tirto.id - Kabagpenum Polri Kombes Pol Martinus Sitompul menanggapi sejumlah kasus tindak kekerasan yang dipicu informasi hoax atau berita bohong di media sosial, salah satunya aksi demo yang berujung kericuhan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta, baru-baru ini.
Martinus menjelaskan bahwa kasus itu berawal dari kabar bohong yang menyatakan ada pembicaraan seputar komunis di acara LBH. Kemudian, informasi itu tersebar dengan cepat di medsos. Ia pun memastikan tidak ada pembicaraan soal komunis di LBH.
"Penggerebekan di LBH ternyata (didorong) hoax di dalamnya. Tidak ada pembicara komunis," kata Kombes Martinus di Mapolres Asahan, Sumatera Utara, Jumat (22/9/2017), dikutip dari Antara.
Untuk itu, Polri meminta masyarakat agar mewaspadai informasi sensitif yang berkembang di medsos karena belum bisa dipastikan kebenarannya.
"Teknologi juga berperan dalam memecah belah. Siapa yang kemudian menjadi korbannya? Ya masyarakat, ya polisi," kata dia.
Selain itu, Martinus juga meminta masyarakat untuk tidak langsung terpancing dengan adanya informasi hoax di media sosial.
"Jangan mudah terprovokasi oleh info yang tidak jelas sumbernya," ujarnya.
Ia mengatakan, penting bagi masyarakat untuk menganalisis situasi dan tidak gegabah menyatakan setuju atau tidak terhadap sebuah isu.
Selain itu, masyarakat juga harus memahami sejarah dan peta perpolitikan global sehingga mampu mencerna informasi yang berkembang di media massa dan media sosial.
"Selain itu jangan mudah terkagum atau heran terhadap suatu fenomena yang dapat menekan sikap reaktif terhadap suatu isu," kata Martinus.
Meski menurutnya cepatnya informasi memiliki dampak positif karena informasi yang ada di tempat lain cepat tersampaikan, namun terkadang informasi yang tersebar belum bisa dijamin kebenarannya.
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto