi tantangan yang sulit. Tidak ada jawaban sederhana tentang bagaimana ini harus dicapai," kata Komite Nobel.

Fitur penting dalam proses perdamaian Kolombia sejauh ini terjadi berkat partisipasi perwakilan dari korban perang sipil. Menyaksikan keberanian dan keinginan perwakilan korban untuk bersaksi mengenai kekejaman, dan berhadapan dengan pelaku kejahatan dari segala sisi konflik, telah membuat kesan mendalam.

Dengan menganugerahkan Nobel Perdamaian tahun ini kepada Presiden Juan Manuel Santos, Komite Nobel berharap bisa membesarkan hati semua yang berusaha mewujudkan perdamaian, rekonsiliasi dan keadilan di Kolombia.

Presiden Santos sendiri juga menegaskan bahwa dia akan melanjutkan upaya untuk mewujudkan perdamaian hingga masa akhir jabatannya.

Perang sipil Kolombia adalah salah satu perang sipil terpanjang dalam masa modern dan merupakan satu-satunya konflik bersenjata yang masih tersisa di Amerika.

Baca juga artikel terkait PERANG SIPIL

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto