tirto.id - Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan salah satu daerah dengan jumlah kursi cukup besar di wilayah timur Indonesia. Setidaknya ada dua daerah pemilihan yang akan berlangsung pada Pileg 2024, yakni NTT I (terdiri atas Alor, Flores Timur, Sikka, Ende, Ngada, Manggarai, Lembata, Manggarai Barat, Nagekeo dan Manggarai Timur) dengan 6 kursi dan NTT II dengan 7 kursi (meliputi Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Belu, Sumba Timur, Sumba Barat, Rote Ndao, Sumba Tengah, Sumba Barat Daya, Sabu Raijua, Malaka dan Kota Kupang).
Jika ditilik dari data Pemilu 2019, maka terjadi persaingan sengit dalam perebutan suara dan kursi dari dua dapil di NTT ini. Pada pemilu sebelumnya, Partai Nasdem berada di peringkat pertama dengan 510.574 suara, disusul PDIP dengan 450.817 suara. Posisi ketiga Golkar (365.266 suara), keempat Demokrat (202.100 suara) dan PKB dengan 199.250 suara.
Setidaknya ada 13 kursi DPR RI yang diperebutkan. Meski secara suara kalah, tapi PDIP tetap mendapatkan 3 kursi dari dua dapil NTT ini. Perolehan kursinya sama dengan Nasdem sebagai pemenang di provinsi tersebut.
Berdasarkan data KPU, Nasdem mendapatkan 2 kursi dengan rincian: 1 kursi dari Dapil NTT I dan 2 kursi dari NTT II. Sementara PDIP mengamankan 1 kursi dari NTT I dan 2 kursi dari NTT II. Setelah dua partai tersebut, ada PKB, Golkar, dan Demokrat yang sama-sama memegang 2 kursi serta PAN sebanyak 1 kursi.
Nama kandidat yang kini duduk di Senayan dari hasil Pileg 2019 di Dapil NTT I, antara lain: Dipo Nusantara Pua Upa (PKB), Andreas Hugo Pareira (PDIP), Waketum Golkar Melchias Markus Mekeng (Golkar), istri mantan Gubernur NTT Viktor Laiskodat, Julie Sutrisno Laiskodat (Partai Nasdem), Ahmad Yohan (PAN), dan Waketum Partai Demokrat Benny K. Harman (Demokrat).
Sementara di Dapil Nusa Tenggara Timur II, antara lain: Edward Tannur (PKB), Herman Hery (PDIP), Yohanis Fransiskus Lema (PDIP), Emanuel Melkiades Laka Lena (Golkar) Y. Jacki Uly (Nasdem), Ratu Ngadu Bonu Wulla (Nasdem), dan Anita Jacoba Gah (Demokrat).
Perolehan di atas berbeda dengan Pileg 2014. Saat itu, PDIP mendapat dua kursi lewat Herman Herry (petahana NTT I) dan Honing Sanny (petahana NTT II) --Honing kemudian di-PAW digantikan Hugo Pareira--; Golkar ada 3 kursi lewat Melchias Markus Mekeng (petahana NTT I), Setya Novanto (petahana NTT II), dan Charles J Mesang (petahana NTT II); Gerindra ada Pius Lustrilanang (petahana NTT I) dan Fary Djemy Francis (petahana NTT II); Demokrat ada Benny K. Harman (petahana NTT I); PAN mengamankan satu kursi lewat Laurens Bahang Dama (anggota baru di NTT I); dan Nasdem lewat Johnny G. Plate (anggota baru NTT I) dan Viktor Laiskodat (anggota Baru NTT II).
Pada Pileg 2024, dapil NTT kembali terbagi dua wilayah pemilihan dengan total 13 kursi, yakni NTT I dengan 6 kursi dan NTT II 7 kursi. Keenam petahana di dapil I kembali turun gunung untuk menjaga kursi mereka. Selain para petahana, ada beberapa nama baru lain, seperti Direktur Yayasan Peduli Agustinus Sarifin Agustinus Sarifin (PKB), Ketua Fraksi Partai Gerindra NTT Gabriel Beri Binna (Gerindra), anggota Komite Advokasi BPKN dan mantan senator DPD Adrianus Garu (Gerindra), eks anggota DPR yang juga mantan anggota PDIP Honing Sanny (Gerindra), Sikka Gaud Inggirmata Parera (Gerindra).
Kemudian dari PDIP ada istri alm. Frans Lebu Raya Lusia Adinda Dua Nurak (PDIP), Ketua Komite Suara Perempuan Indonesia (KSPI) Nova Ernny Rumondor (PDIP), Ketua Relawan Forum Abdi Bangsa Ganjar Pranowo Presiden Stefanus Aco (PDIP). Dari Golkar ada nama lain yang menjadi perhatian yakni Wakil Ketua Umum AMPG Abdul Hafid As Baso (Golkar).
Sementara Nasdem di dapil ini cukup banyak memasang tokoh lokal populer, yakni mantan Bupati Manggarai Christian Rotok (Nasdem), mantan Ketua DPRD Provinsi NTT dan eks kader Partai Golkar Anwar Pua Geno, eks Wasekjen Golkar kini maju via Nasdem yang juga Stafsus Viktor Laiskodat Imanuel Ekadianus Blegur (Nasdem).
Partai lain juga memajukan kader terbaik mereka, seperti Wakil Ketua DPRD Sumbawa Barat Abidin Nasar (PKS) dan kandidat bakal calon Wakil Bupati Nagekeo Seke Albertus (PKS). Lalu, ada Wasekjen PKN Agustinus Lesek (PKN), konsultan pajak terkenal Ronsianus B. Daur (PAN), Ketua Dewan DPD Kongres Advokasi Indonesia 2020-2025 MM Mbalembout (Demokrat), mantan Sekjen PP PMKRI Emanuel Herdiyanto Moat Gleko (Perindo), dan Wakil Sekretaris Pertimbangan PPP Usman M. Tokan (PPP).
Bagaimana dengan Dapil NTT II? Berdasarkan data DCS KPU RI, di dapil ini ada nama-nama yang menarik perhatian selain petahana, yakni: kakak kandung eks Menperin Saleh Husin, Usman Husin (PKB); mantan Wakil Gubernur NTT, Esthon Leyloh Foenay (Gerindra); Asisten Manajer Bintang Timur FC Atambua, Kabupaten Belu NTT, Serena Cosgrova Francis (Gerindra); Komisaris Utama BPR Christa Jaya, Christofel Liyanto (Gerindra); dan putra Sumba Oktobius Wiritana Ringu (Gerindra).
Dari PDIP ada anak Herman Herry, Stevano Rizky Adranacus (PDIP); mantan Bupati Kabupaten Sumba Tengah, Umbu Sappi Pateduk (PDIP); dan Ketua Komisi Jaringan Hubungan Gereja/Lembaga PGLII NTT, Johanis Richard Riwoe (PDIP). Sementara Golkar menurunkan kader muda mereka, seperti anak mantan Ketua Umum Partai Golkar Setya Novanto, Gavriel P Novanto; Wakil Ketua PD AMPG NTT, Yesenia Irene Liyanto; mantan Anggota DPRD NTT, Hugo Rehi Kalembu; putra advokat Kanbunang Rudiyanto, Umbu Gilbert Kabunang; mantan Bupati Kabupaten Timor Tengah Utara, Gabriel Manek.
Nasdem juga tak mau kalah. Selain mantan Gubernur NTT, Viktor Laiskodat, ada mantan Bupati Sumba Timur, Gidion Mbilijora; mantan Bupati Timor Tengah Utara, Raymundus Sau Fernandes (Nasdem). Dari PKS ada aktivis kepala taman kanak-kanak RA, Al Muttaqin Rizky Amaliah Ain. Sementara Hanura menurunkan Ketua Bidang Hukum DPP Partai Hanura Serfasius Serbaya Manek.
PAN mencalonkan Ketua DPW PAN NTT, Awang Notoprawiro (PAN); mantan Anggota MPR, Ferry Kase (PAN). Demokrat ada nama mantan Bupati Belu, Willy Brodus Lay (Demokrat). PSI menerjunkan Ketua Dewan Pembina DPW PSI NTT, Jane Natalia Suryanto (PSI) serta bupati Kupang 2 periode Ayub Titu Eki (PSI).
Perindo bahkan menurunkan anak Ketum Perindo, Hary Tanoe Jessica H. Tanoesoedibjo (Perindo) dan Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Perindo NTT, Jonathan Nubatonis.
Golkar Optimistis Kembali Jaya
Meski pada Pileg 2019 hanya finis di posisi ketiga, tapi Waketum Partai Golkar, Melchias Marcus Mekeng memastikan bahwa partai berlambang pohon beringin itu akan berupaya kembali menjadi pemenang di NTT. Ia mengatakan, Golkar pernah mempunyai 5 kursi dari NTT. Kini, kata Mekeng, Golkar ingin mengejar setidaknya 2 kali lipat dari perolehan 2019.
“Sekarang kami lagi berusaha masing-masing dapil 2-2, jadi 4 dan sekarang semua masih melakukan konsolidasi, semua kader, caleg-caleg, baik tingkat pusat, kabupaten kota dan provinsi,” kata Mekeng kepada Tirto, Senin (18/9/2023).
Mekeng memastikan bahwa seluruh elemen partai sudah turun, melakukan beragam kegiatan kekaryaan untuk rakyat. Ia pun mengatakan, konsolidasi untuk meraih target tersebut tidak berlangsung dalam setahun, melainkan sudah 2-3 tahun terakhir. Ia yakin Golkar bisa kembali ke masa kejayaan dengan 5 kursi di masa lalu pada masa depan.
“Bertahaplah,” kata Mekeng optimistis.
Sementara itu, Deputi Bappilu Partai Demokrat, Kamhar Lakumani mengatakan, mereka tidak memasang target besar di NTT. Partai berlambang mercy ini mengejar setidaknya mempertahankan kursi yang ada.
“Target Partai Demokrat pada Pileg 2024 mendatang untuk Dapil NTT, baik dapil 1 maupun dapil 2 tetap mempertahankan kursi. Ini target realistisnya. Target ini didukung kesiapan daya dukung struktur partai maupun line up bacaleg yang disiapkan,” kata Kamhar kepada Tirto.
Kamhar mengatakan, Demokrat yakin kader yang dipasang sudah cukup baik dan bisa mempertahankan target realistis mereka di Pileg 2024.
Peta Kekuatan Parpol Dinilai Tak akan Banyak Berubah
Pengamat politik dari Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, Yohanes Jimmy Nami menilai bahwa situasi politik NTT tidak akan berubah banyak pada Pileg 2024. Termasuk para petahana yang maju kembali untuk mempertahankan kursi, khususnya di Dapil NTT I.
Ia melihat perubahan mungkin akan terjadi di Dapil NTT II, karena banyak generasi kedua yang turun seperti anak politikus Golkar Setya Novanto, anak politikus PDIP Herman Herry atau anak politikus Gerindra Djemy Francis. Akan tetapi, secara garis besar, ia melihat tidak akan berubah banyak.
“Saya pikir semua tidak banyak berubah karena kultur politik yang diwariskan masih sama dan ini dipahami betul oleh politikus NTT, apalagi peta politik itu juga belum bergeser dan arahnya sudah mengakar dan perilaku atau preferensi politik masyarakat pada umumnya juga belum ada yang berubah dan ini menjadi alat kontrol dari para politisi di NTT untuk tetap bercokol,” kata Yohanes saat dihubungi reporter Tirto pada Senin (18/9/2023) malam.
Yohanes menilai, perubahan sangat minim terjadi karena isu yang dimainkan adalah isu lokal. Para politikus NTT sudah tahu bagaimana upaya membangun kekuasaan sehingga tetap bertahan.
Lantas, apakah sepenuhnya tidak akan berubah? Yohanes menilai, perubahan tetap ada. Ia tidak memungkiri posisi eks Gubernur NTT Viktor Laiskodat dan isu eks Sekjen Partai Nasdem, Johny G. Plate akan memengaruhi suara Nasdem. Hal ini tidak lepas dari kultur pemilih NTT yang melihat ketokohan.
Nasdem, dalam kacamata Yohanes, belum seperti PDIP atau Golkar yang benar-benar mengakar. Nasdem didukung oleh tokoh-tokoh yang kuat di NTT sehingga banyak terpilih. Ekspektasi berbeda publik terhadap Viktor adalah salah satu contoh yang akan sangat memengeruhi perubahan suara Nasdem.
“Sekarang untuk ke depannya, kepemimpinan Viktor ini kemudian yang kemarin memberikan harapan, lalu dalam perjalanannya banyak dikritik dan evaluasi. Saya pikir mungkin ini akan memberikan dampak elektoral juga bagi suara Nasdem di pileg. Saya ada kecenderungan stuck atau menurun," kata Yohanes.
Dalam kasus Golkar, Yohanes juga belum melihat ada perubahan signifikan. Golkar memang memiliki basis massa yang pasti memenangkan siapapun kader yang maju di sana. Akan tetapi, partai berlambang beringin masih belum memiliki tokoh yang cukup kuat seperti tokoh-tokoh masa lalu.
“Saya pikir tidak akan berubah secara signifikan menjelang Pemilu 2024 ini. Peta masih dikuasai oleh PDIP,” kata Yohanes.
Ia beralasan, potensi peningkatan suara tidak hanya akibat PDIP kuasai banyak kabupaten kota, tetapi juga pengaruh Jokowi yang membawa pembangunan ke NTT. Arah gerak Jokowi dengan koalisi tertentu akan memengaruhi kemenangan partai. Ia mencontohkan bagaimana perhatian Jokowi dalam pembangunan di NTT berdampak langsung secara politik pada kepemimpinan Viktor dan Nasdem sebagai parpol pengusung utama.
Ia juga tidak memungkiri bagaimana kehebatan kader PKB dalam meraup kursi di NTT. Yohanes melihat, faktor perolehan suara PKB yang bisa menjadi kursi tidak lepas dari militansi kader PKB dan berubahnya pendekatan partai besutan Cak Imin itu dalam meraup suara di NTT.
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz